Kontroversi Panas: Gol Arsenal Dinyatakan Sah, Namun Manchester United Merasa Dirugikan!

Dipublikasikan 20 Agustus 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola memang tak pernah sepi dari drama dan perdebatan. Baru-baru ini, laga pembuka Premier League 2025/2026 antara Manchester United dan Arsenal di Old Trafford menjadi sorotan utama. Pertandingan yang berakhir 0-1 untuk kemenangan The Gunners ini menyisakan satu pertanyaan besar: apakah gol Arsenal seharusnya sah? Banyak pihak, terutama penggemar Setan Merah, merasa Manchester United dirugikan oleh keputusan wasit dan VAR. Mari kita bedah lebih dalam kontroversi ini dan dengarkan pendapat dari para ahli.

Kontroversi Panas: Gol Arsenal Dinyatakan Sah, Namun Manchester United Merasa Dirugikan!

Kontroversi warnai kemenangan Arsenal atas Manchester United di laga pembuka Premier League, gol tunggal yang dicetak Riccardo Calafiori menuai perdebatan usai diduga melibatkan pelanggaran terhadap kiper United.

Momen Krusial yang Jadi Sorotan: Gol Semata Wayang Riccardo Calafiori

Pertandingan di Old Trafford berlangsung sengit, namun sebuah momen di menit ke-13 langsung menjadi pembicaraan hangat. Gol tunggal Arsenal tercipta melalui situasi sepak pojok yang dieksekusi oleh Declan Rice. Bola lambung tersebut kemudian disambut oleh Riccardo Calafiori yang berhasil menyarangkan si kulit bundar ke gawang United.

Namun, yang menjadi inti perdebatan adalah proses terjadinya gol tersebut. Kiper Manchester United, Altay Bayindir, terlihat kesulitan mengantisipasi bola. Ada dugaan kuat bahwa pergerakannya terhalang oleh pemain Arsenal, William Saliba, sebelum gol tercipta. Inilah yang memicu klaim bahwa gol Arsenal harusnya tidak sah dan seharusnya dianulir karena adanya pelanggaran terhadap kiper.

Suara Para Pengamat: Harusnya Pelanggaran, Bukan Gol Sah?

Setelah peluit akhir berbunyi, gelombang protes dan analisis dari berbagai pihak langsung bermunculan. Kebanyakan sepakat bahwa ada kejanggalan dalam insiden gol tersebut.

Richard Keys: “Saliba Jelas Mendorong Kiper!”

Mantan presenter Sky Sports, Richard Keys, menjadi salah satu yang paling vokal. Dalam opininya, ia menegaskan adanya pelanggaran yang jelas.

“Bayindir jelas dilanggar. Saliba boleh berdiri di sana, tetapi begitu ia membelakangi kiper dan mendorongnya hingga jatuh ke dalam gawang bersama bola, itu sudah masuk kategori pelanggaran,” tulis Keys.

Ia juga menyoroti kebiasaan Arsenal yang sering “mendorong batas” dalam situasi bola mati, yang menurutnya sudah menjadi ciri khas mereka.

Mark Clattenburg: “Arsenal Beruntung!”

Mantan wasit Liga Primer Inggris yang disegani, Mark Clattenburg, juga memiliki pandangan serupa. Ia menilai Arsenal sangat beruntung gol penentu kemenangan mereka tidak dianulir. Menurut Clattenburg, keputusan wasit untuk mengesahkan gol tersebut patut dipertanyakan.

Mengapa VAR Diam Saja?

Teknologi VAR seharusnya menjadi penjamin keadilan di lapangan. Namun, dalam kasus ini, banyak yang mempertanyakan mengapa VAR tidak melakukan intervensi lebih lanjut. Wasit Simon Hooper mengesahkan gol tersebut, dan tidak ada tinjauan ulang yang signifikan dari ruang VAR. Ketiadaan intervensi ini membuat banyak pihak merasa Manchester United dirugikan karena kelalaian wasit dan sistem VAR yang seharusnya membantu meminimalkan kesalahan manusia.

