Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, Sobat Sehat! Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya hidup di daerah yang setiap hari dihantui penyakit serius seperti malaria? Di Provinsi Papua Tengah, ancaman ini nyata, dan dampaknya begitu besar, tidak hanya pada kesehatan tapi juga pada masa depan generasi muda. Namun, ada kabar baik! Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama seluruh elemen masyarakat baru saja mendeklarasikan komitmen kuat untuk membebaskan wilayah ini dari malaria.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami mengapa perjuangan melawan malaria di Papua Tengah begitu mendesak, langkah-langkah konkret yang diambil, serta harapan besar yang menyertai deklarasi bersejarah ini. Mari kita lihat bagaimana semangat “Bersatu Mewujudkan Papua Tengah Bebas Malaria” menjadi portal menuju kehidupan yang lebih cerah dan produktif bagi seluruh warga.
Mengapa Eliminasi Malaria Begitu Mendesak di Papua Tengah?
Malaria bukan sekadar demam biasa. Di Tanah Papua, penyakit ini adalah momok yang menghambat kemajuan. Bayangkan, lebih dari 93 persen kasus malaria di Indonesia terjadi di Tanah Papua! Khususnya di Provinsi Papua Tengah, data Sistem Informasi dan Surveilans Malaria (SISMAL) menunjukkan angka yang sangat mengkhawatirkan: hampir 170 ribu kasus tercatat pada tahun 2024. Ini bukan angka main-main, melainkan alarm serius yang membutuhkan tindakan segera.
Yang lebih memprihatinkan, malaria ini sering kali menyerang kelompok yang paling rentan: ibu hamil dan anak-anak balita. Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, menegaskan bahwa malaria pada kelompok ini bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan, anemia berat, bahkan kematian janin.
“Ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi soal kualitas manusia dan masa depan generasi kita. Malaria menyerang ibu hamil dan anak-anak. Ini ancaman langsung terhadap masa depan Papua Tengah,” tegas Gubernur Meki.
Selain ancaman kesehatan, malaria juga punya dampak ekonomi yang besar. Diperkirakan kerugian ekonomi akibat malaria di Papua Tengah mencapai Rp170 miliar pada tahun 2024. Ironisnya, masih ada persepsi di masyarakat bahwa malaria ini “penyakit biasa,” yang memperlambat upaya pencegahan. Contohnya, kepatuhan minum obat masih rendah dan penggunaan kelambu berinsektisida baru mencapai 68 persen.
Deklarasi Bersejarah: Komitmen Bersama untuk Papua Tengah Bebas Malaria
Menyadari urgensi tersebut, pada hari Jumat, 1 Agustus 2025, di halaman kantor Gubernur area bandara lama Nabire, sebuah momen bersejarah terjadi. Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama delapan kabupaten—Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya, Puncak Jaya, Mimika, dan Puncak—resmi mendeklarasikan eliminasi malaria. Acara ini mengusung semangat kuat: “Bersatu Mewujudkan Papua Tengah Bebas Malaria”.
Meskipun target nasional eliminasi malaria ditetapkan pada tahun 2030 sesuai Permenkes Nomor 22 Tahun 2022, Gubernur Meki Nawipa dengan tegas menyatakan bahwa Papua Tengah tidak bisa menunggu.
“Kita harus bergerak sekarang. Deklarasi hari ini adalah tonggak sejarah. Bersama para Bupati, bersama para Mitra Pembangunan, bersama seluruh elemen masyarakat, kita mendeklarasikan komitmen eliminasi malaria dari seluruh pelosok Papua Tengah, dari gunung hingga pesisir, dari kampung ke kampung,” ujarnya penuh semangat.
Deklarasi ini ditandai dengan penandatanganan Pakta Komitmen Deklarasi Eliminasi Malaria oleh Gubernur dan para Bupati, pembacaan pakta, hingga pengguntingan balon eliminasi malaria dan penyerahan kelambu berinsektisida secara simbolis. Ini adalah bukti nyata keseriusan semua pihak untuk mengakhiri penderitaan akibat malaria.
