Yogyakarta, zekriansyah.com – Sumbawa, dengan keindahan alam pesisirnya yang memesona, menyimpan kekayaan alam luar biasa berupa hutan mangrove. Namun, di balik panorama indah ini, ada sebuah isu yang semakin memprihatinkan: alih fungsi hutan mangrove Sumbawa yang terus terjadi. Kondisi ini bukan hanya sekadar masalah lingkungan, tetapi juga ancaman serius bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir dan masa depan ekosistem kita.
Hutan mangrove di Sumbawa terancam alih fungsi, mengancam keseimbangan lingkungan dan mata pencarian warga pesisir.
Mari kita selami lebih dalam mengapa hutan mangrove begitu vital, apa saja ancaman yang dihadapinya di Sumbawa, dan langkah-langkah apa yang sedang diupayakan untuk menyelamatkannya. Memahami persoalan ini adalah langkah awal untuk kita semua bisa berkontribusi.
Mengapa Hutan Mangrove Begitu Penting? Fungsi yang Sering Terlupakan
Hutan mangrove sering disebut sebagai “benteng alami” atau “paru-paru biru” pesisir. Julukan ini bukan tanpa alasan. Ekosistem unik ini memiliki peran yang sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis.
Penjaga Pantai Alami dan Rumah Bagi Kehidupan
Bayangkan sebuah dinding kokoh yang melindungi rumah Anda dari badai. Itulah peran hutan mangrove bagi garis pantai. Dengan sistem perakaran yang rapat dan kuat, mangrove mampu menahan hempasan gelombang, mencegah abrasi dan erosi pantai. Tanpa mereka, daratan kita akan lebih rentan terhadap kerusakan akibat air laut.
Selain itu, hutan mangrove adalah “rumah” dan “tempat asuhan” (nursery ground) yang ideal bagi berbagai biota laut. Ikan, udang, kepiting, dan kerang-kerangan tumbuh subur di antara akar-akar mangrove yang saling menjalin. Tak heran, banyak spesies ikan komersial bergantung pada ekosistem ini untuk kelangsungan hidupnya.
Mangrove juga memiliki kemampuan luar biasa sebagai penyerap karbon (sering disebut “karbon biru”). Mereka mampu menyerap karbon dioksida jauh lebih banyak dibandingkan hutan daratan, menjadikannya sekutu penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim global. Tak hanya itu, akar-akar mangrove juga berfungsi sebagai filter alami yang menyaring polutan sebelum mencapai laut lepas.
Sumber Kehidupan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pantai Sumbawa, keberadaan hutan mangrove adalah sumber kehidupan. Hasil laut seperti kepiting, udang, dan ikan yang hidup di mangrove menjadi mata pencarian utama. Ini berarti, ketika mangrove rusak, pendapatan dan ketahanan pangan masyarakat pun terancam.
Lebih dari itu, hutan mangrove juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi ekowisata mangrove. Contohnya di Lombok Barat, hutan mangrove telah menjadi daya tarik wisata yang meningkatkan perekonomian lokal melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Potensi serupa juga ada di Sumbawa, jika ekosistem ini terjaga dengan baik.
Ancaman di Balik Keindahan: Potret Alih Fungsi di Sumbawa
Sayangnya, meski memiliki segudang manfaat, hutan mangrove Sumbawa terus menghadapi tekanan berat. Laju kerusakan mangrove Sumbawa menjadi sorotan utama, terutama akibat alih fungsi lahan.
Tambak Udang dan Garam: Dalang Utama Kerusakan Mangrove Sumbawa
Salah satu pemicu terbesar alih fungsi hutan mangrove adalah konversi lahan menjadi tambak udang dan tambak garam. Di banyak wilayah, termasuk di Sumbawa, lahan mangrove diubah secara masif demi kepentingan ekonomi jangka pendek.
