Bitcoin (BTC) Pecah Rekor Harga Baru: Tembus Rp1,9 Miliar dan Makin Melambung Tinggi!

Dipublikasikan 12 Juli 2025 oleh admin
Finance

Siapa sangka, Bitcoin (BTC), aset kripto paling populer di dunia, kembali pecah rekor baru! Kabar gembira ini datang pada Jumat (11/7/2025), ketika harga Bitcoin melonjak tajam hingga menyentuh 118.000 dollar AS atau setara dengan sekitar Rp1,95 miliar per keping. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan sebuah pencapaian bersejarah yang membuat mata para investor global terpaku pada pergerakan pasar kripto.

Bitcoin (BTC) Pecah Rekor Harga Baru: Tembus Rp1,9 Miliar dan Makin Melambung Tinggi!

Ilustrasi untuk artikel tentang Bitcoin (BTC) Pecah Rekor Harga Baru: Tembus Rp1,9 Miliar dan Makin Melambung Tinggi!

Lonjakan harga Bitcoin yang fantastis ini tentu saja memicu beragam pertanyaan: apa yang sebenarnya terjadi di balik kenaikan dahsyat ini? Apakah ini awal dari reli harga yang lebih panjang, atau hanya euforia sesaat? Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena ini agar Anda bisa memahami dinamika pasar kripto yang penuh kejutan ini.

Terbang Tinggi: Angka Rekor Bitcoin yang Mengejutkan

Pada Kamis (10/7/2025) dan Jumat (11/7/2025), harga Bitcoin terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (ATH). Dimulai dari angka sekitar US$112.000 (sekitar Rp1,81 miliar), Bitcoin terus melesat hingga mencapai US$118.000 atau Rp1,95 miliar per keping. Ini melampaui rekor sebelumnya yang tercipta pada 22 Mei lalu.

Kenaikan harga BTC ini tidak sendirian. Altcoin besar seperti Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), XRP, Solana (SOL), dan LINK juga turut merasakan dampaknya, dengan kenaikan lebih dari 5 persen. Bahkan, altcoin berkapitalisasi kecil seperti ALT, REZ, dan SAGA melonjak hingga 50 persen. Ini menunjukkan sentimen bullish yang kuat tidak hanya pada Bitcoin, tetapi juga menyebar ke seluruh pasar aset kripto.

Di Balik Lonjakan Harga: Apa Pemicunya?

Ada beberapa faktor kunci yang menjadi pemicu kenaikan harga Bitcoin yang luar biasa ini. Mari kita bedah satu per satu.

Sentimen Bullish dan Likuidasi Besar-besaran

Lonjakan harga ini dipicu oleh menguatnya sentimen bullish yang tercermin dari kenaikan open interest Bitcoin futures sebesar 2 miliar dollar AS hanya dalam waktu empat jam. Artinya, banyak investor yang membuka posisi beli (long).

Fenomena menarik lainnya adalah terjadinya likuidasi terbesar sepanjang tahun ini di pasar derivatif. Total nilai posisi short (posisi jual dengan harapan harga turun) yang dilikuidasi mencapai lebih dari 1,13 miliar dollar AS atau sekitar Rp18,6 triliun dalam 24 jam terakhir. Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, menjelaskan, “Likuidasi short seller kali ini adalah sinyal klasik short squeeze, di mana kenaikan harga makin cepat karena tekanan beli paksa dari posisi short yang terlalu padat.” Bayangkan seperti pegas yang ditekan terlalu keras, lalu tiba-tiba dilepaskan, melesat naik dengan sangat cepat! Lebih dari 237.000 trader terkena likuidasi, menunjukkan betapa banyak yang tidak mengantisipasi lonjakan ini.

Peran Kebijakan Makro dan Minat Institusi

Selain dinamika pasar derivatif, faktor makroekonomi juga turut berperan:

  • Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed: Pasar sangat optimistis terhadap potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada akhir Juli atau akhir tahun ini. Pelonggaran kebijakan moneter dapat meningkatkan likuiditas pasar, membuat aset kripto lebih menarik sebagai lindung nilai terhadap pelemahan mata uang fiat.
  • Permintaan ETF Spot Bitcoin: Arus masuk dana ke Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin terus meningkat signifikan, mencerminkan minat institusional yang kuat. Manajer aset besar seperti BlackRock, Fidelity, dan VanEck menjadi pemain dominan, menyerap pasokan Bitcoin yang ada dan menciptakan ketidakseimbangan penawaran-permintaan yang bullish.
  • Dukungan Politik Pro-Kripto: Kebijakan pro-kripto dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump juga menjadi katalis. Langkah-langkah seperti pembentukan cadangan strategis aset kripto dan penunjukan tokoh pro-kripto ke posisi kunci, bahkan rencana bisnis keluarga Trump yang merambah sektor kripto, turut memperkuat optimisme pasar.

