Yogyakarta, zekriansyah.com – Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, nasi adalah makanan pokok yang tak terpisahkan dari keseharian. Namun, bagi penderita diabetes mellitus (DM), konsumsi nasi seringkali menjadi dilema. Kandungan karbohidrat tinggi pada nasi putih bisa dengan cepat meningkatkan kadar gula darah, membuat pengelolaan kondisi ini menjadi lebih menantang. Tapi jangan khawatir, ada kabar gembira dari Yogyakarta dan sekitarnya! Berbagai inovasi dan penemuan beras khusus penderita diabetes kini hadir, menawarkan harapan baru untuk menikmati nasi tanpa rasa cemas berlebihan.
Inovasi pangan di Yogyakarta hadirkan beras khusus diabetes yang diklaim mampu membantu kontrol gula darah penderita.
Inovasi pangan fungsional ini tidak hanya berpusat pada varietas padi, tetapi juga pada pengembangan beras analog dari umbi-umbian lokal yang kaya manfaat. Mari kita telusuri lebih jauh jenis-jenis beras ini dan bagaimana mereka dapat membantu Anda mengelola gula darah dengan lebih baik.
Beras Fungsional “Dearice” dari Magelang: Harapan Petani untuk Diabetesi
Tak jauh dari Yogyakarta, tepatnya di Desa Tanjunganom, Kecamatan Salaman, Magelang, sekelompok petani berhasil membudidayakan beras berkualitas tinggi yang sangat cocok untuk konsumsi penderita diabetes. Beras ini berasal dari varietas Cisokan, yang merupakan salah satu dari lima jenis beras fungsional yang ditemukan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Beras ini diproduksi oleh Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Tanjungmulia Agronusa dan diberi label Dearice, singkatan dari rice for diabetic. Apa keunggulannya?
- Indeks Glikemik (IG) Rendah: Setelah diuji laboratorium di Universitas Gadjah Mada (UGM), Dearice menunjukkan nilai IG 44,4. Angka ini tergolong rendah, jauh di bawah batas aman IG 55 untuk penderita diabetes. Artinya, konsumsi beras ini tidak akan menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis.
- Budidaya Organik: Dearice ditanam secara organik oleh sekitar 25 petani di lahan seluas 10 hektare, menjamin kualitas dan keamanan produk.
- Produktif dan Mudah Ditanam: Varietas Cisokan memiliki umur tanam yang lebih pendek (110 hari) dibandingkan beras biasa (rata-rata 125 hari) dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi, mencapai 8,2 ton per hektare.
Dengan harga sekitar Rp 30.000 per pack (1 kg), Dearice menjadi alternatif yang menjanjikan bagi penderita diabetes yang ingin tetap mengonsumsi nasi.
Inovasi Beras Analog: Alternatif Sehat dari Umbi-umbian
Selain varietas padi, pengembangan beras analog juga menjadi sorotan di Yogyakarta. Beras analog adalah produk pangan menyerupai beras yang dibuat dari bahan baku non-padi, biasanya umbi-umbian atau serealia lain. Keunggulannya terletak pada indeks glikemik yang rendah dan kandungan serat yang tinggi.
TRIDI: Beras Analog dari Umbi Talas Karya Mahasiswa UNY
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan inovasi beras analog “TRIDI” (The Save Rice for Diabetes) dengan memanfaatkan umbi talas. Umbi talas dipilih karena secara alami memiliki indeks glikemik yang rendah.
- Indeks Glikemik Rendah: Beras analog TRIDI dari umbi talas memiliki IG rendah, sehingga karbohidratnya dicerna lebih lambat dan diserap sedikit ke dalam saluran pencernaan. Ini membantu menjaga kadar glukosa darah dan insulin tetap stabil.
- Fortifikasi Nutrisi: TRIDI juga diperkaya (fortifikasi) dengan wortel, daun kelor, dan bunga telang. Kombinasi ini tidak hanya baik untuk kesehatan mata (wortel), tetapi juga dapat memicu produksi insulin dalam tubuh (daun kelor dan bunga telang), yang sangat membantu dalam menurunkan kadar glukosa darah.
- Harga Terjangkau: Beras analog TRIDI dijual dengan harga sekitar Rp 25.000 per bungkus (200 gram) dan dipasarkan melalui media sosial serta toko daring.
Umbi Gembili: Potensi Menurunkan Kolesterol dan Trigliserida
Penelitian lain yang melibatkan Laboratorium Pusat Pangan dan Gizi PAU UGM di Yogyakarta menunjukkan potensi besar dari umbi gembili (Dioscorea esculenta) sebagai bahan dasar beras analog. Umbi gembili dikenal kaya akan serat larut, khususnya inulin, yang memiliki banyak manfaat kesehatan.
- Kaya Serat dan Inulin: Umbi gembili mengandung serat hingga 10,8 gram/100 gram setelah diolah menjadi beras analog, jauh lebih tinggi dari beras biasa. Kandungan inulin tertinggi pada gembili mencapai 14,77%, menjadikannya prebiotik alami.
