Banjir Terparah 40 Tahun di Mataram Telan Dua Korban Jiwa Akibat Sengatan Listrik

Dipublikasikan 9 Juli 2025 oleh admin
Berita Indonesia

Yogyakarta, zekriansyah.com – Banjir besar kembali melanda Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu, 6 Juli 2025. Hujan deras yang mengguyur tanpa henti membuat tiga sungai utama meluap, merendam ribuan rumah dan menyebabkan kerugian besar. Lebih tragisnya, bencana ini juga menelan korban jiwa, dua warga meninggal dunia akibat tersengat listrik.

Banjir Terparah 40 Tahun di Mataram Telan Dua Korban Jiwa Akibat Sengatan Listrik

Ilustrasi: Air bah tinggi merendam Mataram, meninggalkan duka dua korban tersengat listrik di tengah bencana banjir terparah dalam 40 tahun.

Artikel ini akan membahas detail bencana banjir terparah yang pernah dialami Mataram dalam empat dekade terakhir, mulai dari jumlah korban, wilayah terdampak, hingga upaya penanganan yang dilakukan pemerintah dan tim gabungan. Dengan membaca artikel ini, Anda akan memahami seberapa parah dampak banjir ini dan bagaimana warga serta pihak berwenang berjuang menghadapinya.

Korban Jiwa dan Kronologi Tragis

Duka menyelimuti Kota Mataram setelah dua warganya dikabarkan meninggal dunia akibat tersengat listrik saat banjir melanda. Kejadian tragis ini menjadi sorotan utama dalam bencana kali ini.

Kepala Kepolisian Resor Kota Mataram, Kombes Pol. Hendro Purwoko, membenarkan adanya korban jiwa.

“Iya, ada dua warga menjadi korban (meninggal) karena tersengat listrik,” kata Kombes Pol. Hendro Purwoko.

Kedua korban tersebut adalah:

  • Tomi (30), seorang pemuda warga Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
  • Tuti Suriani (48/50), seorang wanita paruh baya warga Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

Camat Ampenan, Muzakkir Walad, menjelaskan kronologi meninggalnya Tuti. Almarhumah tersengat listrik saat hendak membeli tas di Jalan Lestari yang saat itu tergenang banjir. Posisi kejadian persis di samping tiang lampu penerang jalan yang memiliki kabel terbuka. Saat menginjak genangan air dan diduga memegang tiang lampu, Tuti tersengat listrik. Jenazah kedua korban telah dimakamkan oleh pihak keluarga, dan Pemerintah Kota Mataram telah memberikan santunan sebagai bentuk belasungkawa.

Mataram Dilanda Bencana Terparah dalam Empat Dekade

Banjir yang terjadi pada 6 Juli 2025 ini disebut-sebut sebagai yang terparah dalam kurun waktu 40 hingga 50 tahun terakhir. Intensitas hujan yang sangat tinggi dan berlangsung lama menyebabkan tiga sungai utama di Mataram—Sungai Ancar, Sungai Unus, dan Sungai Brenyok—meluap secara bersamaan.

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, mengungkapkan keprihatinannya.

“Kondisi yang sangat luar biasa ini tidak pernah terjadi setidaknya 40 tahun belakangan. Ini bukan sesuatu yang bisa kita biarkan,” ujar Gubernur Iqbal dalam rapat koordinasi penanganan banjir.

Ketinggian air di beberapa titik permukiman warga mencapai 1,5 meter, bahkan ada yang menyentuh 2 hingga 2,5 meter, terutama di kawasan seperti BTN Riverside Selagalas dan Lingkungan Kekalik. Luapan air ini merendam rumah warga, menghanyutkan kendaraan, dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang cukup parah.

Ribuan Jiwa Terdampak, Pengungsian dan Penanganan Kesehatan

Dampak banjir ini sangat luas. Berdasarkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Kota Mataram, setidaknya ada 7.676 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 30.681 jiwa yang terdampak langsung bencana ini. Enam kecamatan di Kota Mataram, yaitu Sandubaya, Mataram, Cakranegara, Sekarbela, Selaparang, dan Ampenan, menjadi wilayah yang paling parah terdampak.

