Depkes AS Batalkan Pendanaan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta: Sebuah Keputusan Kontroversial yang Mengguncang Dunia Kesehatan

Dipublikasikan 6 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar mengejutkan datang dari Amerika Serikat. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS) berencana membatalkan pendanaan pengembangan vaksin mRNA senilai USD500 juta (sekitar Rp7,6 triliun) yang ditujukan untuk melawan virus seperti flu dan Covid-19. Keputusan ini tentu saja memicu pro dan kontra di kalangan ahli kesehatan dan masyarakat global.

Depkes AS Batalkan Pendanaan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta: Sebuah Keputusan Kontroversial yang Mengguncang Dunia Kesehatan

Departemen Kesehatan AS dikabarkan membatalkan pendanaan pengembangan vaksin mRNA senilai USD500 juta, memicu kontroversi di kalangan pemerhati kesehatan global.

Mengapa keputusan ini diambil dan apa dampaknya bagi masa depan penanganan pandemi? Mari kita telaah lebih dalam agar Anda bisa memahami gambaran lengkapnya.

Mengapa Pendanaan Vaksin mRNA Dibatalkan?

Keputusan kontroversial ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan AS, Robert F Kennedy Jr., yang dikenal sebagai sosok yang skeptis terhadap vaksin. Ia menyatakan bahwa pendanaan tersebut ditarik karena klaim bahwa teknologi mRNA justru menimbulkan lebih banyak risiko daripada manfaat untuk virus pernapasan.

Dalam pernyataannya, Kennedy Jr. menyampaikan bahwa timnya telah “meninjau sains, mendengarkan para ahli, dan bertindak.”

“Data menunjukkan vaksin-vaksin ini gagal melindungi secara efektif terhadap infeksi saluran pernapasan atas seperti Covid dan flu,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa departemennya akan mengalihkan pendanaan ke platform vaksin yang dianggap lebih aman dan luas, yang tetap efektif meski virus bermutasi. Bahkan, Kennedy Jr. sempat mengklaim bahwa vaksin mRNA bisa mendorong mutasi baru dan memperpanjang pandemi.

Reaksi dan Kritik dari Para Ahli Kesehatan

Keputusan Robert F Kennedy Jr. ini sontak menuai kritik tajam dari berbagai pihak, terutama para dokter dan pakar kesehatan yang telah lama mendukung keamanan dan efikasi vaksin.

Peter Lurie, mantan pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), mengungkapkan kekhawatirannya.

“Pengembangan vaksin mRNA untuk melawan Covid-19 sangat penting dalam membantu memperlambat pandemi dan menyelamatkan jutaan nyawa,” katanya. Ia juga menyebut perubahan ini sebagai “pengabaian AS terhadap salah satu alat paling menjanjikan untuk melawan pandemi berikutnya.”

Senada dengan Lurie, Dr. Paul Offit, Direktur Pusat Edukasi Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, menegaskan bahwa vaksin mRNA sangat aman dan krusial dalam mencegah infeksi parah. Ia juga membantah klaim mutasi virus akibat vaksin.

“Virus flu bermutasi setiap tahun terlepas dari apakah orang divaksinasi atau tidak, sementara virus campak tidak bermutasi, meskipun sebagian besar orang divaksinasi dengan suntikan mRNA,” jelasnya.

Pembatalan pendanaan ini, menurut Dr. Offit, dapat menempatkan AS dalam posisi yang lebih berbahaya dalam merespons potensi pandemi di masa mendatang, mengingat siklus pengembangan vaksin mRNA yang lebih singkat.

Mengenal Lebih Dekat Teknologi Vaksin mRNA

Vaksin mRNA bekerja dengan cara yang berbeda dari vaksin tradisional. Jika beberapa vaksin menggunakan virus yang diinaktivasi untuk memicu respons imun, vaksin mRNA justru “mengajari” sel tubuh cara membuat protein yang dapat memicu respons imun.

Teknologi ini terbukti sangat cepat dalam pengembangannya, menjadikannya kunci dalam respons cepat terhadap pandemi Covid-19. Vaksin mRNA seperti yang diproduksi oleh Moderna dan Pfizer telah diuji pada ribuan orang dan terbukti aman serta efektif.

Bagaimana dengan Indonesia? Kontras dengan Langkah AS

Di tengah berita pembatalan pendanaan vaksin mRNA di AS, Indonesia justru menunjukkan arah yang berbeda. Indonesia, melalui PT Bio Farma, justru aktif mengembangkan kapasitas produksi vaksin dengan teknologi terkini, termasuk mRNA dan viral vector.

Pada September 2023, Bio Farma dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) menandatangani perjanjian kerja sama 10 tahun untuk percepatan penanggulangan pandemi. CEPI sendiri akan menginvestasikan hingga USD15 juta untuk meningkatkan kapabilitas produksi vaksin yang lebih beragam, termasuk teknologi mRNA di fasilitas Bio Farma.

Kolaborasi ini bertujuan untuk:

  • Mendorong ketersediaan produk dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin untuk memasok negara-negara di kawasan Global South.
  • Mengurangi ketidakmerataan akses vaksin, seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19.
  • Meningkatkan kapabilitas dan kapasitas produksi vaksin untuk penanggulangan ancaman wabah dalam waktu 100 hari sejak patogen virus baru teridentifikasi.

Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin, menyambut baik kerja sama ini, melihatnya sebagai langkah penting untuk meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap ketahanan pasokan dan kemandirian vaksin di kawasan ASEAN dan Global South.

Kesimpulan: Pentingnya Kesiapan dan Inovasi

Keputusan Departemen Kesehatan AS untuk membatalkan pendanaan pengembangan vaksin mRNA memang menjadi sorotan. Di satu sisi, ada kekhawatiran tentang potensi risiko dan efektivitas, namun di sisi lain, banyak ahli kesehatan yang menekankan pentingnya teknologi ini untuk kesiapan menghadapi pandemi di masa depan.

Bagaimanapun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi vaksin terus berlanjut. Penting bagi kita untuk tetap kritis, mencari informasi dari sumber terpercaya, dan mendukung upaya inovasi yang bertujuan melindungi kesehatan masyarakat global. Indonesia, melalui Bio Farma, menunjukkan komitmennya untuk menjadi bagian dari solusi global dalam menghadapi ancaman kesehatan di masa mendatang, dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti mRNA.

FAQ

Tanya: Siapa Menteri Kesehatan AS yang membatalkan pendanaan vaksin mRNA dan apa alasannya?
Jawab: Menteri Kesehatan AS, Robert F Kennedy Jr., membatalkan pendanaan karena mengklaim teknologi mRNA menimbulkan lebih banyak risiko daripada manfaat untuk virus pernapasan dan gagal melindungi secara efektif terhadap infeksi.

Tanya: Berapa nilai pendanaan yang dibatalkan dan untuk pengembangan vaksin apa?
Jawab: Pendanaan yang dibatalkan senilai USD500 juta (sekitar Rp7,6 triliun) ditujukan untuk pengembangan vaksin mRNA melawan virus seperti flu dan Covid-19.

Tanya: Ke mana pendanaan tersebut akan dialihkan dan mengapa?
Jawab: Pendanaan akan dialihkan ke platform vaksin yang dianggap lebih aman dan luas, yang tetap efektif meski virus bermutasi.