Yogyakarta, zekriansyah.com – Dulu, diabetes seringkali diasosiasikan dengan penyakit orang tua. Namun, kini ada alarm merah diabetes di kalangan anak muda yang tak bisa lagi diabaikan. Angka kasus diabetes pada remaja dan dewasa muda di Indonesia terus melonjak, mengubah pandangan kita tentang siapa saja yang berisiko. Ini bukan lagi sekadar ancaman global, melainkan masalah serius yang butuh perhatian kita semua.
Mengapa fenomena ini terjadi? Para pakar dari berbagai universitas di Indonesia, termasuk dosen dan akademisi kesehatan, turut menyoroti isu ini dan mengungkapkan berbagai faktor pemicu yang seringkali luput dari perhatian. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa diabetes kini merambah usia muda dan bagaimana kita bisa mencegahnya.
Diabetes Bukan Lagi Penyakit Orang Tua: Mengapa Anak Muda Rentan?
Perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin buruk menjadi biang keladi utama melonjaknya angka diabetes di usia muda. Dr. Raudia Faridah Humaidy, MPH, seorang akademisi dari Universitas Airlangga (Unair), menjelaskan bahwa diabetes melitus terbagi dua: Tipe 1 karena kelainan produksi insulin, dan Tipe 2 karena tubuh kurang sensitif terhadap insulin.
“Waktu seseorang makan atau minum, kadar gula dalam darah meningkat. Insulin tugasnya menjadi tukang angkut gula dari darah untuk dimasukkan ke sel tubuh,” jelas Dr. Rida. Ia melanjutkan, “Kalau seseorang terbiasa makan atau minum dengan pola yang kurang baik, insulin bekerja lebih keras sebagai tukang angkut. Lama-lama insulin bekerja lelah dan gula dalam darah masih banyak yang enggak diangkut masuk ke sel tubuh.”
Data prevalensi pun menunjukkan tren yang mengkhawatirkan:
- Pada kelompok usia 25-34 tahun, prevalensi diabetes naik dari 4,1% (2018) menjadi 5,3% (2023).
- Untuk usia 35-44 tahun, peningkatannya lebih tajam, dari 8,6% (2018) menjadi 10,1% (2023).
Angka-angka ini adalah bukti nyata bahwa diabetes tidak lagi pandang usia.
Gaya Hidup Modern: Pemicu Utama Alarm Diabetes di Kalangan Anak Muda
Para dosen universitas menyoroti beberapa faktor gaya hidup tidak sehat yang berperan besar dalam peningkatan kasus diabetes di usia muda:
1. Pola Hidup Sedentari (Minim Gerak)
Fokus yang berlebihan di depan layar gadget, komputer, atau buku membuat anak muda kurang bergerak. Physical inactivity ini, menurut Dr. Rida dari Unair, meningkatkan risiko penurunan sensitivitas insulin. Senada dengan itu, Dwi Cahyo Kartiko, Dekan Bidang Akademik FIO UNESA, juga mengkhawatirkan kondisi masyarakat Indonesia yang malas bergerak, yang berkorelasi dengan tingginya penyakit berbahaya seperti diabetes.
2. Pola Nutrisi Buruk
Konsumsi gula berlebihan adalah musuh utama. Dr. Faisal Parlindungan, dokter dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), menegaskan bahwa konsumsi makanan dan minuman tinggi gula atau lemak berperan utama. Anjuran konsumsi gula harian adalah maksimal 50 gram atau 4 sendok makan per hari. Sayangnya, menjamurnya minuman manis kekinian dan makanan instan membuat konsumsi gula seringkali melewati batas.
“Konsumsi berlebihan makanan dan minuman tinggi gula atau lemak memainkan peranan utama dalam menumbuhkan penyakit ini,” tegas dr Faisal.
3. Jam Tidur yang Kurang atau Tidak Teratur
Tidur kurang dari 6-8 jam sehari atau pola tidur yang tidak teratur (termasuk kerja shift) dapat meningkatkan risiko diabetes. Kurang tidur mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk yang berkaitan dengan regulasi gula darah.
4. Stres Berlebihan
Saat seseorang mengalami beban pikiran, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol. Hormon ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah, menjadikan stres sebagai salah satu faktor risiko yang sering terabaikan.
“Silent Killer”: Gejala dan Komplikasi Serius yang Mengintai
Penyakit diabetes sering disebut sebagai “silent killer” karena kerap tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Dr. Renata Primasari, M.Biomed., Sp.PK, seorang dosen dari Fakultas Kedokteran Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, menekankan pentingnya deteksi dini.