Strategi Konkret Menuju Papua Tengah Tanpa Malaria
Komitmen saja tidak cukup, butuh tindakan nyata. Berbagai langkah konkret telah disiapkan untuk mewujudkan Papua Tengah bebas malaria:
- Prioritas dalam Pembangunan Daerah: Seluruh kepala daerah di delapan kabupaten diminta menjadikan penanggulangan malaria sebagai prioritas utama dalam perencanaan pembangunan daerah masing-masing.
- Penyediaan Kelambu Berinsektisida: Distribusi kelambu yang efektif dalam membunuh nyamuk penyebab malaria akan terus digalakkan.
- Pemberdayaan Kader Malaria: Melatih dan memberdayakan masyarakat lokal sebagai kader untuk deteksi dini dan penanganan kasus di tingkat kampung.
- Penguatan Surveilans: Sistem informasi dan pemantauan kasus malaria akan diperkuat untuk melacak penyebaran dan mengambil tindakan cepat.
- Integrasi Program: Upaya penanggulangan malaria akan diintegrasikan dengan program pencegahan stunting dan peningkatan gizi anak, mengingat dampak malaria yang serius pada tumbuh kembang anak.
- Pembentukan Komisi Penanggulangan Malaria Papua Tengah: Ini adalah bentuk keseriusan pemerintah daerah dalam mengoordinasikan upaya eliminasi.
- Strategi TOKEN: UNICEF mendukung inovasi pemerintah Papua Tengah melalui strategi TOKEN, yaitu Temukan, Obati, dan Kendalikan Vektornya. Strategi ini diharapkan menjadi pendekatan berbasis komunitas yang menjangkau hingga kampung-kampung terkecil.
Gubernur Meki juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak, mulai dari Pemerintah Kabupaten, tenaga kesehatan, mitra pembangunan seperti WHO, UNICEF, Global Fund, PERDHAKI, PRIMARI, hingga para relawan yang telah bekerja keras di lapangan.
Peran Mitra Pembangunan dan Masyarakat: Kekuatan Kolaborasi
Perjuangan ini bukan hanya tugas pemerintah. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci utama. Mitra pembangunan internasional turut memberikan dukungan penuh. Kepala UNICEF Perwakilan Papua, Aminuddin Mohammad Ramdan, bahkan mendorong sebuah gerakan sosial nyata: “Natal Tanpa Malaria”.
“Bayangkan bagaimana indahnya nanti kalau semua merayakan Natal tanpa ada yang terkena sakit malaria. Indahnya Natal kita nanti kalau anak-anak kita bisa merayakan Natal tanpa terganggu oleh penyakit malaria,” ungkap Aminuddin.
Ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi fondasi penting dalam upaya eliminasi malaria dari gunung hingga pesisir, dari kampung ke kampung di Papua Tengah. Masyarakat diharapkan menjadi benteng pertama pencegahan malaria dengan menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah genangan air.
Menuju Masa Depan Papua Tengah yang Sehat dan Produktif
Deklarasi “Bersatu Mewujudkan Papua Tengah Bebas Malaria” adalah lebih dari sekadar seremoni. Ini adalah janji untuk masa depan yang lebih baik. Sebuah masa depan di mana anak-anak tumbuh cerdas tanpa terhambat penyakit, ibu-ibu tetap sehat dan berdaya, serta masyarakat dapat hidup lebih produktif.
Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong yang kuat, ada keyakinan besar bahwa Provinsi Papua Tengah mampu menjadi provinsi yang bebas malaria lebih cepat dari target nasional 2030. Ini adalah harapan yang didasari oleh komitmen bersama, tindakan nyata, dan dukungan dari berbagai pihak.
Semoga deklarasi ini menjadi portal awal dari perubahan besar, membawa Papua Tengah menuju generasi yang lebih sehat dan masa depan yang lebih cerah. Mari terus dukung dan pantau perjalanan penting ini!