Benarkah Gangguan Irama Jantung Picu Stroke? Dokter Ungkap Fakta Penting yang Wajib Anda Tahu!

Dipublikasikan 23 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Seringkali kita merasa jantung berdebar kencang, kadang terlalu cepat, atau malah terasa lambat. Sebagian dari kita mungkin menganggapnya sepele, hanya karena kelelahan atau stres biasa. Namun, tahukah Anda bahwa gangguan irama jantung seperti ini, yang dalam dunia medis dikenal sebagai aritmia, ternyata bisa menjadi pemicu serius terjadinya stroke? Para dokter spesialis jantung dan pembuluh darah telah berulang kali mengingatkan kita tentang kaitan erat ini. Mari kita selami lebih dalam fakta-fakta penting yang perlu Anda ketahui agar bisa menjaga kesehatan jantung dan mencegah risiko stroke.

Benarkah Gangguan Irama Jantung Picu Stroke? Dokter Ungkap Fakta Penting yang Wajib Anda Tahu!

Gangguan irama jantung atau aritmia terungkap sebagai salah satu pemicu utama stroke, dokter membagikan fakta penting mengenai kaitan erat antara kondisi ini dengan pencegahan penyakit kardiovaskular.

Aritmia: Lebih dari Sekadar Jantung Berdebar

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu aritmia. Aritmia adalah kondisi di mana detak jantung Anda menjadi tidak teratur. Bisa terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak beraturan sama sekali. Normalnya, jantung kita berdetak sekitar 60 hingga 100 kali per menit saat istirahat, dengan irama yang teratur dan stabil.

Ketika irama ini terganggu, jantung tidak dapat memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh. Akibatnya, pasokan darah ke organ vital seperti otak bisa terganggu, dan inilah yang membuka pintu bagi komplikasi berbahaya, termasuk stroke dan bahkan gagal jantung.

Bagaimana Gangguan Irama Jantung Memicu Stroke?

Kaitan antara gangguan irama jantung dan stroke bukanlah mitos belaka, melainkan fakta medis yang ditegaskan oleh para ahli. Dr. Daniel Tanubudi, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, menjelaskan bahwa aritmia dapat memicu stroke iskemik, yaitu jenis stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di otak.

Begini cara kerjanya:

  1. Aliran Darah Terganggu: Saat jantung berdetak tidak teratur, aliran darah di dalam bilik jantung menjadi tidak lancar atau terhambat.
  2. Pembentukan Bekuan Darah: Kondisi aliran darah yang terganggu ini memudahkan terbentuknya bekuan-bekuan darah di rongga jantung.
  3. Bekuan Meluncur ke Otak: Ibarat sebuah pipa yang tersumbat oleh bola besar, bekuan darah ini sewaktu-waktu bisa “mencelat” keluar dari jantung, ikut dalam aliran darah, dan menuju ke pembuluh darah otak.
  4. Penyumbatan dan Stroke: Ketika bekuan darah ini menyumbat pembuluh darah di otak, pasokan oksigen dan nutrisi ke bagian otak tersebut terhenti, menyebabkan kerusakan sel otak dan terjadilah stroke.

Stroke yang disebabkan oleh gangguan irama jantung, khususnya jenis tertentu, seringkali lebih parah dan dapat menyebabkan kecacatan serius atau bahkan kematian dibandingkan jenis stroke lainnya.

Fibrilasi Atrium: Biang Keladi Utama Pemicu Stroke

Dari berbagai jenis aritmia, Fibrilasi Atrium (FA) atau Afib adalah jenis yang paling umum dan dikenal sebagai penyebab utama stroke. Pada kondisi ini, serambi jantung (atrium) berkontraksi sangat cepat dan tidak teratur (bisa lebih dari 300 kali per menit), sehingga hanya seperti bergetar. Ini membuat bilik jantung juga terganggu dalam memompa darah.

Menurut dr. Yoga Yuniadi, seorang Guru Besar Aritmia, orang dengan FA berisiko 5 kali lipat lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi ini. Risiko ini bahkan lebih tinggi dari pemicu stroke lain seperti hipertensi atau penyakit jantung koroner. Yang mengkhawatirkan, sekitar 50% pasien Afib tidak merasakan gejala apa pun, namun tetap memiliki risiko stroke yang sama tingginya.

