Waspada, Bunda! Diabetes Saat Hamil Tingkatkan Risiko Gangguan Perkembangan Anak

Dipublikasikan 29 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Masa kehamilan adalah periode yang penuh harapan dan kebahagiaan bagi setiap calon ibu. Kita tentu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati, memastikan ia tumbuh sehat dan sempurna. Namun, di balik keindahan itu, ada beberapa tantangan kesehatan yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah diabetes saat hamil atau yang sering disebut diabetes gestasional. Kabar terbaru dari dunia penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini, baik diabetes yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru muncul selama kehamilan, bisa meningkatkan risiko gangguan perkembangan anak di kemudian hari.

Waspada, Bunda! Diabetes Saat Hamil Tingkatkan Risiko Gangguan Perkembangan Anak

Studi terbaru mengungkap diabetes saat kehamilan, termasuk diabetes gestasional, berisiko tinggi menyebabkan gangguan perkembangan anak, seperti kesulitan belajar dan autisme.

Sebuah studi besar yang diterbitkan di jurnal Lancet Diabetes & Endocrinology pada Juni 2025 menjadi sorotan. Penelitian ini mengumpulkan data dari lebih dari 200 studi dan melibatkan angka fantastis: 56 juta kehamilan dari seluruh dunia! Para peneliti mengamati bagaimana diabetes pada ibu, baik tipe 1, tipe 2, maupun diabetes gestasional, memengaruhi hasil perkembangan anak. Hasilnya? Sangat penting untuk diketahui para orang tua.

Seberapa Besar Risiko Gangguan Perkembangan Anak?

Studi tersebut menemukan korelasi yang signifikan antara diabetes pada ibu hamil dan peningkatan risiko berbagai jenis gangguan perkembangan saraf pada anak. Secara keseluruhan, anak-anak yang lahir dari ibu dengan diabetes selama kehamilan memiliki kemungkinan 28 persen lebih tinggi mengalami masalah perkembangan saraf dibandingkan mereka yang ibunya tidak mengidap penyakit tersebut.

Berikut adalah rincian peningkatan risiko yang ditemukan dalam penelitian tersebut:

Jenis Gangguan Perkembangan Saraf Peningkatan Risiko (%)
Gangguan Belajar 16
Gangguan Motorik 17
Gangguan Komunikasi 20
Autisme 25
Gangguan Perkembangan Tertentu 27
ADHD 30
Disabilitas Intelektual 32

Menariknya, risiko ini bahkan lebih tinggi pada anak-anak yang lahir dari ibu dengan riwayat diabetes sebelum kehamilan (diabetes pregestasional). Mereka memiliki kemungkinan 39 persen lebih tinggi untuk mengalami satu atau lebih gangguan perkembangan saraf, dibandingkan dengan anak dari ibu yang baru didiagnosis diabetes gestasional selama kehamilan.

Bagaimana Diabetes Memengaruhi Perkembangan Janin?

Lalu, mengapa kondisi gula darah tinggi pada ibu bisa berdampak pada perkembangan otak dan saraf janin? Sederhananya, selama di dalam kandungan, janin mendapatkan semua nutrisinya dari ibu melalui plasenta. Jika kadar gula darah ibu terlalu tinggi, janin akan menerima asupan glukosa yang berlebihan.

Untuk mengatasi kelebihan glukosa ini, pankreas janin akan bekerja lebih keras dan memproduksi insulin dalam jumlah besar. Nah, insulin ini tidak hanya berfungsi mengatur gula darah, tetapi juga bertindak sebagai hormon pertumbuhan. Akibatnya, janin berisiko tumbuh lebih besar dari ukuran normal (kondisi ini disebut makrosomia).

Namun, lebih dari itu, ketidakseimbangan glukosa dan insulin yang terjadi terus-menerus ini juga dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan jaringan otak, sistem saraf, dan organ penting lainnya seperti paru-paru. Para ahli menduga, kadar gula darah yang tinggi ini bisa memicu peradangan dan perubahan hormon lain yang berpotensi mengganggu proses kompleks perkembangan otak janin.

Selain risiko gangguan perkembangan saraf, diabetes saat hamil yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi lain pada bayi, seperti:

  • Hipoglikemia neonatal: Gula darah bayi sangat rendah setelah lahir.
  • Sindrom gangguan pernapasan: Paru-paru bayi belum matang sempurna.
  • Kelahiran prematur: Bayi lahir sebelum waktunya.
  • Kematian perinatal: Risiko bayi meninggal dalam kandungan (stillbirth) atau segera setelah lahir.
  • Risiko lebih tinggi mengalami obesitas atau diabetes tipe 2 di masa kanak-kanak hingga dewasa.

