Yogyakarta, zekriansyah.com – Penyakit kusta, atau yang juga dikenal dengan Morbus Hansen, seringkali diselimuti mitos dan kesalahpahaman. Akibatnya, banyak penderitanya menghadapi stigma dan diskriminasi yang justru menghambat proses penyembuhan mereka. Padahal, ada satu kunci utama yang bisa mempercepat kesembuhan kusta dan sekaligus menekan stigma negatif di masyarakat: deteksi dini kusta. Artikel ini akan membahas mengapa deteksi dini sangat vital dan bagaimana kita semua bisa berperan.
Deteksi dini kusta menjadi kunci utama untuk mempercepat kesembuhan dan menghapus stigma, mengingat penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik namun sering disalahpahami.
Kusta: Penyakit yang Bisa Disembuhkan, Bukan Kutukan
Mari kita luruskan dulu. Kusta bukanlah penyakit keturunan, kutukan, atau aib. Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyerang kulit dan saraf tepi, dan jika tidak segera diobati, bisa menyebabkan kecacatan permanen. Namun, kabar baiknya, kusta dapat disembuhkan total dengan pengobatan antibiotik!
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami hal ini, sehingga stigma terhadap penderita kusta masih sangat kuat. Seperti kisah Khasiati (45), seorang penderita kusta yang merasa dikucilkan.
“Dulu tetangga-tetangga malah takut. Dibilang muka saya serem banget, merah-merah. Dibilang saya ini kena guna-guna. Saya sampai enggak mau keluar rumah, enggak mau ketemu orang,” tutur Khasiati, menceritakan pengalamannya.
Kisah seperti Khasiati ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi agar masyarakat sadar bahwa kusta bisa sembuh dan penderitanya membutuhkan dukungan, bukan pengucilan.
Tanda dan Gejala Kusta yang Perlu Anda Waspadai
Mengenali gejala kusta sejak awal adalah langkah pertama menuju kesembuhan. Gejala penyakit kusta seringkali tidak selalu tampak jelas, namun ada beberapa tanda yang perlu Anda perhatikan:
- Bercak putih atau kemerahan pada kulit yang lama kelamaan semakin melebar dan banyak, mirip panu tapi tidak gatal.
- Bagian kulit yang mati rasa (kebas), tidak terasa sentuhan, panas, atau dingin. Ini adalah tanda kerusakan saraf tepi.
- Adanya bintil-bintil kemerahan yang tersebar pada kulit.
- Kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka.
- Muka berbenjol-benjol dan tegang (disebut fades leomina atau muka singa).
- Luka yang tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama, dan bila ditekan tidak terasa sakit.
- Bagian tubuh yang tidak berkeringat.
Jika Anda atau anggota keluarga menemukan tanda-tanda ini, jangan menunda! Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas.
Mengapa Deteksi Dini Kusta Begitu Penting?
Deteksi dini bukan sekadar slogan, melainkan kunci yang membuka banyak pintu kesembuhan dan perubahan sosial.
1. Mencegah Kecacatan Permanen
Kabid P2P Dinas Kesehatan Sampang, Samsul Hidayat, menjelaskan, “Kalau cepat diketahui, cepat juga diobati. Semakin dini dikenali, semakin kecil kemungkinan pasien mengalami kecacatan.” Kusta dapat menyebabkan kecacatan permanen jika terlambat ditangani, mulai dari mati rasa hingga perubahan bentuk fisik. Dengan deteksi dini, risiko ini bisa diminimalkan secara signifikan. Tingkat kecacatan bisa dihindari, bahkan hingga tingkat 0 (sembuh tanpa kecacatan).
2. Mempercepat Kesembuhan dengan Pengobatan Gratis
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri, sehingga dapat disembuhkan dengan pengobatan antibiotik. Pemerintah menjamin pengobatan kusta gratis dan tersedia di Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Pengobatan ini disebut Multi-Drug Therapy (MDT) dan harus dijalani secara disiplin, umumnya selama 6-12 bulan tergantung jenis kusta. Semakin cepat dideteksi, semakin cepat pula pengobatan bisa dimulai, dan semakin cepat pasien bisa kembali beraktivitas normal.
3. Memutus Mata Rantai Penularan
Kusta memang penyakit menular, namun penularannya tidak semudah yang dibayangkan. Bakteri Mycobacterium leprae ditularkan melalui percikan cairan pernapasan dari penderita yang tidak diobati, dan membutuhkan kontak erat, dekat, serta dalam intensitas waktu yang tidak singkat.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. H.M. Subuh, MPPM, menjelaskan:
“Kusta disebabkan oleh bakteri, maka dapat disembuhkan dengan pengobatan antibiotik.”
