Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, di balik gemerlap kemenangan seorang atlet, ada pelajaran berharga yang jauh melampaui teknik dan strategi. Jonatan Christie, pebulutangkis tunggal putra kebanggaan Indonesia, baru-baru ini berbagi pengalaman penting yang ia petik dari penampilannya di Olimpiade Paris yang lalu. Bukan cuma soal pukulan keras atau penempatan bola yang akurat, Jojo, sapaan akrabnya, kini lebih perhatikan aspek non-teknis yang ternyata punya dampak besar pada performanya. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana pembelajaran ini membentuk mental dan permainannya ke depan.
Jonatan Christie fokus pada adaptasi lingkungan dan aspek non-teknis jelang turnamen, belajar dari pengalaman kurang memuaskan di Olimpiade Paris.
Pelajaran Berharga dari Kegagalan di Paris
Pengalaman di Olimpiade Paris 2024 memang meninggalkan jejak tersendiri bagi Jonatan. Tampil di Adidas Arena, Paris, ia harus menelan pil pahit tersingkir di fase grup. Momen itu, menurut Jojo, menjadi titik balik yang memaksanya untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Saat bertanding di Kejuaraan Dunia BWF 2025, di venue yang sama, Jojo berhasil mengalahkan Matthias Kicklitz dari Jerman dengan skor meyakinkan 21-15, 21-5. Namun, ia mengakui bahwa di awal pertandingan, dirinya masih kesulitan mencari feeling pukulan. “Hari ini agak berbeda dari waktu latihan terutama shuttlecock-nya, pada saat latihan berat banget tetapi hari ini cukup laju,” ungkap Jonatan. Penyesuaian terhadap karakteristik kok dan kondisi lapangan ini menjadi salah satu aspek non-teknis yang ia soroti.
Mengapa Aspek Non-Teknis Kini Jadi Prioritas?
Bagi Jonatan, faktor non-teknis ini bukan lagi hal sepele. Ia menyadari bahwa lawan akan semakin berat, dan untuk bisa tampil maksimal, dibutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis. Apa saja sih yang termasuk dalam aspek non-teknis ini?
- Adaptasi Lingkungan: Termasuk penyesuaian dengan shuttlecock, kondisi angin, kelembaban, hingga pencahayaan lapangan. Jojo menyoroti perbedaan suasana Adidas Arena saat Olimpiade 2024 yang “terang banget sampai kelihatan penonton yang di atas” dengan Kejuaraan Dunia BWF 2025 yang “tempat penonton gelap seperti layaknya pertandingan BWF lainnya.” Detail kecil ini bisa sangat mempengaruhi fokus dan persepsi pemain.
- Kondisi Mental dan Psikologi: Tekanan pertandingan besar, ekspektasi, dan kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan adalah kunci. Pengalaman di Olimpiade Paris 2024 menjadi pelajaran keras tentang pentingnya menjaga mentalitas.
- Kedisiplinan di Luar Lapangan: Pelatih tunggal putra, Irwansyah, juga menekankan bahwa kesiapan di luar lapangan, kebiasaan, dan disiplin sangat berkaitan dengan performa di dalam lapangan.
Seperti sebuah analogi, kita bisa bayangkan seorang koki hebat yang memiliki resep sempurna (teknik). Tapi jika ia memasak di dapur yang asing, dengan peralatan yang berbeda, dan di bawah tekanan waktu yang ekstrem (aspek non-teknis), hasilnya bisa jadi tidak maksimal. Begitulah kira-kira pentingnya aspek non-teknis bagi Jonatan Christie.
Strategi Menuju Puncak: Bukan Hanya Soal Pukulan
Pembelajaran ini bukan hanya untuk Jonatan pribadi, tapi juga menjadi bagian dari persiapan tim Indonesia secara keseluruhan. Pelatih Irwansyah pernah menjelaskan bahwa menjelang turnamen besar seperti Olimpiade, program latihan sudah bergeser. Jika di Pelatnas fokus pada penguatan semua aspek fisik dan otot, kini fokusnya lebih ke cara bermain dan strategi spesifik menghadapi lawan.
“Selain itu, kondisi fisik juga tidak boleh turun, harus stabil walau latihan teknik di sini diperbanyak,” kata Irwansyah. Kesiapan fisik yang prima akan mendukung mental yang kuat, sehingga pemain bisa lebih mudah beradaptasi dengan segala kondisi non-teknis di lapangan. Pengalaman dari Olimpiade Tokyo 2020 juga menjadi referensi berharga untuk mematangkan strategi ini.
Kesimpulan
Perjalanan seorang atlet menuju puncak memang tidak pernah mudah, dan Jonatan Christie membuktikan bahwa pembelajaran tak pernah berhenti. Dengan lebih perhatikan aspek non-teknis yang ia petik dari pengalaman di Olimpiade Paris, Jojo menunjukkan kedewasaan dan komitmennya untuk terus berkembang. Fokus pada detail-detail kecil di luar teknik ini diharapkan akan menjadi kunci bagi Jonatan untuk meraih hasil terbaik di turnamen-turnamen mendatang, termasuk impian emas Olimpiade di masa depan. Semangat terus, Jojo!