Faktor Pemicu Aritmia yang Perlu Diwaspadai

Aritmia bisa menyerang siapa saja, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya:

  • Usia: Risiko aritmia meningkat seiring bertambahnya usia, terutama di atas 65 tahun.
  • Pola Hidup: Stres, kelelahan fisik atau emosional, kurang tidur, merokok, konsumsi alkohol dan kafein berlebihan, serta penyalahgunaan NAPZA.
  • Kondisi Medis:
    • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
    • Diabetes
    • Penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, atau penyakit jantung bawaan
    • Gagal jantung
    • Gangguan tiroid (misalnya hipertiroidisme)
    • Gangguan elektrolit (seperti kalium atau magnesium yang tidak seimbang)
    • Sleep apnea (gangguan tidur yang menyebabkan henti napas sementara)
    • Naiknya asam lambung (GERD)
  • Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan aritmia juga dapat meningkatkan risiko.
  • Suhu Ekstrem: Dalam beberapa kasus, rangsangan pada saraf vagus akibat suhu ekstrem (misalnya minum air dingin) bisa memicu Afib pada individu yang rentan.

Gejala Aritmia yang Tak Boleh Diremehkan

Meskipun kadang tanpa gejala, banyak penderita aritmia yang merasakan tanda-tanda berikut:

  • Jantung berdebar-debar: Sensasi detak jantung yang cepat, lambat, atau tidak teratur.
  • Mudah lelah: Terutama saat beraktivitas.
  • Pusing atau kliyengan: Terkadang hingga pingsan.
  • Sesak napas: Terutama setelah aktivitas ringan.
  • Nyeri dada.
  • Perubahan bentuk dan ukuran jantung: Jika terjadi terlalu sering, dapat menyebabkan gangguan morfologi jantung.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.

Pencegahan dan Deteksi Dini: Kunci Hidup Sehat

Mengingat risiko serius yang ditimbulkan oleh gangguan irama jantung picu stroke, deteksi dini dan pencegahan menjadi sangat krusial.

Deteksi Mandiri dengan “MENARI”

Anda bisa melakukan deteksi dini sederhana di rumah dengan metode “MENARI” (Meraba Nadi Sendiri):

  1. Letakkan 2-3 jari pada pergelangan tangan atau leher Anda.
  2. Rasakan dan hitung berapa kali denyut nadi Anda terasa dalam 30 detik.
  3. Kalikan dua hasil hitungan tersebut untuk mendapatkan denyut nadi per menit.
  4. Perhatikan: Apakah denyutnya teratur? Apakah jumlahnya di bawah 60 atau di atas 100 kali per menit?

Jika Anda menemukan denyut nadi yang tidak teratur, terlalu lambat, atau terlalu cepat, segera konsultasikan dengan dokter spesialis jantung.

Langkah Pencegahan Lainnya:

  • Gaya Hidup Sehat: Terapkan pola hidup SEHAT: Seimbangkan gizi dan berat badan ideal, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stres, Awasi tekanan darah, kolesterol, dan gula darah, serta Teratur berolahraga.
  • Hindari Pemicu: Batasi alkohol dan kafein, serta kelola stres dengan baik.
  • Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan tiroid. Dokter dapat melakukan pemeriksaan seperti EKG untuk memantau aktivitas listrik jantung Anda.

Jangan Abaikan Sinyal Tubuh Anda!

Kesehatan jantung adalah investasi jangka panjang. Jangan pernah menganggap remeh gejala-gejala yang muncul, sekecil apa pun. Mengabaikan gangguan irama jantung bisa berujung pada komplikasi serius seperti stroke yang mengubah hidup. Dengan kesadaran, deteksi dini, dan gaya hidup sehat, Anda bisa melindungi jantung Anda dan menjalani hidup yang lebih berkualitas. Jika ada keraguan, selalu konsultasikan dengan dokter ahli untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

FAQ

Tanya: Apa saja jenis gangguan irama jantung yang paling sering dikaitkan dengan risiko stroke?
Jawab: Jenis aritmia yang paling sering dikaitkan dengan stroke adalah fibrilasi atrium, di mana detak jantung menjadi sangat cepat dan tidak teratur.

Tanya: Bagaimana cara mengetahui jika saya mengalami gangguan irama jantung yang berisiko stroke?
Jawab: Gejala umum meliputi jantung berdebar kencang, pusing, sesak napas, atau nyeri dada, namun beberapa orang tidak merasakan gejala sama sekali.

Tanya: Apakah semua orang dengan gangguan irama jantung pasti akan mengalami stroke?
Jawab: Tidak semua, namun gangguan irama jantung meningkatkan risiko stroke secara signifikan, terutama jika tidak dikelola dengan baik.