Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar mengenai pembengkakan kaki seorang lansia di Sukamanah, Cisaat, Sukabumi sempat menjadi perhatian. Banyak yang bertanya-tanya, apakah ini gejala penyakit kaki gajah yang berbahaya? Nah, kini ada kabar baik dan penjelasan pasti dari pihak berwenang. Dokter Puskesmas Cisaat pastikan lansia asal Cisaat Sukabumi ini, Ibu Tuti Banisan (62 tahun), tidak mengidap kaki gajah. Penanganan medis yang intensif pun sedang berjalan. Mari kita selami lebih jauh bagaimana kondisi Ibu Tuti sebenarnya dan upaya penanganan yang dilakukan.
Dokter Puskesmas Cisaat pastikan tidak ada kasus kaki gajah pada lansia asal Sukamanah, melainkan akibat trauma jangka panjang dan gangguan aliran darah.
Bukan Kaki Gajah, Melainkan Kondisi Lain yang Perlu Perhatian Khusus
Warga Kampung Sukamanah, RT 05/06, Desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Ibu Tuti Banisan, sempat membuat khawatir dengan kondisi kaki kanannya yang membengkak. Namun, kekhawatiran itu ditepis oleh tim medis. Dokter dan perawat Puskesmas Cisaat yang mengunjungi kediaman Ibu Tuti pada Rabu, 20 Agustus 2025, menyatakan bahwa pembengkakan tersebut bukan disebabkan oleh penyakit kaki gajah (filariasis).
Menurut dr. Sauki, dokter dari Puskesmas Cisaat, kondisi pembengkakan pada kaki Ibu Tuti lebih tepat disebut kortusio. “Ini kan memang penyebabnya juga sudah lama ada riwayat trauma, bekas kebakaran kulitnya, jadi kakinya kaya gini (pembengkakan) dan ini ada gangguan aliran darah sama ototnya atau kortusio yang mengakibatkan pembuluh darahnya pecah dan ada pembengkakan,” jelas dr. Sauki. Jadi, ini adalah perdarahan di bawah kulit akibat trauma lama yang mengganggu aliran darah dan otot.
Diagnosis ini penting karena menegaskan bahwa penanganan yang dibutuhkan Ibu Tuti berbeda. “Jadi si pembuluh darahnya terganggu alirannya, makanya ini dirujuknya juga ke bedah plastik, bukan untuk kaki gajah, chikungunya, atau infeksi cacing,” tegas dr. Sauki. Ini menunjukkan pentingnya diagnosis yang tepat agar pasien mendapatkan terapi yang sesuai.
Perjalanan Penanganan Kesehatan Ibu Tuti: Dari Cisaat Hingga Bandung
Penanganan kesehatan Ibu Tuti Banisan ternyata bukan hal baru. Rinda, Perawat Desa Sukamanah, mengungkapkan bahwa Ibu Tuti sudah dalam pemantauan dan penanganan sejak tahun 2019 oleh pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan. “Ibu Ini itu sebetulnya pernah dikunjungi pada tahun 2019 oleh Puskesmas, dari Dinkes juga pernah ke sini, dulu itu kita pernah kasih rujukan, tapi ibunya tidak melanjutkan karena mungkin ada beberapa faktor,” tutur Rinda.
Kedatangan kembali tim Puskesmas Cisaat pada pertengahan Juli 2025 lalu adalah untuk memastikan kondisi kesehatan Ibu Tuti secara menyeluruh, mengingat beliau juga memiliki riwayat hipertensi atau darah tinggi. “Sebetulnya kita mau memastikan kondisi ibunya ya, karena sebenernya minggu kemarin kita sudah ke sini sudah memeriksa, ternyata ibu kan ada darah tinggi juga dan udah diberikan terapi juga oleh dokter dari pihak puskesmas,” tambah Rinda.
Untuk kondisi kakinya, Puskesmas telah memberikan rujukan ke RSUD Sekarwangi pada 12 Juli 2025. Ibu Tuti kemudian berangkat ke RSUD Sekarwangi pada Rabu, 13 Juli 2025. Dari sana, beliau dirujuk kembali ke Rumah Sakit Santosa Bandung untuk penanganan lebih lanjut oleh spesialis bedah plastik.
Bupati Sukabumi, Asep Japar, juga menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak tinggal diam. Beliau memastikan bahwa Ibu Tuti akan menjalani operasi di RS Santosa Bandung. Awalnya, operasi dijadwalkan pada Rabu, 20 Agustus 2025, dengan pendampingan dari Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan. Namun, keberangkatan tersebut ditunda karena dokter spesialis yang menangani sedang cuti. “Sudah dikomunikasikan dengan keluarga, berangkatnya jadi 27 Agustus 2025,” ujar Asep Japar.
Peran Vital Puskesmas dalam Mengawal Kesehatan Lansia di Cisaat
Kasus Ibu Tuti Banisan ini menjadi contoh nyata betapa vitalnya peran Puskesmas Cisaat dalam mengawal kesehatan masyarakat, khususnya para lansia di wilayahnya. Kehadiran dan kepedulian tenaga kesehatan Puskesmas sangat membantu dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengarahkan pasien untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Tanpa kunjungan dan pemeriksaan langsung dari dokter Puskesmas, mungkin saja diagnosis awal yang keliru terus beredar, menghambat pengobatan yang seharusnya.
Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan juga berperan penting dalam memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat. Dengan begitu, informasi kesehatan yang akurat dapat sampai ke warga, mengurangi kecemasan, dan memastikan setiap individu menerima perawatan yang sesuai dengan kondisinya.
Kesimpulan:
Kita patut bersyukur, dokter Puskesmas Cisaat pastikan lansia asal Cisaat Sukabumi, Ibu Tuti Banisan, kini mendapatkan penanganan yang tepat. Kondisi pembengkakan kaki beliau bukanlah kaki gajah, melainkan kortusio yang membutuhkan penanganan bedah plastik. Perjalanan panjang penanganan medis dari Puskesmas Cisaat, RSUD Sekarwangi, hingga rencana operasi di RS Santosa Bandung menunjukkan komitmen berbagai pihak. Ini adalah bukti bahwa dengan sinergi antara fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas dan dukungan pemerintah daerah, kesehatan masyarakat, terutama lansia, dapat terjamin dan tertangani dengan baik. Mari terus dukung upaya pelayanan kesehatan di lingkungan kita!