Kenali Tanda dan Faktor Risiko Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah kondisi di mana kadar gula darah menjadi tinggi selama kehamilan, padahal mungkin sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat diabetes. Kondisi ini umumnya muncul pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan seringkali akan membaik setelah persalinan.

Meskipun kadang tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal, ada beberapa tanda yang patut Bunda waspadai:

  • Rasa haus yang berlebihan
  • Sering buang air kecil
  • Mudah lelah
  • Mual
  • Penglihatan kabur

Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko Bunda mengalami diabetes gestasional, antara lain:

  • Memiliki riwayat obesitas atau kelebihan berat badan sebelum hamil.
  • Riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
  • Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
  • Usia ibu di atas 35 tahun.
  • Memiliki kondisi pradiabetes.

Langkah Pencegahan dan Pengelolaan untuk Kehamilan Sehat

Meskipun temuan ini terdengar mengkhawatirkan, bukan berarti tidak ada harapan. Kunci utamanya adalah deteksi dini dan pengelolaan yang tepat. Jika Bunda memiliki riwayat diabetes atau faktor risiko lainnya, sangat penting untuk melakukan konseling prakonsepsi sebelum hamil.

Selama kehamilan, beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil dan meminimalkan risiko:

  1. Kontrol Gula Darah Secara Berkala: Lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, terutama tes toleransi glukosa oral (TTGO) pada usia kehamilan 24-28 minggu, atau lebih awal jika ada risiko tinggi.
  2. Terapkan Pola Makan Sehat:
    • Batasi konsumsi makanan dan minuman manis, serta makanan tinggi karbohidrat olahan.
    • Perbanyak asupan serat dari sayur, buah, dan biji-bijian utuh.
    • Konsumsi makanan dalam porsi kecil namun lebih sering untuk menjaga stabilitas gula darah.
  3. Olahraga Teratur: Lakukan aktivitas fisik moderat sekitar 30-45 menit setiap hari atau minimal 5 kali seminggu, setelah berkonsultasi dengan dokter. Jalan kaki, berenang, atau yoga prenatal bisa menjadi pilihan.
  4. Pemeriksaan Kehamilan Rutin: Ikuti jadwal kontrol kehamilan yang direkomendasikan dokter untuk memantau pertumbuhan janin dan kondisi kesehatan Bunda.
  5. Ikuti Anjuran Dokter: Jika diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan penggunaan insulin atau obat-obatan tertentu untuk mengontrol kadar gula darah. Patuhi dosis dan aturan pakai yang diberikan.

Catatan Penting: Korelasi Bukan Kausalitas Murni

Penting untuk diingat, studi ini menunjukkan adanya “korelasi” atau hubungan antara diabetes saat hamil dengan risiko gangguan perkembangan anak, namun tidak secara langsung membuktikan “sebab-akibat” mutlak. Artinya, diabetes bukan satu-satunya penyebab, dan ada banyak faktor lain yang juga memengaruhi perkembangan anak.

Namun, temuan ini menjadi pengingat kuat akan pentingnya menjaga kesehatan selama kehamilan, terutama dalam mengelola kadar gula darah. Para ahli menyerukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme penyebab yang mendasarinya dan mencari intervensi potensial untuk melindungi perkembangan otak janin.

Dengan deteksi dini, pengelolaan yang tepat, dan gaya hidup sehat, Bunda dapat meminimalkan risiko dan memberikan fondasi terbaik bagi masa depan buah hati. Jangan ragu untuk selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan Bunda untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang paling sesuai.

FAQ

Tanya: Apa itu diabetes gestasional?
Jawab: Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang muncul selama kehamilan pada ibu yang sebelumnya tidak memiliki diabetes.

Tanya: Seberapa besar peningkatan risiko gangguan perkembangan anak jika ibu hamil menderita diabetes?
Jawab: Anak-anak dari ibu dengan diabetes saat hamil memiliki kemungkinan 28 persen lebih tinggi mengalami masalah perkembangan saraf.

Tanya: Apakah jenis diabetes pada ibu hamil yang memengaruhi risiko perkembangan anak?
Jawab: Ya, studi menunjukkan bahwa diabetes tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional pada ibu dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan anak.