“Penyakit kusta ini memang termasuk penyakit menular, namun paling sulit untuk menular karena hanya orang yang memiliki kontak erat, dekat dan dalam intensitas waktu yang tidak singkat yang biasanya berisiko tertular.”
Dengan deteksi dini kusta dan pengobatan yang tuntas, penderita tidak akan lagi menularkan bakteri, sehingga tekanan penularan kusta di masyarakat dapat berkurang drastis.
4. Melawan Stigma dan Diskriminasi
Stigma adalah salah satu hambatan terbesar dalam penanggulangan kusta. Banyak penderita yang justru menarik diri karena merasa dikucilkan, seperti yang disinggung oleh Samsul Hidayat. Padahal, mereka sangat membutuhkan dukungan sosial dan keluarga. Dengan edukasi dan deteksi dini, masyarakat akan lebih memahami bahwa kusta bisa sembuh, bukan kutukan, dan tidak perlu ditakuti. Hal ini akan membantu menghilangkan stigma dan diskriminasi, memungkinkan penderita untuk menjalani pengobatan dengan semangat dan dukungan penuh.
Peran Keluarga dan Masyarakat: Garda Terdepan Penemuan Kasus Baru
Pendekatan keluarga sangat penting dalam upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit kusta. Anggota keluarga, terutama orang tua atau pasangan, adalah pihak yang paling mungkin mengenali tanda awal kusta pada orang terdekat mereka. Ini disebut active case finding melalui pendekatan keluarga.
Selain itu, edukasi masyarakat secara luas juga krusial. Seperti yang ditekankan dr. Subuh, “Selama stigma masih tinggi akan sulit bagi kita untuk mengeliminasi penyakit kusta. Stigma itu sangat erat kaitannya dengan ketidaktahuan. Kusta bukan turunan, bukan pula kutukan, kusta dapat disembuhkan.”
Upaya Pemerintah dalam Eliminasi Kusta
Pemerintah, melalui Dinas Kesehatan di berbagai daerah, terus berupaya menekan angka kasus kusta di Indonesia. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:
- Validasi data dan terjun langsung ke lapangan untuk deteksi langsung.
- Penyuluhan dan seminar kesehatan tentang deteksi dini kusta dan tata laksana pengobatannya, terutama bagi tenaga kesehatan.
- Survey ke sekolah-sekolah untuk menemukan kasus baru pada anak, karena tingginya kasus kusta pada anak di bawah 15 tahun menunjukkan potensi penularan yang tinggi di suatu wilayah. Setiap tahunnya, sekitar 1500 kasus baru kusta ditemukan pada anak-anak.
Meskipun Indonesia masih menjadi penyumbang kasus baru kusta nomor 3 terbesar di dunia (data WHO 2020), banyak daerah yang sudah memenuhi syarat eliminasi kusta (prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk). Ini menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi, eliminasi kusta sepenuhnya bukan hal yang mustahil.
Kesimpulan: Mari Bersama Percepat Kesembuhan dan Tekan Stigma Kusta
Deteksi dini kusta adalah fondasi utama untuk mencapai kesembuhan total dan mengakhiri penderitaan akibat stigma. Kusta adalah penyakit yang bisa diobati, dan obatnya pun diberikan secara gratis oleh pemerintah. Yang paling dibutuhkan adalah kesadaran, keberanian untuk memeriksakan diri, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat.
Mari kita bersama-sama menjadi agen perubahan. Kenali tanda-tanda kusta, jangan ragu untuk memeriksakan diri atau orang terdekat, dan sebarkan informasi yang benar tentang penyakit ini. Dengan begitu, kita bisa percepat kesembuhan bagi penderita kusta dan menekan stigma yang selama ini membelenggu mereka. Ingat, kusta bisa sembuh, dan setiap penderita berhak mendapatkan kehidupan yang normal dan tanpa diskriminasi.
FAQ
Tanya: Apa itu kusta dan apa penyebabnya?
Jawab: Kusta, atau Morbus Hansen, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi.
Tanya: Apakah kusta bisa disembuhkan?
Jawab: Ya, kusta dapat disembuhkan total dengan pengobatan antibiotik yang tepat.
Tanya: Mengapa deteksi dini kusta sangat penting?
Jawab: Deteksi dini kusta adalah kunci untuk mempercepat kesembuhan dan menekan stigma negatif yang membelenggu penderitanya.
Tanya: Bagaimana cara penularan kusta?
Jawab: Kusta menular melalui percikan ludah atau dahak dari penderita yang tidak diobati, namun penularan ini sangat rendah dan memerlukan kontak erat dalam jangka waktu lama.