Kabar Baik dari Pandeglang: **Kasus DBD Melandai Drastis**, dari **1.122 Jadi 192**!

Dipublikasikan 8 September 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo para pembaca setia! Ada kabar yang cukup melegakan datang dari Kabupaten Pandeglang, Banten. Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pandeglang menunjukkan penurunan yang sangat signifikan di tahun 2025 ini. Bayangkan, dari 1.122 kasus yang tercatat sepanjang tahun 2024, kini melandai jadi 192 kasus! Penurunan drastis ini tentu saja menjadi angin segar bagi upaya pencegahan DBD di wilayah tersebut. Yang lebih menggembirakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang memastikan tidak ada korban jiwa dari 192 kasus yang dilaporkan.

Ingin tahu lebih lanjut bagaimana Pandeglang berhasil menekan angka kasus DBD dan apa saja yang perlu kita waspadai ke depannya? Yuk, simak ulasan lengkapnya di artikel ini!

Statistik Menarik: Perbandingan Kasus DBD Pandeglang 2024 dan 2025

Penurunan jumlah kasus DBD ini bukan angka main-main. Menurut data terbaru dari Dinas Kesehatan Pandeglang, per awal September 2025, total kasus DBD yang tercatat sepanjang tahun 2025 adalah 192. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tahun Jumlah Kasus DBD Korban Meninggal Dunia
2024 1.122 kasus 4 orang
2025 192 kasus 0 orang

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Pandeglang, Dian Handayani, menjelaskan bahwa data untuk bulan Agustus 2025 belum seluruhnya masuk, namun tren penurunan sudah terlihat jelas. “Jumlah kasusnya ada 192. Untuk Agustus 2025 datanya belum seluruhnya masuk karena laporan terakhir ke Dinkes pada 10 Agustus 2025. Kasus Agustus maksimal dilaporkan 10 September 2025,” ujar Dian. Penurunan ini tentu menjadi bukti nyata dari kerja keras berbagai pihak.

Kunci Keberhasilan Menekan Penyebaran DBD di Pandeglang

Menurunnya angka kasus demam berdarah ini tidak lepas dari peran aktif masyarakat dan berbagai program yang digalakkan oleh Dinkes Pandeglang. Kesadaran kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi faktor utama.

Kepala Pelayanan Kesehatan Dinkes Pandeglang, Samsudin, menekankan bahwa kunci keberhasilan ada di tangan masyarakat. “Jika masyarakat konsisten menjaga kebersihan, nyamuk sulit berkembang biak. Kunci keberhasilan ada di masyarakat,” ucapnya.

Beberapa upaya yang menjadi pilar pencegahan DBD di Pandeglang antara lain:

  • Gerakan 3M Plus: Ini adalah strategi utama yang terus digencarkan.
    • Menguras: Membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, atau vas bunga secara rutin.
    • Menutup: Menutup rapat-rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
    • Mendaur Ulang/Mengubur: Memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang bisa menampung air dan menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.
    • Plus: Tindakan tambahan seperti menggunakan kelambu, losion anti-nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, atau memelihara ikan pemakan jentik.
  • Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J): Program ini mendorong setiap rumah tangga memiliki juru pemantau jentik (jumantik) sendiri. Dengan begitu, pemantauan jentik dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lebih personal. Puskesmas pun menjadi garda terdepan dalam mendampingi warga.
  • Sosialisasi dan Pelatihan: Dinkes Pandeglang juga aktif menggelar sosialisasi tentang gejala DBD, cara penularan, dan pencegahannya. Bahkan, mereka mengadakan on the job training (OJT) bagi petugas surveilans untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap DBD dan penyakit menular lainnya.

Ancaman Tetap Ada: Waspada di Musim Pancaroba

Meskipun kasus DBD di Pandeglang melandai, kewaspadaan tetap harus dijaga tinggi. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Pandeglang, Encep Hermawan, mengingatkan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu atau musim pancaroba menjadi pemicu utama berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

“Perubahan cuaca dengan hujan diselingi panas, menyebabkan banyak genangan air yang ideal untuk tempat berkembang biak nyamuk,” jelas Encep. Genangan air di plastik, bak, atau tempat penampungan air menjadi lokasi favorit nyamuk untuk bertelur, dan siklus perkembangbiakannya menjadi lebih cepat saat cuaca tidak menentu.

Selain itu, daerah endemis DBD dan wilayah dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, seperti pinggir jalan, cenderung lebih berisiko. Namun, Encep menegaskan bahwa desa-desa pun tetap bisa terdampak. Oleh karena itu, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) harus dilakukan secara berkelanjutan di seluruh wilayah.

Kenali Gejala DBD dan Pentingnya Tindakan Cepat

Kewaspadaan bukan hanya soal membersihkan lingkungan, tetapi juga mengenali gejala Demam Berdarah Dengue sejak dini. Dian Handayani mengimbau masyarakat agar tidak menganggap remeh demam.

“Kami imbau masyarakat segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan bila ada gejala DBD,” ujarnya. Gejala yang patut diwaspadai antara lain:

  • Demam tinggi mendadak
  • Nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala parah
  • Nyeri di belakang mata
  • Muncul bintik-bintik merah di kulit

Kesadaran masyarakat untuk bertindak cepat dan segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan adalah kunci agar tren penurunan kasus DBD di Pandeglang terus terjaga dan tidak ada lagi korban jiwa.

Menjaga Tren Positif: Terus Berkolaborasi untuk Pandeglang Bebas DBD

Penurunan kasus DBD di Pandeglang dari 1.122 jadi 192 adalah sebuah prestasi yang patut diapresiasi, menunjukkan bahwa upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat membuahkan hasil. Namun, perjuangan melawan DBD belum usai. Ancaman dari nyamuk Aedes aegypti akan selalu ada, terutama dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Mari kita terus menjaga kebersihan lingkungan, menerapkan Gerakan 3M Plus dan G1R1J secara konsisten, serta tidak menunda pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala DBD. Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa menjaga Pandeglang tetap aman dari Demam Berdarah Dengue dan kesehatan masyarakat Pandeglang senantiasa terjaga.