Beda dengan Reli Sebelumnya? Fundamen yang Lebih Kuat

Pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah reli harga Bitcoin kali ini akan bertahan, atau justru mengulang nasib seperti Mei lalu saat harga BTC sempat jatuh drastis? Para analis menilai bahwa reli Bitcoin kali ini dinilai lebih sehat secara fundamental.

Beberapa indikator menunjukkan hal ini:

  • Penurunan Inflow BTC ke Bursa: Aliran Bitcoin masuk ke bursa (exchange inflow) turun drastis ke level terendah sejak 2015. Ini berarti tekanan jual sangat rendah, dan pemilik Bitcoin cenderung menahan asetnya, bukan melepas ke pasar.
  • Akumulasi Institusional Berkelanjutan: Institusi terus menambah porsi Bitcoin di neraca mereka. Contohnya, perusahaan media Korea Selatan, K Wave Media, yang mengakuisisi 88 BTC dalam rencana alokasi treasury senilai 1 miliar dollar AS. Perusahaan seperti MicroStrategy juga terus mengakumulasi Bitcoin sebagai bagian dari strategi perlindungan nilai aset mereka.
  • Metrik On-Chain yang Solid: Data on-chain menunjukkan bahwa ada lebih dari 645.000 alamat wallet yang membeli Bitcoin di rentang harga US$108.795–110.624. Sebanyak 476.000 BTC disimpan di zona ini, menjadikannya tembok support besar bagi harga saat ini. Ini berbeda dengan kondisi saat crash Mei lalu, di mana posisi pembeli jangka pendek masih untung, memperkuat psikologis pasar.

Strategi Cerdas di Tengah Volatilitas: Hati-hati dengan Leverage!

Meskipun harga Bitcoin makin melambung tinggi dan prospek terlihat cerah, pasar aset kripto tetap dikenal dengan volatilitas ekstremnya. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tetap berhati-hati dan menerapkan manajemen risiko yang disiplin.

Fahmi Almuttaqin mengingatkan, “Volatilitas ekstrem tetap harus diantisipasi karena reli berbasis likuidasi sering diikuti fase konsolidasi.” Ia menyarankan investor untuk memanfaatkan instrumen derivatif seperti futures dengan strategi yang cermat, seperti menggunakan fitur Stop Loss dan Take Profit untuk membatasi kerugian dan mengamankan keuntungan. Hindari penggunaan leverage berlebihan, terutama saat pasar sedang dalam tren naik yang cepat.

Kesimpulan

Bitcoin (BTC) pecah rekor baru adalah kabar yang menggemparkan dan menjadi sinyal optimisme jangka panjang bagi pasar aset kripto. Kenaikan harga Bitcoin hingga Rp1,9 miliar per keping didorong oleh kombinasi sentimen bullish, likuidasi besar-besaran, ekspektasi kebijakan makro yang mendukung, dan minat institusional yang terus tumbuh.

Meskipun potensi kenaikan harga makin tinggi, terutama dengan target jangka menengah hingga Rp2,28 miliar, penting untuk selalu waspada terhadap volatilitas. Bagi Anda yang tertarik untuk berinvestasi, selalu lakukan riset mandiri dan pertimbangkan risiko yang ada. Semoga artikel ini memberikan gambaran yang jelas dan membantu Anda menavigasi pasar kripto yang dinamis ini!

FAQ

Tanya: Berapa rekor harga Bitcoin tertinggi yang baru saja dicapai?
Jawab: Bitcoin (BTC) baru saja mencapai rekor harga tertinggi sebesar US$118.000 atau sekitar Rp1,95 miliar per keping pada 11 Juli 2025.

Tanya: Apa saja faktor yang mungkin mendorong kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini?
Jawab: Kenaikan ini kemungkinan didorong oleh sentimen pasar yang bullish secara umum, meskipun artikel ini belum merinci faktor spesifiknya.

Tanya: Apakah kenaikan harga Bitcoin ini juga berdampak pada aset kripto lainnya?
Jawab: Ya, altcoin besar seperti Ethereum (ETH) dan Dogecoin (DOGE), serta beberapa altcoin berkapitalisasi kecil, juga mengalami kenaikan signifikan bersamaan dengan Bitcoin.