Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar penting datang dari Kota Kediri yang patut kita perhatikan bersama. Baru-baru ini, terungkap bahwa belasan ibu hamil di Kota Kediri terdeteksi positif Hepatitis B. Tentu saja, temuan ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan setempat, mengingat risiko penularan penyakit hati ini, terutama dari ibu ke bayi.
Belasan ibu hamil di Kediri terkonfirmasi positif Hepatitis B, Dinkes gencarkan deteksi dini dan edukasi pencegahan untuk menekan angka penularan dari ibu ke anak.
Artikel ini akan mengajak Anda memahami lebih dalam mengenai Hepatitis B pada ibu hamil, mengapa deteksi dini sangat krusial, dan langkah-langkah konkret yang sedang diupayakan oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri untuk melindungi ibu dan generasi penerus. Mari kita telaah bersama agar kita semua bisa lebih waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Mengapa Deteksi Dini pada Ibu Hamil Sangat Penting?
Data terbaru menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir saja, ada setidaknya 17 ibu hamil di Kota Kediri yang terjangkit Hepatitis B. Angka ini didapat dari pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) terhadap 1.521 ibu hamil. Sebagai perbandingan, tahun lalu ada 43 kasus positif dari 3.191 ibu hamil yang diperiksa.
Peningkatan kasus ini menggarisbawahi urgensi deteksi dini. Mengapa demikian? Karena Hepatitis B dikenal sebagai penyakit yang sangat mudah menular secara vertikal, yaitu dari ibu hamil kepada bayinya saat proses kelahiran. Oleh karena itu, skrining HBsAg pada ibu hamil menjadi kunci utama untuk memutus rantai penularan ini sejak awal.
Hepatitis B: Penyakit Hati yang Sering Tanpa Gejala Awal
Mungkin banyak dari kita yang belum terlalu familiar dengan Hepatitis B. Ini adalah infeksi pada organ hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). Yang membuat penyakit ini berbahaya adalah seringkali penderitanya tidak menunjukkan gejala di awal infeksi, bahkan bisa berlangsung 1 hingga 5 bulan setelah terpapar virus.
Gejala baru muncul ketika kerusakan hati sudah cukup parah, seperti kulit dan bagian putih mata (sklera) yang menguning, mual, muntah, mudah lelah, nafsu makan menurun, demam, hingga nyeri perut. Jika tidak ditangani, Hepatitis B bisa berkembang menjadi kondisi kronis yang berisiko tinggi menyebabkan gagal hati, sirosis, atau bahkan kanker hati.
Bagaimana penularannya? Virus Hepatitis B bisa menyebar melalui kontak darah, hubungan seksual berisiko (misalnya tanpa pengaman atau bergonta-ganti pasangan), dan juga penularan vertikal dari ibu hamil ke bayinya.
Dampak Hepatitis B pada Ibu dan Bayi
Infeksi Hepatitis B pada ibu hamil bisa membawa beberapa risiko komplikasi selama kehamilan, seperti ketuban pecah dini, diabetes gestasional, perlemakan hati (steatohepatitis), hingga lepasnya plasenta sebelum waktunya (plasenta abrupsio).
Namun, yang paling menjadi perhatian adalah dampak pada bayi. Apabila seorang ibu hamil menderita Hepatitis B akut (terinfeksi dalam 6 bulan terakhir), risiko bayi untuk tertular HBV bisa mencapai 90 persen. Meskipun risiko menurun menjadi 10-20 persen jika ibu memiliki infeksi kronis, tetap saja sangat mengkhawatirkan. Bayi yang terinfeksi berisiko menderita penyakit hati ringan hingga berat di kemudian hari.
Upaya Pencegahan dan Penanganan: Peran Dinas Kesehatan Kota Kediri
Menanggapi temuan ini, Dinas Kesehatan Kota Kediri tidak tinggal diam. Mereka mengambil langkah cepat dengan menggencarkan skrining HBsAg pada seluruh ibu hamil. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kediri, Hendik Suprianto, menegaskan bahwa deteksi dini ini adalah prioritas utama.
Selain itu, penanganan bayi yang lahir dari ibu positif Hepatitis B juga sangat diperhatikan. Bayi wajib mendapatkan vaksin Hepatitis B (HB 0) dan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg) maksimal dalam 1×24 jam setelah lahir. Pemberian kedua vaksin ini secara tepat waktu sangat efektif untuk memutus rantai penularan dan memberikan perlindungan hingga 95 persen bagi bayi. Bayi juga akan menerima dosis tambahan vaksin Hepatitis B pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
Program ini sejalan dengan inisiatif Kementerian Kesehatan, yaitu Triple Eliminasi 2030, yang bertujuan untuk mengeliminasi penularan tiga jenis penyakit dari ibu ke anak: HIV, sifilis, dan tentu saja, Hepatitis B.
Penting juga untuk diingat bahwa jika hasil laboratorium menunjukkan titer virus Hepatitis B yang sangat tinggi pada ibu hamil, dokter dapat memberikan terapi antivirus. Terapi ini bertujuan untuk menurunkan risiko perpindahan virus ke janin, sehingga ibu hamil tetap bisa menjalani kehamilannya dengan baik di bawah pengawasan dokter.
Apa yang Bisa Kita Lakukan? Edukasi dan Kesadaran Bersama
Kasus Hepatitis B pada ibu hamil di Kota Kediri adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan. Bagi Anda yang sedang hamil atau berencana hamil, jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk skrining Hepatitis B, di Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
Mari bersama-sama mendukung upaya Dinas Kesehatan Kota Kediri dalam mencegah penularan Hepatitis B. Dengan deteksi dini, penanganan yang tepat, dan kesadaran akan pola hidup sehat, kita bisa melindungi diri sendiri, keluarga, dan menciptakan generasi penerus yang lebih sehat dan bebas dari ancaman penyakit ini.