Beberapa studi dan laporan menunjukkan bahwa di daerah seperti Dusun Penyengar, Kecamatan Utan, dan Desa Stowe Brang, Sumbawa, aktivitas manusia yang memanfaatkan mangrove untuk kebutuhan harian, jika tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi ancaman. Hal yang sama terjadi di Desa Labuhan Kuris, Kecamatan Lape-Sumbawa, di mana degradasi ekosistem mangrove telah diamati.
Selain tambak, pembangunan permukiman, kawasan industri, dan infrastruktur pesisir juga turut berkontribusi pada penyusutan luas hutan mangrove. Data menunjukkan bahwa di Indonesia, laju kerusakan hutan mangrove bisa mencapai puluhan ribu hektar per tahun.
Dampak Jangka Panjang yang Mengkhawatirkan
Kerusakan mangrove membawa konsekuensi serius:
- Peningkatan Abrasi dan Erosi: Tanpa benteng alami, garis pantai akan semakin terkikis, mengancam permukiman dan infrastruktur di pesisir.
- Penurunan Hasil Perikanan: Hilangnya daerah asuhan biota laut berarti berkurangnya tangkapan ikan dan komoditas laut lainnya, yang secara langsung memukul mata pencarian nelayan.
- Kontribusi pada Perubahan Iklim: Mangrove yang rusak akan melepaskan karbon yang tersimpan kembali ke atmosfer, memperparah efek gas rumah kaca.
- Hilangnya Keanekaragaman Hayati: Banyak spesies yang bergantung pada mangrove akan kehilangan habitatnya, mengancam keseimbangan ekosistem.
Gerakan Harapan: Upaya Konservasi dan Rehabilitasi Mangrove di Sumbawa
Meskipun tantangan yang dihadapi besar, ada secercah harapan dari berbagai upaya konservasi mangrove Sumbawa dan rehabilitasi yang sedang digalakkan. Kesadaran akan pentingnya ekosistem ini mulai tumbuh, mendorong berbagai pihak untuk bergerak.
Berbagai lembaga, universitas, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat aktif melakukan penanaman kembali mangrove. Contohnya, di Dusun Penyengar, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, kegiatan pengabdian masyarakat telah berhasil menanam ribuan bibit mangrove. Demikian pula di Desa Stowe Brang, kolaborasi antara PT. Solusi Masyarakat Mandiri (SMM) dan Universitas Samawa berhasil menanam 4.000 bibit mangrove dan memberdayakan masyarakat.
Di Sumbawa Barat, khususnya di Gili Namo, Kecamatan Poto Tano, program rehabilitasi mangrove COREMAP-CTI dengan dukungan Bappenas dan ICCTF telah menanam hingga 25.000 bibit mangrove, melibatkan masyarakat setempat. Upaya ini tidak hanya untuk restorasi ekologi, tetapi juga mendukung potensi pariwisata.
Pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam setiap program rehabilitasi sangat krusial. Seperti yang terlihat di Desa Labuhan Kuris, kepedulian masyarakat yang tinggi adalah kunci keberlanjutan upaya pelestarian. Namun, tantangan seperti kerusakan bibit oleh hewan ternak menunjukkan bahwa upaya perlindungan harus terus diperkuat.
Mari Bertindak untuk Masa Depan Pesisir Sumbawa!
Situasi alih fungsi hutan mangrove Sumbawa yang memprihatinkan adalah panggilan bagi kita semua. Hutan mangrove adalah aset tak ternilai yang harus kita jaga bersama. Dampak kerusakannya bukan hanya dirasakan oleh alam, tetapi juga oleh kita, manusia, terutama masyarakat pesisir yang bergantung padanya.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan penegakan hukum terhadap konversi lahan mangrove ilegal. Masyarakat perlu terus diedukasi dan diberdayakan untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga serta merehabilitasi mangrove. Dan sebagai individu, kita bisa mendukung produk lokal yang berkelanjutan, menyebarkan informasi, dan ikut serta dalam kegiatan penanaman mangrove jika ada kesempatan.
Masa depan pesisir Sumbawa yang lestari dan sejahtera ada di tangan kita. Mari bersama-sama pastikan “benteng alami” ini tetap kokoh berdiri, demi lingkungan yang sehat dan kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.