Yogyakarta, zekriansyah.com – Para Bobotoh tentu masih ingat betul bagaimana Persib Bandung tampil begitu perkasa di masa pramusim. Kemenangan demi kemenangan diraih, bahkan mengalahkan klub top Australia, Western Sydney Wanderers. Harapan melambung tinggi, siap melihat Maung Bandung mengaum di kompetisi BRI Super League 2025/2026.
Merosotnya performa Persib Bandung di awal BRI Super League 2025/2026 disinyalir akibat minimnya chemistry tim dan adaptasi pemain baru yang belum optimal, ditambah dengan banyaknya kesalahan yang tak perlu.
Namun, kenyataan di tiga laga awal musim ini justru berbeda jauh dari ekspektasi. Setelah menang meyakinkan di laga perdana, performa Persib justru mengalami turbulensi. Mereka harus menelan kekalahan dari tim promosi Persijap Jepara dan ditahan imbang oleh PSIM Yogyakarta. Nah, apa sebenarnya yang terjadi? Mari kita bedah bersama faktor penyebab merosotnya Persib Bandung BRI Super di awal musim ini.
Adaptasi Pemain Baru dan Chemistry Tim yang Belum Padu
Musim ini, Persib Bandung kedatangan beberapa pemain baru yang diharapkan bisa membawa angin segar. Namun, kehadiran amunisi anyar ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pelatih Bojan Hodak. Ibarat membangun sebuah orkestra, setiap musisi baru perlu waktu untuk menyelaraskan nada dan ritme agar tercipta harmoni yang indah.
Kekompakan antar-pemain di lapangan terlihat belum maksimal. Seringkali, aliran bola yang seharusnya lancar justru terputus di tengah jalan. Koneksi antar-lini, seperti dari gelandang ke penyerang, belum terjalin dengan baik. Kapten tim Marc Klok dan rekan-rekannya masih kesulitan membangun serangan yang rapi dan mematikan.
Pelatih Bojan Hodak sendiri mengakui bahwa timnya melakukan banyak kesalahan yang tidak perlu. “Kami melakukan terlalu banyak kesalahan, ada dua situasi yang seharusnya tidak terjadi dan itu harus diubah,” ujarnya setelah kekalahan dari Persijap. Ini menunjukkan bahwa proses adaptasi dan pembentukan chemistry tim masih menjadi PR besar bagi Maung Bandung. Bahkan, legenda Persib, Atep, pernah mengungkapkan bahwa masuknya pemain baru membutuhkan waktu untuk menemukan formasi terbaik.
Tumpulnya Lini Depan: Hilangnya “Duet Maut” dan Tantangan Pengganti
Salah satu faktor penyebab merosotnya Persib Bandung BRI Super yang paling mencolok adalah ketajaman di lini depan yang belum kembali seperti sedia kala. Musim lalu, kita disuguhi aksi menawan duet Ciro Alves dan David da Silva yang menjadi mesin gol. Sayangnya, kedua pemain andalan ini kini telah meninggalkan Maung Bandung.
Sebagai gantinya, Persib mendatangkan Uilliam Barros dan Ramon Tanque. Namun, penampilan kedua pemain asal Brasil ini belum konsisten. Uilliam Barros, meski sudah mencetak dua gol dari tiga laga, kerap mendapat kritik tajam dari Bobotoh di media sosial karena dinilai kurang tajam dan efektif.
Bojan Hodak juga menyoroti minimnya kreasi dan penyelesaian akhir di lini depan timnya. Jika “pabrik gol” tidak berproduksi maksimal, tentu sulit bagi Persib untuk meraih kemenangan, apalagi di kompetisi seketat BRI Super League.
Mental Pemenang yang Belum Terbentuk Sempurna
Kompetisi kasta tertinggi Tanah Air dikenal panjang dan penuh tekanan. Untuk bisa bersaing di papan atas, tim tidak hanya butuh skill individu, tapi juga mental pemenang yang kuat dan konsisten. Sayangnya, Persib Bandung di awal musim ini terlihat mudah panik ketika tim lawan mencetak gol lebih dulu.
Contoh paling nyata terlihat saat melawan Persijap Jepara. Setelah mencoba melakukan comeback, Persib justru kebobolan lagi di penghujung laga, yang membuat mereka tumbang dengan skor 1-2. Para pemain terlihat terburu-buru untuk menyamakan atau membalikkan keadaan, namun justru berujung pada kesalahan-kesalahan fatal.
Kondisi ini menunjukkan bahwa mental pemenang dan ketenangan dalam menghadapi tekanan belum sepenuhnya terbentuk di skuad Maung Bandung. Konsistensi adalah kunci, dan tanpa mental baja, sulit bagi Persib untuk menjaga performa stabil sepanjang musim.
Penutup
Turbulensi Persib di awal BRI Super League 2025/2026 memang menjadi perhatian serius bagi Bobotoh dan manajemen. Faktor penyebab merosotnya Persib Bandung BRI Super ini, mulai dari adaptasi pemain baru, ketajaman lini depan yang belum optimal, hingga mental pemenang yang masih perlu diasah, adalah pekerjaan rumah besar bagi Bojan Hodak dan tim.
Namun, musim masih panjang. Dengan evaluasi yang tepat dan kerja keras, bukan tidak mungkin Maung Bandung bisa segera menemukan kembali ritme permainannya dan bangkit untuk bersaing di papan atas. Dukungan penuh dari Bobotoh tentu akan menjadi energi tambahan bagi para pemain untuk kembali mengaum!
FAQ
Tanya: Mengapa performa Persib Bandung menurun drastis di awal BRI Super League 2025/2026 setelah tampil apik di pramusim?
Jawab: Penurunan performa diduga karena tim masih dalam tahap adaptasi pemain baru dan chemistry antar pemain belum terbangun secara maksimal.
Tanya: Apa saja masalah utama yang terlihat dari permainan Persib Bandung di tiga laga awal musim ini?
Jawab: Aliran bola yang terputus di tengah jalan dan koneksi antar-lini yang belum terjalin baik menjadi masalah utama dalam membangun serangan.
Tanya: Bagaimana dampak kehadiran pemain baru terhadap performa Persib Bandung di awal musim BRI Super League 2025/2026?
Jawab: Pemain baru membutuhkan waktu untuk menyelaraskan nada dan ritme permainan, sehingga kekompakan tim belum maksimal.