Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola memang selalu punya cerita menarik di balik gemerlap transfer pemain. Kali ini, sorotan tertuju pada Ardon Jashari, gelandang muda asal Swiss yang baru saja resmi bergabung dengan AC Milan. Kedatangannya disambut dengan euforia dan perlakuan yang hangat dari para Milanisti, sebutan untuk penggemar setia AC Milan. Bukan hanya karena potensinya di lapangan, tapi juga karena satu fakta manis: Jashari adalah seorang Milanisti sejak kecil, sebuah impian yang kini menjadi kenyataan.
Ardon Jashari, gelandang Swiss yang tumbuh besar sebagai Milanisti, kini sambut impian masa kecilnya di AC Milan dengan sambutan hangat dari para penggemar setia klub.
Bagaimana seorang pemain bisa langsung mendapatkan tempat di hati para penggemar bahkan sebelum benar-benar menunjukkan performa terbaiknya? Mari kita telusuri kisah di balik sambutan istimewa untuk Ardon Jashari ini, yang sedikit berbeda dengan nasib pemain lain yang juga mengaku fans Rossoneri.
Mengapa Ardon Jashari Begitu Spesial di Mata Milanisti?
Ada banyak faktor yang membuat Ardon Jashari langsung menjadi idola baru di San Siro. Kecintaannya pada AC Milan bukan sekadar basa-basi, melainkan sebuah perjalanan panjang yang penuh loyalitas.
Impian San Siro Sejak Usia Delapan Tahun
Kisah Ardon Jashari dan AC Milan bermula dari bangku penonton. Sejak usia delapan tahun, ia sudah memimpikan untuk bermain di stadion legendaris San Siro. Bersama keluarganya, ia pernah menonton pertandingan Milan melawan Barcelona dari tribun, dan sejak saat itu, hatinya terpaut pada Diavolo Rosso.
“Perasaan ini luar biasa. Setelah pekan-pekan menegangkan, akhirnya saya di sini. Sangat bangga bisa menjadi bagian klub sebesar Milan,” ujar Jashari dalam wawancara resminya. Ia menambahkan bahwa bergabung dengan Milan adalah “impian masa kecil yang jadi kenyataan” bagi dirinya dan keluarganya. Sebuah pengakuan yang tentu saja melelehkan hati para Milanisti.
Loyalitas yang Tak Tergoyahkan: Tolak Tawaran Menggiurkan
Di era sepak bola modern yang serba komersial, loyalitas menjadi barang mahal. Namun, Ardon Jashari membuktikan bahwa ada hal yang lebih berharga daripada sekadar uang. Ia dengan tegas menolak tawaran dari klub-klub besar lain seperti Chelsea, Bayer Leverkusen, bahkan klub kaya dari Arab Saudi, Neom, yang siap membayar lebih mahal.
Hatinya sudah bulat hanya untuk Rossoneri. “Begitu tahu Milan tertarik, saya langsung yakin. Ini proyek yang saya dan keluarga inginkan. Saya sudah berjanji, dan janji harus ditepati,” tegasnya. Sikap ini menunjukkan komitmen luar biasa yang sangat dihargai oleh para penggemar. Perlakuan istimewa yang ia terima adalah buah dari kesetiaan dan kejujurannya.
Perjalanan Transfer Ardon Jashari ke AC Milan: Drama dan Kesepakatan
Proses kepindahan Ardon Jashari dari Club Brugge ke AC Milan tidaklah mulus tanpa drama. Ada negosiasi alot yang mengiringi hingga akhirnya kesepakatan tercapai.
Negosiasi Alot dan Harga Fantastis
Ardon Jashari didatangkan dengan biaya transfer yang tidak main-main. AC Milan harus merogoh kocek sebesar €37 juta (sekitar Rp 620 miliar) hingga €39 juta (sekitar Rp 650 miliar) termasuk bonus, menjadikannya salah satu pemain termahal di bursa transfer musim panas ini. Ini menunjukkan betapa seriusnya Milan dalam mendapatkan gelandang Swiss berbakat ini.
Hubungan baik antara agen Jashari dengan direktur olahraga baru Rossoneri, Igli Tare, yang sama-sama berlatar belakang Albania, sedikit mempermudah proses negosiasi awal. Namun, Club Brugge tetap berkeras pada harga yang tinggi, bahkan sempat mengingkari janji awal mereka.