- Menurunkan Kolesterol dan Trigliserida: Studi pada tikus diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan bahwa pemberian beras analog umbi gembili dapat mengurangi kadar kolesterol total hingga 26-40% dan trigliserida hingga 20-30%. Ini sangat penting karena penderita diabetes seringkali juga menghadapi masalah dislipidemia (gangguan metabolisme lemak).
- Kandungan Bioaktif: Umbi gembili juga mengandung senyawa bioaktif seperti dioscorin, diosgenin, fenol, dan flavonoid yang bermanfaat sebagai antioksidan.
Beras Berwarna: Merah dan Hitam, Pilihan Alami untuk Gula Darah Stabil
Selain inovasi dari varietas padi dan beras analog, beras berwarna seperti beras merah dan beras hitam juga semakin populer sebagai pilihan sehat bagi penderita diabetes. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) bahkan melakukan riset untuk mendiversifikasi produk dari beras berwarna ini.
- Beras Merah Lokal (Varietas Segreng) dari Yogyakarta: Salah satu jenis beras merah lokal yang banyak ditemukan di sekitar Yogyakarta adalah varietas Segreng. Beras merah ini memiliki indeks glikemik sekitar 50, yang termasuk kategori rendah. Kandungan seratnya yang tinggi membantu menghambat pelepasan glukosa ke dalam darah, sehingga aman dikonsumsi penderita diabetes. Uji pada tikus menunjukkan efek penurunan glukosa yang signifikan dengan dosis efektif 75% nasi merah.
- Beras Hitam: Beras hitam juga merupakan pilihan yang sangat baik. Ia mengandung pigmen antosianin, bagian dari flavonoid dan polifenol, yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan efek antidiabetes yang telah ditunjukkan dalam berbagai penelitian.
- Diversifikasi Produk: BRIN juga berinovasi mengolah beras berwarna ini menjadi produk lain seperti mi, biskuit, dan cracker, memberikan variasi konsumsi bagi penderita diabetes yang mungkin bosan dengan nasi.
Memahami Indeks Glikemik (IG): Kunci Memilih Beras untuk Diabetes
Anda mungkin sering mendengar istilah Indeks Glikemik (IG). IG adalah ukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan dipecah menjadi glukosa (gula darah) setelah dikonsumsi. Makanan dengan IG tinggi akan menyebabkan kenaikan gula darah yang cepat, sementara makanan dengan IG rendah akan menyebabkan kenaikan yang lebih lambat dan stabil.
Untuk penderita diabetes, memilih makanan dengan IG rendah sangat penting untuk menjaga kadar gula darah tetap terkontrol. Beras-beras yang ditemukan dan dikembangkan di Yogyakarta ini, baik varietas padi Cisokan, beras analog dari talas dan gembili, maupun beras merah dan hitam, semuanya memiliki karakteristik IG rendah yang menjadikannya pilihan ideal.
Beberapa tips tambahan untuk mengonsumsi nasi dengan lebih sehat bagi penderita diabetes:
- Perhatikan Porsi: Meskipun beras rendah IG, tetaplah konsumsi dalam porsi secukupnya. Kombinasikan dengan sayuran non-pati (setengah piring) dan protein tanpa lemak (seperempat piring) untuk nutrisi seimbang.
- Dinginkan Nasi: Nasi yang sudah dimasak dan didinginkan akan mengubah karbohidratnya menjadi pati resisten, yang dicerna lebih lambat dan memiliki IG lebih rendah.
- Rutin Cek Gula Darah: Selalu pantau kadar gula darah Anda secara mandiri untuk melihat bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadap makanan tertentu.
Keberadaan beras penderita diabetes yang ditemukan di Yogyakarta ini, dengan berbagai jenisnya seperti Dearice (Cisokan), TRIDI (talas), beras analog gembili, serta beras merah dan hitam lokal, menunjukkan komitmen dalam menyediakan solusi pangan sehat. Inovasi-inovasi ini tak hanya membantu penderita diabetes mengelola kondisinya, tetapi juga membuka potensi ekonomi bagi petani lokal.
Dengan semakin banyaknya pilihan beras yang aman untuk diabetes, diharapkan pengelolaan gula darah menjadi lebih mudah dan kualitas hidup penderita diabetes pun meningkat. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi Anda untuk perencanaan diet yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Mari hidup lebih sehat dengan pilihan pangan yang tepat!
FAQ
Tanya: Apa itu beras khusus penderita diabetes dan bagaimana cara kerjanya mengontrol gula darah?
Jawab: Beras khusus penderita diabetes adalah beras yang memiliki indeks glikemik lebih rendah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis setelah dikonsumsi.
Tanya: Di mana saya bisa menemukan beras khusus penderita diabetes yang disebutkan dalam artikel?
Jawab: Beras khusus penderita diabetes seperti “Dearice” dapat ditemukan di Yogyakarta dan sekitarnya, yang diproduksi oleh petani lokal di Magelang.
Tanya: Apakah ada jenis beras fungsional lain selain “Dearice” yang cocok untuk penderita diabetes?
Jawab: Ya, artikel menyebutkan bahwa “Dearice” berasal dari varietas Cisokan, salah satu dari lima jenis beras fungsional yang ditemukan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.