Kemenkes Intensif Deteksi dan Penanganan Hepatitis B pada Ibu Hamil: Kunci Putus Penularan ke Bayi

Dipublikasikan 22 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, para pembaca setia! Bicara soal kesehatan ibu dan anak, ada satu isu penting yang sering luput dari perhatian kita, padahal dampaknya bisa sangat besar: hepatitis B pada ibu hamil. Penyakit ini, jika tidak ditangani dengan serius, berisiko tinggi menular ke bayi yang dikandung. Nah, kabar baiknya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak tinggal diam. Mereka kini sedang mengintensifkan deteksi dan penanganan hepatitis B pada ibu hamil sebagai upaya krusial untuk memutus rantai penularan dari ibu ke anak. Mari kita selami lebih dalam mengapa ini sangat penting dan langkah apa saja yang sudah diambil.

Kemenkes Intensif Deteksi dan Penanganan Hepatitis B pada Ibu Hamil: Kunci Putus Penularan ke Bayi

Kemenkes gencar lakukan deteksi dan penanganan Hepatitis B pada ibu hamil untuk mencegah penularan ke bayi dan memutus mata rantai penyakit hati kronis pada generasi mendatang.

Mengapa Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil Begitu Penting?

Mungkin Anda bertanya, kenapa sih fokusnya harus ke ibu hamil? Jawabannya sederhana: penularan hepatitis B dari ibu ke anak atau yang disebut penularan vertikal, memiliki kemungkinan yang sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 90-95% jika tanpa intervensi. Bayangkan, seorang bayi yang baru lahir bisa langsung terinfeksi virus yang berpotensi menyebabkan peradangan hati kronis.

Hepatitis B sendiri adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus ini bisa bertahan lama di tubuh dan menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis (pengerasan hati) atau bahkan kanker hati di kemudian hari. Jika bayi terinfeksi sejak lahir dan tidak ditangani, risikonya untuk mengembangkan hepatitis kronis sangat tinggi, dan ini tentu membahayakan masa depannya. Oleh karena itu, deteksi dini adalah langkah pertama yang tak bisa ditawar.

Langkah Kemenkes dalam Memutus Rantai Penularan

Kemenkes sebenarnya sudah memberikan perhatian serius pada isu ini sejak tahun 2014. Mereka terus memperkuat upaya deteksi hepatitis pada ibu hamil. Bagaimana caranya?

Pertama, melalui skrining hepatitis B yang kini semakin masif. Ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan kehamilan akan menjalani tes HBsAg untuk mengetahui apakah mereka reaktif (terinfeksi) atau tidak. Program seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga menjadi salah satu sarana untuk memaksimalkan deteksi dini ini.

Setelah terdeteksi, langkah selanjutnya adalah penanganan dan intervensi yang cepat dan tepat. Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menjelaskan bahwa bayi dari ibu yang reaktif akan diberikan dua hal penting segera setelah lahir:

  • Imunisasi Hepatitis B (HB0) dalam waktu kurang dari 24 jam.
  • Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kedua intervensi ini bertujuan memberikan perlindungan ekstra bagi bayi agar tidak tertular virus hepatitis B dari ibunya. Selain itu, Kemenkes juga mendorong pemberian obat antivirus Tenofovir kepada ibu hamil yang memenuhi syarat, biasanya pada usia kehamilan 28 minggu, untuk mencegah penularan ke janin. Intervensi ini telah terbukti efektif di beberapa negara endemis dan sesuai pedoman WHO.

Data tahun 2024 menunjukkan komitmen ini membuahkan hasil:

Indikator Jumlah
Ibu hamil reaktif HBsAg 49.142
Bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg 36.285
Persentase bayi yang mendapat vaksin HB0 & HBIG 93%

Angka 93% ini adalah capaian yang patut diapresiasi, namun Kemenkes terus berupaya mencapai 100% agar tidak ada lagi bayi yang berisiko.

Kolaborasi dan Target Ambisius Kemenkes

Mewujudkan target ambisius ini tentu tidak bisa sendirian. Kemenkes sangat mendorong kerja sama lintas sektor yang kuat. Artinya, seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari rumah sakit besar, puskesmas di perkotaan, hingga bidan desa di pelosok, harus mampu menjalankan skrining dan intervensi secara serentak dan terintegrasi. Ini adalah kunci agar tidak ada ibu hamil atau bayi yang terlewat dari program penting ini.

Kemenkes punya target besar: seluruh bayi dari ibu reaktif mendapatkan paket lengkap intervensi untuk memutus rantai penularan vertikal hepatitis B pada tahun 2030. Ini adalah visi yang jelas untuk mengeliminasi hepatitis dari Indonesia, khususnya penularan dari ibu ke anak, dan menyelamatkan generasi penerus bangsa.

Dampak Positif Skrining dan Penanganan bagi Bayi

Lalu, apa sih dampak positif langsung dari semua upaya ini bagi bayi kita? Dengan adanya deteksi dini dan penanganan hepatitis B pada ibu hamil yang intensif, risiko bayi terinfeksi dan berkembang menjadi hepatitis kronis akan menurun drastis. Ini berarti bayi-bayi kita bisa tumbuh kembang dengan sehat, tanpa ancaman kerusakan hati yang serius di kemudian hari. Mereka berhak mendapatkan awal kehidupan yang terbaik, bebas dari penyakit yang bisa dicegah.

Mari Bersama Mendukung Upaya Kemenkes

Inisiatif Kemenkes yang intensif dalam deteksi dan penanganan hepatitis ibu hamil adalah bukti nyata komitmen pemerintah terhadap kesehatan generasi mendatang. Penting bagi kita semua untuk mendukung upaya ini, baik dengan meningkatkan kesadaran diri tentang hepatitis B, maupun dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk skrining jika Anda atau kerabat sedang hamil.

Mari bergerak bersama, memastikan setiap ibu hamil mendapatkan layanan yang layak, dan setiap bayi lahir dengan perlindungan maksimal. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, bebas dari ancaman penularan hepatitis B dari ibu ke anak.

FAQ

Tanya: Apa itu hepatitis B dan mengapa berbahaya bagi ibu hamil?
Jawab: Hepatitis B adalah peradangan hati akibat virus HBV yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis atau kanker hati di kemudian hari.

Tanya: Bagaimana hepatitis B bisa menular dari ibu ke bayi?
Jawab: Penularan hepatitis B dari ibu ke bayi, atau penularan vertikal, sangat mungkin terjadi saat persalinan jika tidak ada intervensi medis.

Tanya: Apa yang dilakukan Kemenkes untuk mengatasi hepatitis B pada ibu hamil?
Jawab: Kemenkes mengintensifkan deteksi dan penanganan hepatitis B pada ibu hamil untuk memutus rantai penularan ke bayi.