Pandangan Berbeda: Kiper MU Seharusnya Lebih Kuat?

Di tengah derasnya kritik terhadap keputusan wasit, ada pula pandangan yang menyoroti performa kiper United sendiri, Altay Bayindir.

Gary Neville: Kritik untuk Altay Bayindir

Legenda Manchester United, Gary Neville, memiliki perspektif yang sedikit berbeda. Ia tidak melihat adanya kesalahan berarti dari William Saliba. Sebaliknya, Neville justru mengkritik Altay Bayindir yang dianggap kurang kuat dalam duel udara.

“Kiper harus lebih kuat. Saya tidak melihat Saliba melakukan kesalahan berarti. Bayindir terlalu mudah kalah dalam duel itu,” ujar Neville. Ia menambahkan, “Kalau hanya mengandalkan protes, hasilnya tidak akan berubah. Itu gol yang sah, dan kelemahan kiper yang membuat Arsenal menang.”

Ruben Amorim: Kecewa dengan Keputusan Wasit

Manajer Manchester United, Ruben Amorim, juga mengungkapkan kekecewaannya. Meski mengakui timnya harus beradaptasi dengan aturan, ia merasa sulit menerima kekalahan dengan cara seperti ini. Menurut Amorim, Saliba tidak berniat mengincar bola, melainkan mengganggu kipernya.

Dampak dan Implikasi Kontroversi Ini

Keputusan kontroversial seperti ini tentu tidak hanya berakhir di lapangan. Ada beberapa dampak dan implikasi yang timbul dari insiden gol Arsenal yang dinyatakan sah namun memicu klaim Manchester United dirugikan.

  • Dampak Psikologis Pemain: Bagi para pemain Manchester United, keputusan yang merugikan ini bisa menimbulkan rasa frustrasi dan ketidakadilan, yang berpotensi memengaruhi performa mereka di pertandingan berikutnya. Di sisi lain, Arsenal tentu diuntungkan dan mendapatkan suntikan kepercayaan diri.
  • Kredibilitas Liga Inggris: Kontroversi ini kembali membuka diskusi lama mengenai kualitas kepemimpinan wasit dan konsistensi penggunaan VAR di Liga Inggris. Jika insiden serupa terus berulang, kredibilitas Premier League sebagai salah satu liga terbaik dunia bisa dipertanyakan.
  • Tanggung Jawab dan Evaluasi: Pihak federasi sepak bola Inggris (FA) diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh. Transparansi dalam penggunaan VAR dan komunikasi publik mengenai alasan di balik keputusan kontroversial harus ditingkatkan untuk membangun kembali kepercayaan publik.

Meski demikian, legenda MU lainnya, Rio Ferdinand, mencoba melihat sisi positif. Terlepas dari gol kontroversial dan kesalahan Bayindir, ia melihat banyak hal positif dari performa United, terutama dalam menciptakan peluang. Ia mencatat United melepaskan 20 tembakan ke gawang Arsenal, yang menunjukkan peningkatan dibandingkan musim sebelumnya.

Kesimpulan

Pertandingan antara Arsenal dan Manchester United memang selalu menyisakan cerita. Namun, kali ini, sorotan tertuju pada gol Arsenal yang dinyatakan sah, tetapi memicu perasaan bahwa Manchester United dirugikan. Perdebatan antara “harusnya pelanggaran” versus “kiper kurang kuat” menunjukkan kompleksitas dalam pengambilan keputusan di sepak bola modern.

Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa teknologi canggih seperti VAR sekalipun tidak akan sempurna tanpa konsistensi dan transparansi dalam penerapannya. Bagi para pecinta bola, harapan sederhana tetap sama: semoga pertandingan ditentukan murni oleh kualitas permainan di lapangan, bukan oleh keputusan kontroversial dari pengadil.