“Penyakit seperti diabetes dan kolesterol ini disebut sebagai silent killer karena kerap tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Banyak orang merasa sehat, padahal di dalam tubuhnya sedang terjadi kerusakan,” ujar dr. Renata.
Beberapa gejala ringan yang perlu diwaspadai sebagai alarm awal antara lain:
- Sering merasa haus yang tidak biasa.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Penurunan berat badan yang tidak wajar.
- Mudah lelah meskipun tidak banyak beraktivitas.
- Mood yang mudah berubah (karena gangguan pengantar saraf otak dan hormon serotonin akibat gula berlebih).
Jika tidak ditangani, diabetes dapat menimbulkan komplikasi serius yang dibagi menjadi dua kategori:
- Makrovaskuler (pembuluh darah besar): Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
- Mikrovaskuler (pembuluh darah kecil): Gangguan ginjal, gangguan penglihatan (retinopati diabetik), dan gangguan saraf (neuropati diabetik) yang bisa menyebabkan luka pada kaki sulit sembuh hingga berujung amputasi.
Dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) juga melakukan riset mendalam mengenai komplikasi ini, menemukan hubungan antara kadar glukosa darah tinggi dengan perubahan profil hematologi, yang bisa menjadi alarm dini komplikasi seperti ulkus diabetikum.
Solusi Nyata: Peran Dosen Universitas dan Masyarakat dalam Pencegahan Diabetes
Menekan angka diabetes di kalangan anak muda membutuhkan upaya kolektif. Para dosen universitas dan pakar kesehatan menyarankan beberapa langkah strategis:
-
Edukasi Gizi Seimbang: Kampanye publik dan edukasi di sekolah sangat penting. Anindhita Syahbi Syagata, S.Gz., MPH, dosen Gizi dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA Yogya), membagikan tips untuk mengurangi konsumsi gula berlebihan, seperti membaca label makanan dan mengonsumsi serat bersamaan dengan makanan manis. Dosen IT Telkom Purwokerto juga aktif melakukan sosialisasi dampak Diabetes Mellitus pada remaja di Cirebon, menunjukkan peningkatan kesadaran setelah penyuluhan.
-
Meningkatkan Aktivitas Fisik: Mendorong gaya hidup aktif sejak dini. Pemerintah daerah dapat menyediakan fasilitas seperti taman kota atau jalur pejalan kaki yang nyaman. Sekolah bisa membentuk komunitas remaja sadar gizi dan menyelenggarakan lomba menu sehat yang aplikatif.
-
Pemeriksaan Kesehatan Berkala: Deteksi dini adalah kunci. Dr. Renata dari Untag Surabaya sangat merekomendasikan pemeriksaan HbA1c karena mencerminkan kadar gula darah rata-rata selama tiga bulan terakhir, memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi metabolisme tubuh.
-
Peran Keluarga dan Lingkungan: Orang tua harus menjadi role model dalam menerapkan pola makan sehat dan aktivitas fisik. Lingkungan sekitar juga perlu mendukung, misalnya dengan membatasi penjualan minuman berpemanis di lingkungan pendidikan dan menerapkan kebijakan cukai terhadap produk tinggi gula, seperti yang sudah dilakukan di beberapa negara.
-
Mengelola Stres: Mengajarkan teknik pengelolaan stres sejak dini penting untuk mengurangi risiko peningkatan kadar gula darah akibat hormon kortisol.
Kesimpulan: Investasi Masa Depan untuk Generasi Sehat
Fenomena alarm diabetes di kalangan anak muda adalah panggilan darurat bagi kita semua. Diabetes bukan lagi ancaman jauh di masa tua, melainkan risiko nyata yang mengintai generasi produktif kita. Dengan sinergi antara keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja, hingga pemangku kebijakan, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan kesadaran akan pentingnya pola makan serta aktivitas fisik yang cukup.
Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala dan edukasi yang berkelanjutan, seperti yang gencar disuarakan oleh para dosen universitas di berbagai pelosok Indonesia, adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa yang lebih sehat dan bebas diabetes. Mari bersama-sama bergerak, karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
FAQ
Tanya: Mengapa diabetes tipe 2 lebih umum terjadi pada anak muda saat ini?
Jawab: Gaya hidup yang kurang sehat dan pola makan yang buruk menjadi penyebab utama anak muda lebih rentan terkena diabetes tipe 2.
Tanya: Apa peran insulin dalam tubuh terkait diabetes?
Jawab: Insulin bertugas mengangkut gula dari darah ke dalam sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Tanya: Apa saja faktor utama yang menyebabkan melonjaknya kasus diabetes di kalangan anak muda?
Jawab: Perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin buruk merupakan faktor utama melonjaknya kasus diabetes di kalangan anak muda.