Yogyakarta, zekriansyah.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini kerap menunjukkan fluktuasi kasus, terutama saat perubahan musim. Lantas, bagaimana gambaran kasus demam berdarah hingga awal September 2025 di beberapa wilayah di Indonesia? Mari kita simak bersama agar kita bisa lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Ilustrasi menunjukkan upaya pencegahan demam berdarah yang gencar di Mimika, Papua Tengah, seiring tren kasus DBD yang terus dipantau hingga awal September 2025.
Memahami tren kasus DBD di berbagai daerah bukan hanya sekadar angka, tapi juga cerminan dari upaya pencegahan dan kewaspadaan masyarakat. Artikel ini akan mengajak Anda melihat data terkini dan langkah-langkah yang dilakukan untuk menekan angka infeksi.
Tren Kasus Demam Berdarah di Berbagai Daerah Hingga Awal September 2025
Data kasus demam berdarah di berbagai kota dan kabupaten menunjukkan gambaran yang beragam. Ada daerah yang berhasil menekan angka kasus secara drastis, namun ada pula yang masih menghadapi tantangan peningkatan.
Mimika: Penurunan Drastis Berkat Upaya Intensif
Kabar baik datang dari Mimika, Papua Tengah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika mencatat penurunan signifikan kasus demam berdarah dengue hingga awal September 2025. Per 3 September 2025, hanya ada 78 kasus DBD yang tercatat. Angka ini jauh menurun dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 827 kasus, bahkan tahun 2024 dengan 1.220 kasus.
Penurunan ini, menurut Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinkes Mimika, Kamaludin, berkat berbagai upaya pencegahan yang intensif. “Kami membagikan abate, melakukan fogging di lokasi sekolah, dan gencar melakukan Promosi Kesehatan,” jelas Kamaludin. Intervensi dini juga menjadi kunci; jika ditemukan satu kasus, Dinkes langsung bergerak melakukan penelusuran kontak dan fogging di lingkungan sekitar. Menariknya, di tahun 2025 ini, sebagian besar pasien DBD di Mimika justru menimpa usia dewasa, berbeda dengan tahun sebelumnya yang banyak menyerang anak usia sekolah.
Simak ulasan lengkapnya dalam artikel terkait: Kabar Gembira dari Mimika! Dinkes Sebut Kasus DBD Terkendali Berkat Upaya Intensif Ini
Batam: Fluktuasi dan Peningkatan Kewaspadaan
Di sisi lain, Kota Batam masih menghadapi tantangan serius. Hingga 1 September 2025, Dinkes Kota Batam mencatat sebanyak 499 kasus DBD yang tersebar di 12 kecamatan. Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kurmarjadi, menjelaskan bahwa kasus DBD di Batam terus berfluktuasi dari tahun ke tahun. Setelah sempat turun drastis pada 2023 (392 kasus), kasus kembali melonjak pada 2024 (871 kasus), dan tahun ini masih terhitung tinggi.
Puncak kasus tahun ini terjadi pada Juli 2025 dengan 112 penderita. Lima kecamatan dengan kasus terbanyak meliputi Sagulung (90 kasus), Batam Kota (82 kasus), Sekupang (70 kasus), Batu Aji (68 kasus), dan Bengkong (64 kasus). Sayangnya, hingga awal September 2025, dua orang meninggal dunia akibat DBD di Batam. Dinkes Batam terus mengimbau masyarakat untuk disiplin menjalankan 3M Plus dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), serta mengingatkan bahwa fogging bukanlah solusi utama.
Simak ulasan lengkapnya dalam artikel terkait: ancam dan batam:
Sukabumi: Ratusan Kasus dan Upaya Pencegahan
Kota Sukabumi juga mencatat ratusan kasus demam berdarah. Data dari Januari hingga Juli 2025 menunjukkan ada sebanyak 538 kasus DBD. Meskipun angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun 2024 (1.194 kasus), tren kasus sedikit mengalami peningkatan dibanding awal tahun.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Wita Darmawanti, menyebut peningkatan ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi dan perubahan suhu, yang berpotensi meningkatkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Dinkes Kota Sukabumi giat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin, membagikan abate, melakukan fogging selektif, dan penyuluhan di berbagai lingkungan.
Tasikmalaya: Lonjakan Kasus Akibat Cuaca Tak Menentu
Di Kota Tasikmalaya, kasus DBD juga terus mengalami peningkatan sejak awal tahun. Dari Januari hingga Agustus 2025, sebanyak 577 warga positif terinfeksi DBD, dengan dua orang meninggal dunia dan lima pasien menjalani perawatan intensif.
Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, menyoroti faktor cuaca yang tidak menentu dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagai pemicu lonjakan ini. Kasus tersebar di seluruh 10 kecamatan, dan distribusi usia pasien menunjukkan anak usia 6-12 tahun menjadi kelompok terbanyak yang terinfeksi.
