Waspada! **172 Kasus Chikungunya Ditemukan di Bekasi**, **Lansia** Jadi Kelompok Paling Rentan

Dipublikasikan 20 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, warga Bekasi! Ada kabar penting nih yang perlu kita tahu bersama. Dinas Kesehatan Kota Bekasi baru saja melaporkan bahwa ada 172 kasus dugaan chikungunya ditemukan di Bekasi sepanjang Januari hingga Juli 2025. Angka ini tentu saja menjadi perhatian serius, apalagi kelompok lansia disebut-sebut sebagai yang paling rentan.

Waspada! **172 Kasus Chikungunya Ditemukan di Bekasi**, **Lansia** Jadi Kelompok Paling Rentan

Bekasi Catat 172 Kasus Chikungunya, Lansia Jadi Kelompok Paling Rentan Terhadap Penyakit yang Disebabkan Nyamuk Aedes Aegypti.

Artikel ini akan mengupas tuntas fakta-fakta di balik lonjakan kasus ini, apa saja gejala yang perlu diwaspadai, dan bagaimana cara kita bisa melindungi diri serta keluarga dari gigitan nyamuk Aedes penyebabnya. Yuk, kita selami bersama agar kita lebih siap dan waspada!

Lonjakan Kasus Chikungunya di Bekasi: Angka yang Perlu Diwaspadai

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mencatat 172 kasus suspek chikungunya dari awal tahun hingga Juli 2025. Data ini dikumpulkan dari laporan berbagai puskesmas dan fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah kota. Ini menunjukkan bahwa penyakit yang ditularkan nyamuk ini sedang mengalami peningkatan yang signifikan.

Meskipun kasus ini tersebar merata di berbagai kecamatan, ada pola yang menarik perhatian terkait kelompok usia penderitanya.

Mengapa Lansia Lebih Rentan Terhadap Chikungunya?

Vevie Herawati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bekasi, menjelaskan mengapa lansia termasuk kategori paling berisiko. “Kondisi daya tahan tubuh yang semakin menurun membuat mereka lebih mudah terserang penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes ini,” kata Vevie.

Berdasarkan data Dinkes, kelompok usia 44 tahun ke atas menjadi yang paling banyak terdampak, dengan 99 kasus. Berikut adalah sebaran kasus berdasarkan kelompok usia:

Kelompok Usia Jumlah Kasus
44 tahun ke atas 99
15-44 tahun 55
5-14 tahun 17
1-4 tahun (balita) 1

Gejala chikungunya seringkali mirip dengan demam berdarah, yaitu demam tinggi, nyeri sendi hebat, dan kelelahan berkepanjangan. Meskipun jarang berakibat fatal, penyakit ini dapat sangat mengganggu aktivitas harian penderitanya, bahkan nyeri sendi bisa bertahan hingga berbulan-bulan.

Langkah Cepat Dinkes Kota Bekasi dalam Penanganan dan Pencegahan

Melihat lonjakan kasus chikungunya di Bekasi, Dinkes Kota Bekasi tidak tinggal diam. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit ini:

  • Fogging (Pengasapan): Dilakukan di area-area yang teridentifikasi memiliki kasus.
  • Penyuluhan Kesehatan: Memberikan informasi langsung kepada masyarakat tentang bahaya virus dan cara pencegahannya.
  • Edukasi Program 3M Plus: Mengajak masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan di rumah masing-masing.
  • Distribusi Logistik: Mendistribusikan Rapid Diagnostic Test Chikungunya, larvasida, dan insektisida ke fasilitas kesehatan.
  • Kewaspadaan Dini: Menerapkan kebijakan kewaspadaan dini untuk menghadapi potensi peningkatan kasus demam berdarah (DBD) dan chikungunya, termasuk investigasi epidemiologi segera setelah ada laporan kasus baru.

Tak hanya itu, Pemerintah Kota Bekasi juga memastikan penanganan cepat di lapangan. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, bahkan turun langsung ke wilayah terdampak untuk memastikan pasien mendapat pelayanan medis di puskesmas setempat.

Selain itu, peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di tingkat RT dan RW juga diaktifkan kembali. Upaya ini diharapkan dapat menjadi benteng pertama dalam menekan penyebaran kasus di tengah masyarakat.

Peran Penting 3M Plus dan Masyarakat dalam Memutus Rantai Penularan

Pencegahan adalah kunci utama dalam menghadapi chikungunya. Masyarakat diimbau untuk aktif dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menerapkan gerakan 3M Plus:

  1. Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi, vas bunga, atau tempat minum hewan peliharaan.
  2. Menutup rapat tempat penampungan air, misalnya gentong atau drum.
  3. Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air dan menjadi sarang nyamuk, seperti botol plastik, ban bekas, atau kaleng.

Selain itu, ada upaya “Plus” yang tak kalah penting:

  • Menggunakan losion anti nyamuk.
  • Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang sulit dikuras.
  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di kolam.
  • Tidak membiarkan pakaian-pakaian tergantung di dalam rumah terlalu lama, karena bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

Dengan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, diharapkan penyebaran chikungunya di Kota Bekasi dapat dikendalikan.

Tren Nasional Kasus Chikungunya: Bukan Hanya Bekasi

Perlu diketahui, lonjakan kasus chikungunya ini ternyata bukan hanya terjadi di Bekasi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga melaporkan adanya tren kenaikan signifikan secara nasional sejak awal 2025. Kenaikan ini dinilai terkait dengan musim penghujan yang memicu perkembangbiakan nyamuk.

Menurut data Kemenkes, provinsi dengan jumlah kasus suspek tertinggi adalah Jawa Barat dengan 6.674 kasus. Disusul oleh Jawa Tengah (3.388 kasus), dan Jawa Timur (2.903 kasus). Hal ini menunjukkan bahwa ancaman chikungunya adalah masalah bersama yang memerlukan kewaspadaan di berbagai daerah.

Kesimpulan

Dengan adanya 172 kasus chikungunya ditemukan di Bekasi, dan kelompok lansia yang sangat rentan, kewaspadaan serta tindakan nyata dari kita semua sangat dibutuhkan. Ingat, meskipun jarang fatal, penyakit ini bisa sangat mengganggu dengan gejala demam tinggi dan nyeri sendi yang tak kunjung hilang.

Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, aktifkan kembali semangat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan peran kader Jumantik di lingkungan kita. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci untuk memutus rantai penularan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua, terutama bagi para lansia yang kita sayangi. Tetap waspada dan jaga kesehatan selalu!