Bisakah Fabregas dan Morata Berteman di Como? Profesionalisme di Atas Persahabatan!

Dipublikasikan 15 Agustus 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, dua bintang lapangan hijau yang dulu bahu-membahu di Chelsea dan tim nasional Spanyol, Cesc Fabregas dan Alvaro Morata, kini kembali dipertemukan. Bukan sebagai rekan setim yang berjuang bersama di lini tengah dan depan, melainkan dalam peran yang sangat berbeda: Fabregas sebagai pelatih kepala Como 1907, dan Morata sebagai penyerang andalannya. Pertanyaan pun muncul, bisakah Fabregas berteman Morata di Como dengan dinamika hubungan yang baru ini? Mari kita bedah lebih dalam.

Bisakah Fabregas dan Morata Berteman di Como? Profesionalisme di Atas Persahabatan!

Fabregas tegaskan profesionalisme di Como: “Morata bukan teman, ia pemain saya.”

Reuni Dua Bintang Spanyol: Dulu Rekan, Kini Atasan-Bawahan

Kabar kepindahan Alvaro Morata ke Como 1907, klub promosi Serie A yang dimiliki oleh keluarga Hartono asal Indonesia, memang menjadi sorotan. Morata bergabung dengan status pinjaman dari AC Milan dengan opsi pembelian permanen. Ini bukan kali pertama Morata berpetualang di Italia, dan reuni dengan Cesc Fabregas menjadi salah satu daya tarik utama transfer ini.

Fabregas dan Morata memiliki sejarah panjang. Keduanya pernah berbagi ruang ganti di klub top Liga Inggris, Chelsea, serta bersama-sama membela panji tim nasional Spanyol. Ikatan emosional dan pemahaman di lapangan tentu sudah terjalin erat. Namun, kini peran mereka telah berubah total. Fabregas, yang sebelumnya juga pernah menjadi pemain di Como, kini memegang kendali penuh sebagai pelatih. Ini artinya, Morata bukan lagi sekadar rekan, melainkan “anak buah” yang harus tunduk pada instruksi sang pelatih.

Cesc Fabregas: “Dia Bukan Teman Saya Hari Ini”

Meskipun memiliki hubungan baik di masa lalu, Cesc Fabregas tak ragu menegaskan bahwa profesionalisme adalah yang utama. Dalam wawancaranya, ia secara blak-blakan menanggapi pertanyaan tentang hubungan pertemanannya dengan Morata.

“Dia bukan teman saya. Ketika dia meninggalkan Chelsea, saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi,” kata Fabregas. “Sekalipun dia teman saya, dia bukan teman saya hari ini. Kami memiliki hubungan yang sangat baik, kami berbagi dua tahun di Chelsea dan di tim nasional, dia pria yang luar biasa dengan hati yang besar.”

Pernyataan ini mungkin terdengar keras, namun mengandung pesan yang sangat jelas: di dalam lingkungan tim profesional, batas antara persahabatan pribadi dan hubungan kerja harus dijaga. Fabregas sendiri pernah menyatakan bahwa ia tidak bisa berteman dengan para pemainnya di Como. Ini adalah filosofi yang ia pegang teguh untuk memastikan setiap pemain memberikan yang terbaik dan mengikuti arahannya tanpa ada bias.

Fabregas juga memuji pengorbanan Alvaro Morata yang rela melepaskan lebih dari 60% gajinya di Galatasaray demi bergabung dengan Como. “Itu menunjukkan banyak hal tentang mentalitasnya, tentang apa yang akan dia lakukan,” ungkap Fabregas. Ia menambahkan bahwa Morata tidak menjanjikan gol, melainkan kerja keras dan sikap positif, yang merupakan sinyal penting bagi dirinya dan seluruh skuad.

Ambisi Como 1907 dan Peran Morata

Kedatangan Alvaro Morata ke Como 1907 adalah bagian dari proyek ambisius klub yang ingin menembus level tertinggi di Serie A, bahkan membidik kompetisi Eropa. Como melihat Morata bukan hanya sebagai mesin gol, tetapi juga sebagai pemimpin di ruang ganti yang bisa menjadi panutan bagi rekan-rekan setimnya.

“Saya sudah kenal Alvaro selama bertahun-tahun dan selalu mengagumi cara dia bermain dan membawa diri,” ujar Fabregas. “Dia striker yang cerdas yang selalu tampil gemilang di momen-momen besar dan rekan setim yang mengangkat teman-temannya. Kami senang dia gabung Como.”

Morata sendiri sangat antusias dengan proyek ini. Ia berjanji akan memberikan “200% di setiap sesi latihan dan pertandingan” untuk Como. Dengan pengalaman bermain di klub-klub raksasa Eropa seperti Real Madrid, Juventus, Chelsea, dan Atletico Madrid, kehadiran Morata diharapkan mampu membawa pengalaman dan kualitas yang dibutuhkan Como untuk bersaing di kasta tertinggi Liga Italia. Filosofi bermain menyerang Fabregas juga menuntut adaptasi dari pemain untuk bisa tampil di berbagai posisi, dan Morata, dengan kecerdasannya, diharapkan bisa memenuhi ekspektasi tersebut.

Kesimpulan

Jadi, bisakah Fabregas berteman Morata di Como? Jawabannya adalah, mungkin tidak dalam konteks persahabatan pribadi di dalam lingkungan kerja, setidaknya menurut Fabregas sendiri. Namun, yang pasti adalah hubungan Fabregas Morata akan didasarkan pada profesionalisme tinggi dan rasa saling hormat.

Cesc Fabregas telah menunjukkan bahwa ia adalah pelatih yang mengutamakan disiplin dan dedikasi, tanpa memandang latar belakang pertemanan. Sementara itu, Alvaro Morata datang dengan semangat juang dan komitmen penuh untuk membantu Como 1907 mencapai ambisi besarnya di Serie A. Reuni ini lebih dari sekadar nostalgia; ini adalah babak baru yang menjanjikan banyak aksi menarik di lapangan hijau, di mana profesionalisme akan menjadi kunci kesuksesan bersama. Mari kita nantikan kiprah mereka!