Berikut rangkuman dampak banjir di Mataram:

Dampak Banjir Mataram Detail
Korban Meninggal Dunia 2 orang (akibat tersengat listrik)
Warga Terdampak Sekitar 30.681 jiwa (7.676 KK)
Warga Mengungsi 520 jiwa (tersebar di 30 titik pengungsian seperti masjid, sekolah, dan Asrama Haji)
Warga Dirujuk ke RS 16 orang (mengalami berbagai penyakit, termasuk stroke)
Ketinggian Air Mencapai 1,5 meter hingga 2,5 meter di beberapa lokasi
Kecamatan Terdampak Sandubaya, Mataram, Cakranegara, Sekarbela, Selaparang, Ampenan
Kerugian Material Puluhan mobil dan motor hanyut, rumah terendam, tembok TPST Sandubaya roboh, 9 rumah rusak berat, 2 rumah rusak ringan, fasilitas pendidikan dan kesehatan rusak.

Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan 16 warga dilarikan ke rumah sakit karena mengidap berbagai penyakit yang dipicu oleh banjir. Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri, mengingatkan risiko penyakit pasca-banjir seperti diare, ISPA, penyakit kulit, hingga demam berdarah dengue (DBD) yang perlu diantisipasi.

Upaya Penanganan dan Peringatan Dini

Begitu informasi banjir diterima, tim gabungan dari Polresta Mataram, TNI, BPBD, Basarnas, dan relawan segera bergerak cepat melakukan evakuasi warga yang terjebak banjir. Perahu karet dikerahkan untuk membantu warga lansia dan anak-anak. Posko-posko pengungsian pun didirikan di berbagai lokasi aman.

Pemerintah Kota Mataram, melalui Wali Kota Mohan Roliskana, langsung menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan untuk mempermudah penanganan pasca-bencana. Dapur umum juga didirikan untuk memastikan kebutuhan pangan pengungsi tercukupi, dengan kapasitas hingga tiga ribu porsi sekali masak.

Selain itu, upaya pembersihan material sisa banjir, seperti lumpur dan sampah, langsung dilakukan setelah air mulai surut. Jalan-jalan utama dibersihkan agar aktivitas masyarakat bisa kembali normal. Pemerintah daerah juga terus mendata rumah-rumah warga yang rusak untuk diberikan bantuan perbaikan.

Untuk informasi lebih mendalam, Anda bisa merujuk ke artikel berikut: Banjir Jakarta Mulai Surut: Sisa 9 RT dan 2 Ruas Jalan Masih Tergenang Pagi Ini.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan dan mengikuti arahan petugas di lapangan. Penting juga untuk tidak membuang sampah ke saluran air guna mencegah luapan air yang lebih parah di masa mendatang, serta mewaspadai potensi hujan deras dan angin kencang yang bisa terjadi secara tiba-tiba.

Solidaritas dan Kesiapsiagaan Bersama

Banjir di Mataram pada Juli 2025 ini menjadi pengingat pahit akan dampak cuaca ekstrem dan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Tragedi dua korban jiwa akibat sengatan listrik menegaskan bahaya yang mengintai saat banjir melanda.

Meskipun upaya evakuasi dan penanganan awal telah dilakukan dengan cepat, pemulihan jangka panjang dan mitigasi bencana menjadi pekerjaan rumah yang besar. Kolaborasi antara pemerintah, aparat, relawan, dan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ini. Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan kewaspadaan demi Mataram yang lebih aman dan tangguh.

FAQ

Tanya: Berapa jumlah korban jiwa akibat banjir di Mataram pada 6 Juli 2025?
Jawab: Banjir di Mataram pada 6 Juli 2025 menelan dua korban jiwa. Kedua korban meninggal dunia akibat tersengat listrik saat banjir melanda.

Tanya: Siapa saja korban yang meninggal dunia akibat banjir di Mataram?
Jawab: Korban jiwa adalah Tomi (30) dari Desa Batu Mekar, Lingsar, Lombok Barat, dan Tuti Suriani (48/50) dari Kelurahan Pejarakan Karya, Ampenan, Mataram.

Tanya: Apa penyebab utama banjir di Mataram pada 6 Juli 2025?
Jawab: Banjir disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur tanpa henti, menyebabkan tiga sungai utama di Kota Mataram meluap.