Kedatangan yang Dinantikan dan Debut Perdana
Setelah drama transfer yang memanas, Ardon Jashari akhirnya mendarat di Italia untuk menjalani tes medis. Ia menandatangani kontrak berdurasi lima tahun, mengikatnya dengan Rossoneri hingga 30 Juni 2030. Kedatangannya diharapkan mampu memperkuat lini tengah Milan yang ditinggalkan Tijjani Reijnders.
Jashari langsung berlatih perdana di Milanello dan direncanakan ikut tur pra-musim ke Dublin dan London. Ia memilih nomor punggung 30, nomor yang penuh kenangan baginya dan terinspirasi dari idolanya. Meski belum melakukan debut penuh di Serie A, ia sudah tampil sebagai pemain pengganti di Coppa Italia dan pertandingan melawan Cremonese, menunjukkan sekilas potensinya.
Harapan Besar dan Tantangan di Lini Tengah Rossoneri
Sebagai pemain baru AC Milan, tentu ada harapan besar yang disematkan pada pundak Ardon Jashari. Ia diharapkan bisa beradaptasi dengan cepat dan memberikan kontribusi signifikan.
Profil Permainan dan Kekuatan Jashari
Ardon Jashari dikenal sebagai gelandang serbaguna yang mampu bermain di lini bertahan maupun menyerang. Pelatihnya di Luzern, Mario Frick, memujinya sebagai pemain muda dengan kepribadian matang dan karakter pemimpin. “Dari planet lain: ia akan memiliki karier yang hebat,” kata Frick.
Jashari sendiri menggambarkan dirinya sebagai pemain yang membawa fisik kuat, kreativitas, dan kemampuan mengoper untuk mencetak gol. Ia mengidolakan dua legenda Milan, Roberto Baggio dan Andrea Pirlo, yang teknik dan kreativitasnya ia coba usung dalam permainannya. Kehadirannya akan membuat lini tengah AC Milan semakin solid.
Mengisi Kekosongan dan Adaptasi Cepat
Salah satu tugas utama Ardon Jashari adalah mengisi kekosongan yang ditinggalkan Tijjani Reijnders. Dengan potensi besar yang dimiliki, ia diharapkan dapat beradaptasi cepat dengan Serie A dan menjadi starter reguler di bawah bimbingan Massimiliano Allegri.
Namun, ada juga tantangan. Frick menyebut salah satu kekurangan Jashari adalah minimnya kontribusi gol. Selain itu, ia juga sempat mengalami cedera saat latihan akibat benturan dengan Santiago Gimenez, yang membuatnya absen di pertandingan melawan Lecce. Cedera ini tentu menjadi halangan awal bagi Jashari untuk segera menunjukkan kemampuannya secara penuh.
Perbandingan Singkat: Jashari vs. Santiago Gimenez
Menariknya, di tengah sanjungan untuk Ardon Jashari, ada cerita lain dari Santiago Gimenez, striker AC Milan yang juga merupakan seorang Milanisti sejak kecil. Ayah Gimenez sempat menyentil AC Milan karena anaknya yang sangat mencintai klub justru diisukan ingin dilego atau ditukar.
“Sejujurnya, dia sangat bahagia di AC Milan. Butuh waktu baginya untuk sampai di sana,” kata ayah Santiago Gimenez. Situasi ini sedikit kontras dengan perlakuan yang diterima Jashari. Meski sama-sama memiliki ikatan emosional dengan klub, Gimenez harus berjuang lebih keras untuk membuktikan diri dan mendapatkan kepercayaan, sementara Jashari mendapatkan sambutan hangat berkat loyalitasnya yang diungkapkan secara terang-terangan dan proaktif. Ini menunjukkan bahwa di sepak bola, selain skill, narasi dan komunikasi juga memegang peranan penting dalam membentuk persepsi publik dan penggemar.
Kesimpulan
Kisah Ardon Jashari gabung AC Milan adalah bukti bahwa impian masa kecil bisa menjadi kenyataan, terutama jika diiringi dengan loyalitas dan kerja keras. Perlakuan istimewa yang ia dapatkan dari Milanisti sejak kecil bukanlah tanpa alasan; ini adalah apresiasi atas komitmennya yang tak tergoyahkan.
Sekarang, bola ada di kaki Jashari. Dengan dukungan penuh dari para penggemar dan potensi yang ia miliki, diharapkan gelandang Swiss ini mampu memberikan kontribusi maksimal, membantu AC Milan meraih kembali kejayaan, dan membuktikan bahwa sanjungan di awal adalah investasi emosional yang sepadan. Masa depan cerah menanti pemain baru AC Milan ini di San Siro!