Yogyakarta, zekriansyah.com – Dalam dunia sepak bola modern, nama Pep Guardiola dan Manchester City identik dengan dominasi. Gelar demi gelar, rekor demi rekor, seolah tak ada yang bisa menghentikan laju The Citizens. Namun, seperti Superman yang punya kryptonite, Guardiola pun punya dua tim yang paling sering membuatnya gigit jari. Dulu, Liverpool adalah batu sandungan utamanya. Kini, seiring berjalannya waktu, ada nama baru yang muncul sebagai ancaman serius: Tottenham Hotspur. Ya, seolah kryptonite Guardiola habis Liverpool, terbitlah Tottenham yang kini jadi momok paling menakutkan!
Artikel ini akan mengulas bagaimana dua tim ini berhasil menemukan celah dalam strategi genius Guardiola, dan mengapa Tottenham kini berada di garis depan sebagai penantang terberat. Siap-siap terkejut dengan statistik dan fakta menariknya!
Mengapa Liverpool Pernah Jadi ‘Kryptonite’ Utama Guardiola?
Selama bertahun-tahun, persaingan antara Manchester City asuhan Pep Guardiola dan Liverpool di bawah Jurgen Klopp adalah salah satu yang paling sengit dan menarik di Liga Inggris. The Reds memiliki resep khusus untuk meredam dominasi City. Mereka adalah tim pertama yang menunjukkan bahwa City bisa dikalahkan, bahkan dengan cara yang spektakuler.
Liverpool berhasil mengalahkan tim Pep Guardiola sebanyak 10 kali, menjadikannya tim yang paling sering menundukkan sang manajer Catalan. Kunci keberhasilan Liverpool terletak pada:
- Intensitas Pressing Tinggi: Klopp dikenal dengan gaya “heavy metal football” yang membuat City sulit membangun serangan dari lini belakang.
- Transisi Cepat dan Serangan Balik Mematikan: Saat City kehilangan bola, terutama di fase transisi bertahan, Liverpool dengan cepat memanfaatkan celah dengan akselerasi pemain depannya seperti Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino.
- Fisik dan Stamina Pemain: Gelandang seperti Emre Can, Georginio Wijnaldum, dan Alex Oxlade-Chamberlain memberikan energi tak terbatas untuk mengganggu lini tengah City.
Strategi ini terbukti ampuh, bahkan saat City sedang dalam performa puncaknya, membuat Liverpool benar-benar menjadi kryptonite yang sesungguhnya bagi Pep Guardiola.
Terbitlah Tottenham: ‘Kryptonite’ Baru yang Tak Kalah Sangar
Meski Liverpool masih menjadi rival berat, data terbaru menunjukkan pergeseran menarik. Kini, Tottenham Hotspur telah menyamai rekor kekalahan yang ditorehkan Liverpool terhadap tim asuhan Pep Guardiola. Ya, The Lilywhites juga sudah 10 kali menundukkan tim Guardiola! Angka ini menegaskan bahwa Tottenham bukan lagi sekadar tim biasa bagi City, melainkan sebuah batu sandungan yang nyata.
Beberapa catatan kekalahan krusial Manchester City dari Tottenham baru-baru ini meliputi:
- Kekalahan 0-2 di Liga Inggris (Agustus 2025): Sebuah hasil yang cukup mengejutkan di awal musim, kembali menunjukkan kelemahan City saat berhadapan dengan Spurs.
- Pembantaian 0-4 di Etihad Stadium (November 2024/2025): Ini adalah kekalahan kandang terbesar dalam karier kepelatihan Pep Guardiola. Sebuah hasil yang tak terduga di markas kebanggaan City.
- Tren Kekalahan Beruntun: Kekalahan 0-4 tersebut menjadi bagian dari lima kekalahan beruntun yang belum pernah dialami City di bawah asuhan Pep.
Tottenham juga memiliki rekor kandang yang fantastis melawan City di Premier League, memenangkan empat pertandingan terakhir di kandang tanpa sekalipun kebobolan gol. Ini menunjukkan bahwa The Lilywhites punya cara khusus untuk membuat City tak berdaya, terutama di markas mereka sendiri.
Tak Cuma Angka: Taktik Tottenham yang Merepotkan City
Apa yang membuat Tottenham begitu merepotkan bagi Manchester City? Meskipun detail taktik bisa bervariasi, ada beberapa faktor kunci:
- Pertahanan Solid: Statistik tanpa kebobolan di kandang menunjukkan pertahanan Tottenham yang sangat terorganisir, mampu meredam serangan-serangan City yang biasanya mengalir deras.
- Transisi Cepat dan Efisien: Mirip dengan Liverpool, Tottenham juga piawai dalam melancarkan serangan balik cepat yang seringkali mengejutkan lini belakang City yang sedang overload menyerang.
- Mentalitas Bertanding: Meski ada narasi unik di kalangan fans Spurs yang enggan timnya menang demi menjegal Arsenal juara (sesuatu yang dibantah keras oleh manajer Ange Postecoglou), di lapangan, tim ini menunjukkan semangat juang tinggi. Seperti yang dikatakan Postecoglou, “Saya tidak akan pernah mengerti siapa pun ingin timnya sendiri kalah.” Ini mencerminkan mentalitas untuk selalu meraih kemenangan.
Apa Artinya Bagi Dominasi Manchester City di Liga Inggris?
Kehadiran dua “kryptonite” ini tentu menjadi tantangan besar bagi Pep Guardiola dan Manchester City dalam mempertahankan dominasi mereka di Liga Inggris. Kekalahan-kekalahan dari Liverpool dan Tottenham menunjukkan bahwa City, meskipun perkasa, bukanlah tim yang tak terkalahkan. Mereka punya titik lemah yang bisa dieksploitasi.
Pep Guardiola sendiri, meski terkadang mencoba untuk tetap tenang dan “pantang panik” setelah kekalahan, tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa rekor buruk melawan tim-tim ini adalah sesuatu yang baru baginya di City. “Dalam delapan tahun, kami belum pernah mengalami situasi seperti ini,” ungkapnya setelah kekalahan telak dari Tottenham. Ini menandakan bahwa ia menyadari adanya pola yang perlu dipecahkan.
Kesimpulan
Perjalanan Manchester City di bawah Pep Guardiola memang dipenuhi kejayaan, namun tidak lepas dari batu sandungan yang nyata. Jika dulu Liverpool adalah kryptonite utama yang sering membuat The Citizens kesulitan, kini Tottenham Hotspur telah muncul sebagai ancaman baru yang tak kalah mematikan. Dengan rekor kekalahan yang sama-sama mencapai 10 kali, jelas bahwa Tottenham telah menjadi momok baru bagi sang manajer jenius.
Fenomena kryptonite Guardiola habis Liverpool, terbitlah Tottenham ini akan terus menambah bumbu persaingan di Liga Inggris, mengingatkan kita bahwa dalam sepak bola, bahkan tim terkuat sekalipun memiliki kelemahan yang bisa dieksploitasi. Pertanyaannya, mampukah Pep Guardiola menemukan penawar untuk dua kryptonite-nya ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya!