Yogyakarta, zekriansyah.com – Wabah campak kembali menjadi sorotan serius di Sumatera Utara. Kabar mengejutkan datang dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Utara yang menyatakan bahwa anak masih bisa terkena campak meski sudah imunisasi. Lho, kok bisa? Padahal, imunisasi dikenal sebagai benteng pertahanan utama dari penyakit menular.
Dinkes Sumut menjelaskan potensi anak terjangkit campak meski sudah diimunisasi, menyoroti berbagai faktor risiko yang perlu diwaspadai.
Situasi ini tentu memicu banyak pertanyaan dan kekhawatiran di kalangan orang tua. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa hal ini bisa terjadi, bagaimana kondisi campak terkini di Sumut, serta langkah-langkah konkret yang diambil oleh Dinkes Sumut untuk melindungi si kecil dan masyarakat luas. Mari kita pahami bersama agar kita bisa bertindak lebih bijak.
Mengapa Anak Bisa Terkena Campak Meski Sudah Divaksin?
Mungkin banyak dari kita yang berpikir, sekali divaksin, anak sudah pasti kebal. Namun, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Sumatera Utara, Novita Saragih, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang membuat anak-anak tetap memiliki kemungkinan untuk tertular penyakit campak meski telah mendapatkan imunisasi.
“Gejalanya cenderung lebih ringan dan risikonya kecil jika sudah divaksin,” ujar Novita. Ini penting digarisbawahi: vaksin sangat mengurangi keparahan penyakit. Lalu, apa saja faktor penyebabnya?
- Efektivitas Vaksin Tidak Selalu 100 Persen: Sama seperti perlindungan lainnya, tidak ada vaksin yang menjamin kekebalan mutlak. Efektivitas vaksin campak memang sangat tinggi, namun tidak mencapai 100% pada setiap individu.
- Paparan Virus Sebelum Vaksin Bekerja Optimal: Tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk antibodi setelah divaksin. Jika anak terpapar virus campak dalam periode ini, infeksi masih bisa terjadi.
- Daya Tahan Tubuh Anak Menurun: Saat imunitas anak sedang tidak prima, misalnya karena kelelahan atau sakit lain, risiko tertular campak bisa meningkat meskipun sudah diimunisasi.
- Paparan Virus dalam Jumlah Besar: Lingkungan dengan tingkat penularan yang sangat tinggi, atau paparan virus dalam jumlah yang masif, juga dapat meningkatkan kemungkinan anak tertular, meskipun sudah ada perlindungan dari vaksin.
Jadi, imunisasi memang tidak menjamin nol risiko, tetapi sangat efektif dalam mengurangi keparahan dan komplikasi serius.
Situasi Campak di Sumatera Utara: Status KLB di 12 Wilayah
Kondisi campak di Sumatera Utara saat ini memang mengkhawatirkan. Dinkes Sumut mencatat lonjakan signifikan kasus campak dalam satu tahun terakhir. Sejak Januari hingga 31 Juli 2025, tercatat 1.191 kasus suspek campak, dengan 362 kasus terkonfirmasi positif campak dan 10 kasus rubella.
Yang lebih mencemaskan, sebanyak 12 kabupaten/kota di Sumut telah ditetapkan dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak. Wilayah-wilayah ini menunjukkan penyebaran virus yang meluas dan cepat.
Berikut adalah beberapa daerah dengan kasus terbanyak:
- Kota Medan: 159 kasus
- Deli Serdang: 101 kasus
- Tebing Tinggi: 16 kasus
Selain ketiga wilayah tersebut, daerah lain yang juga berstatus KLB meliputi Tapanuli Selatan, Dairi, Padanglawas, Tapanuli Tengah, Samosir, Padanglawas Utara, Mandailing Natal, Binjai, dan Pematangsiantar. Mayoritas kasus campak ini menyerang anak usia 1–9 tahun.
Tantangan Besar: Rendahnya Cakupan Imunisasi dan Hoaks Vaksin
Salah satu faktor pemicu utama merebaknya KLB campak di Sumut adalah rendahnya cakupan imunisasi. Hingga 31 Juli 2025, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Sumut baru mencapai 38,66%, jauh di bawah target nasional sebesar 58%. Sumut bahkan hanya menempati peringkat ke-5 secara nasional dalam capaian IDL.
Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa 56% dari kasus campak yang terkonfirmasi positif terjadi pada anak-anak yang belum pernah menerima imunisasi campak-rubella (MR). Ini menegaskan bahwa imunisasi adalah kunci pencegahan.
Novita juga menyoroti tantangan lain yang tak kalah besar: “Tantangan utamanya adalah minimnya informasi serta kesadaran masyarakat, ditambah beredarnya hoaks yang meragukan vaksin.” Informasi yang salah atau hoaks seputar vaksin telah menyebabkan keraguan dan penolakan imunisasi, padahal ini adalah langkah krusial untuk melindungi diri dan komunitas.
Langkah Cepat Dinkes Sumut Atasi KLB Campak
Menanggapi kondisi darurat ini, Dinkes Sumut tidak tinggal diam dan telah mengintensifkan berbagai langkah penanggulangan.
- Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Pelacakan Kontak: Tim kesehatan bergerak cepat melacak kontak erat dan menemukan kasus tambahan di lingkungan penderita, baik di rumah, sekolah, maupun tempat umum.
- Koordinasi Lintas Sektor: Dinkes berkoordinasi intensif dengan dinas kesehatan kabupaten/kota, instansi pendidikan, pemerintah daerah, hingga tokoh masyarakat dan agama untuk mempercepat penanganan dan edukasi.
- Survei Cepat Komunitas: Dilakukan untuk memetakan cakupan imunisasi dan merancang strategi respons yang tepat.
- Persiapan ORI (Outbreak Response Immunization): Penyusunan mikroplanning sedang disiapkan untuk pelaksanaan imunisasi tanggap darurat secara massal.
- Program “Imunisasi Kejar” dan “PENARI”: Dinkes Sumut menjalankan program “imunisasi kejar” untuk menjangkau anak-anak yang belum menerima vaksin sesuai jadwal. Selain itu, pada 4-9 Agustus 2025, akan digelar Pekan Imunisasi Nasional Anak Indonesia (PENARI) secara serentak di seluruh wilayah Sumut sebagai upaya percepatan cakupan imunisasi.
- Peluncuran Program “Lemang”: Dinkes Sumut juga kembali meluncurkan program inovatif “Lemang” (Lengkapi Imunisasi Seminggu) yang terbukti efektif meningkatkan cakupan imunisasi.
- Pelibatan Fasilitas Kesehatan: Puskesmas berperan sebagai garda terdepan dalam deteksi dini dan penanganan awal. Rumah sakit, termasuk fasilitas kesehatan swasta, juga diharapkan aktif dalam penanganan lanjutan dan pelaporan kasus suspek campak.
Kesimpulan: Imunisasi Tetap Benteng Terkuat Kita
Meskipun anak-anak di Sumatera Utara masih bisa terkena campak meski sudah imunisasi, penting untuk diingat bahwa vaksinasi secara signifikan mengurangi risiko keparahan dan komplikasi. Data menunjukkan, sebagian besar kasus parah justru terjadi pada anak yang belum divaksin. Situasi KLB di 12 wilayah Sumut adalah alarm bagi kita semua.
Imunisasi bukan hanya melindungi anak kita, tetapi juga menciptakan kekebalan kelompok yang melindungi mereka yang tidak bisa divaksin (misalnya karena kondisi medis tertentu). Oleh karena itu, mari kita dukung penuh program imunisasi yang digalakkan oleh Dinkes Sumut. Jangan mudah terpengaruh hoaks dan pastikan anak-anak kita mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal.
Kolaborasi semua pihak—mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, hingga peran aktif orang tua—adalah kunci untuk menghentikan penyebaran campak dan melindungi generasi penerus kita. Lindungi anak Anda hari ini, karena imunisasi adalah hak mereka dan kewajiban kita bersama.
FAQ
Tanya: Mengapa anak yang sudah diimunisasi campak masih bisa tertular?
Jawab: Efektivitas vaksin campak tidak selalu 100 persen, dan ada faktor lain yang bisa mempengaruhi perlindungannya.
Tanya: Apakah gejala campak pada anak yang sudah divaksin akan lebih parah?
Jawab: Gejala campak pada anak yang sudah divaksin cenderung lebih ringan dan risikonya lebih kecil.
Tanya: Apa yang harus dilakukan orang tua jika anak yang sudah divaksin terkena campak?
Jawab: Segera konsultasikan dengan dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan yang tepat.