Sleman: Terkendali Tanpa Kematian, Tapi Tetap Waspada
Kabar baik lainnya datang dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hingga minggu ke-23 bulan Juni 2025, tercatat sebanyak 272 kasus DBD tanpa ada kasus kematian. Ini tentu hasil kerja sama yang baik antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga lingkungan. Wilayah Ngaglik mencatat kasus tertinggi dengan 33 kasus, sementara Kalasan menjadi yang terendah dengan hanya 1 kasus. Dinkes Sleman terus mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M Plus.
Pekanbaru dan Lumajang: Tren Peningkatan di Awal Tahun
Kota Pekanbaru dan Kabupaten Lumajang juga melaporkan tren peningkatan kasus demam berdarah di awal tahun 2025. Di Pekanbaru, total 231 kasus DBD tercatat hingga Maret 2025, dengan tren kenaikan dari pekan ke pekan. Kondisi cuaca hujan dan banjir di beberapa wilayah menjadi faktor pemicu. Sementara itu, di Lumajang, hingga pertengahan Januari 2025, sudah ada 26 kasus DBD dilaporkan, dan angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring musim hujan. Kepadatan penduduk juga menjadi salah satu faktor yang mempermudah penyebaran nyamuk.
Berikut adalah rangkuman data kasus Demam Berdarah Dengue di beberapa daerah hingga awal September 2025:
Kota/Kabupaten | Kasus Hingga Awal September 2025 | Periode Data | Catatan Penting |
---|---|---|---|
Mimika | 78 Kasus | Per 3 Sep | Turun drastis dari 827 (2023) & 1.220 (2024). Usia dewasa dominan tahun ini. |
Batam | 499 Kasus | Per 1 Sep | Fluktuatif, 2 kematian. Puncak kasus Juli 2025 (112). Sagulung tertinggi. |
Sukabumi | 538 Kasus | Jan-Jul | Menurun dari 1.194 (Jan-Jul 2024). Dipengaruhi curah hujan tinggi. |
Tasikmalaya | 577 Kasus | Jan-Agu | Lonjakan kasus, 2 kematian. Anak usia 6-12 tahun paling banyak. |
Sleman | 272 Kasus | Jan-Jun | 0 kematian. Ngaglik tertinggi, Kalasan terendah. |
Lumajang | 26 Kasus | Pertengahan Jan | Diperkirakan terus bertambah. 712 kasus dan 12 kematian setahun terakhir. |
Pekanbaru | 231 Kasus | Jan-Mar | Tren kenaikan kasus. Cuaca dan banjir pemicu. |
Mengapa Demam Berdarah Masih Menjadi Ancaman?
Demam berdarah terus menjadi momok karena beberapa faktor kunci:
- Nyamuk Aedes aegypti: Nyamuk ini berkembang biak di genangan air bersih, seperti bak mandi, vas bunga, atau tempat penampungan air lainnya di sekitar rumah kita.
- Faktor Cuaca: Curah hujan tinggi dan perubahan suhu ekstrem seringkali menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak lebih cepat. Genangan air bekas hujan menjadi sarang nyamuk yang sempurna.
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat: Meski sosialisasi gencar dilakukan, masih banyak masyarakat yang abai terhadap kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
Langkah Pencegahan Efektif: Dari Rumah untuk Kita Semua
Melihat data kasus demam berdarah hingga awal September 2025 ini, jelas bahwa upaya pencegahan harus terus digencarkan. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
-
Gerakan 3M Plus: Ini adalah pilar utama pencegahan DBD.
- Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, dan vas bunga secara rutin.
- Menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
- Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air, seperti kaleng bekas, botol plastik, atau ban bekas.
- Plus upaya tambahan seperti menggunakan losion anti nyamuk, memasang kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menaburkan larvasida (abate), dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
-
Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J): Ini mengajak setiap keluarga untuk menjadi pemeriksa jentik mandiri di rumah masing-masing. Dengan begitu, deteksi dini dan pemberantasan sarang nyamuk bisa dilakukan lebih personal dan rutin.
-
Fogging Bukan Solusi Utama: Penting untuk diingat, fogging (pengasapan) hanya membunuh nyamuk dewasa. Ia tidak efektif membunuh jentik nyamuk. Jadi, jika kita hanya mengandalkan fogging, nyamuk-nyamuk baru akan tetap bermunculan dari jentik yang tidak dibasmi. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kunci utamanya.
-
Waspada Gejala DBD: Segera bawa anggota keluarga yang mengalami demam tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri otot, bintik-bintik merah di kulit, atau tanda-tanda perdarahan lain seperti mimisan, ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan cepat sangat penting.
Kesimpulan
Kasus demam berdarah hingga awal September 2025 menunjukkan bahwa perjuangan melawan DBD masih panjang dan membutuhkan komitmen kita semua. Meskipun ada daerah yang berhasil menunjukkan penurunan signifikan, kewaspadaan tetap harus tinggi di seluruh wilayah. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Dengan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, serta aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui Gerakan 3M Plus, kita bisa menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman demam berdarah dengue. Mari jadikan setiap rumah sebagai benteng pertahanan pertama melawan nyamuk Aedes aegypti!