Heboh Warga Pangkep Meninggal Kencing Tikus, Hasil Lab Konfirmasi Ancaman Leptospirosis!

Dipublikasikan 1 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka menyelimuti Kampung Bontoe, Desa Pitue, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Seorang warga dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit yang kerap disebut kencing tikus, atau secara medis dikenal sebagai Leptospirosis. Kejadian ini sontak membuat heboh warga Pangkep, memicu respons cepat dari tim kesehatan, dan mengungkap hasil laboratorium yang cukup mencengangkan. Artikel ini akan membahas tuntas apa yang terjadi di Pangkep, bagaimana kencing tikus bisa begitu fatal, dan langkah-langkah pencegahan yang perlu kita ketahui.

Heboh Warga Pangkep Meninggal Kencing Tikus, Hasil Lab Konfirmasi Ancaman Leptospirosis!

Warga Pangkep berduka atas meninggalnya salah satu warganya akibat penyakit yang diduga berasal dari kencing tikus, hasil laboratorium mengkonfirmasi adanya ancaman Leptospirosis yang perlu diwaspadai.

Warga Pangkep Berduka, Kencing Tikus Menggila

Pada 14 Juli 2025, berita duka datang dari Desa Pitue. Seorang warga Kampung Bontoe meninggal dunia setelah terinfeksi bakteri Leptospira, penyebab utama penyakit kencing tikus. Kejadian ini segera mendapat perhatian serius dari Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Makassar, Dinas Kesehatan Pangkep, Babinsa, hingga Kementerian Kesehatan.

Tim gabungan ini langsung bergerak cepat melakukan surveilans dan penyelidikan epidemiologi pada 16 hingga 18 Juli 2025. Fokus utama mereka adalah dua dusun di Desa Pitue, yaitu Bontoe dan Gusunge, yang dikenal aktif dengan aktivitas budidaya rumput laut. Tujuannya jelas: mencari tahu sumber penularan dan mencegah kasus lebih lanjut di Pangkep.

Hasil Laboratorium Mengejutkan: Bakteri Leptospira Ditemukan pada Tikus!

Dalam upaya mengungkap misteri di balik kasus kematian ini, tim surveilans memasang sebanyak 118 perangkap tikus di kedua dusun tersebut. Dari jumlah perangkap yang terpasang, 12 ekor tikus berhasil ditangkap untuk kemudian diperiksa secara mendalam di Labkesmas Makassar.

Hasilnya sungguh mengejutkan: dari 12 tikus yang diperiksa, tiga ginjal tikus dinyatakan positif mengandung bakteri Leptospira. Ini adalah bukti kuat bahwa tikus di wilayah tersebut memang membawa bakteri mematikan ini.

Epidemiolog Kesehatan Madya Balai Labkesmas Makassar, Nuralim Ahzan, mengungkapkan bahwa temuan ini adalah respons cepat terhadap kasus positif leptospira yang menyebabkan kematian di Desa Pitue. “Ini adalah upaya respons kita untuk menangani penemuan kasus Leptospirosis di Pangkep tahun ini. Kalau dari data kajian kita sebelumnya, sejak 2023 memang selalu ditemukan kasus di sana,” jelas Nuralim.

Mengapa Kencing Tikus Muncul Saat Kemarau?

Salah satu hal yang menarik perhatian adalah kemunculan kasus kencing tikus ini di musim kemarau. Padahal, penyakit ini umumnya mewabah saat musim hujan, di mana genangan air menjadi media penularan favorit. Kepala Balai Labkesmas Makassar, Rustam, menyoroti keanehan ini, menegaskan pentingnya edukasi dan langkah cepat pencegahan kepada masyarakat.

Tim juga mencurigai adanya kaitan dengan aktivitas budidaya rumput laut. Nuralim Ahzan menjelaskan, “Dari hasil pengamatan di lapangan, kami mencurigai tali budidaya rumput laut sebagai media penularan. Tali tersebut bisa terkontaminasi urin tikus. Saat warga bersentuhan langsung dalam kondisi luka terbuka, risiko infeksi menjadi sangat tinggi.” Ini menunjukkan bahwa penularan penyakit kencing tikus bisa terjadi melalui berbagai media, tidak hanya air banjir.

Pangkep Ditetapkan KLB Leptospirosis: Tanda Bahaya dari Pemerintah

Melihat keseriusan kasus ini, Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pemkab Pangkep) telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis. Ketua Tim Kerja Surveilans KLB Balai Labkesmas Makassar, Yulce Rakkang, bahkan menyatakan bahwa Pangkep bakal masuk kandidat kuat untuk dilakukan surveilans sentinel pada 2026. Ini berarti wilayah ini akan menjadi pusat pemantauan intensif karena riwayat kasus yang berulang.

Penetapan KLB ini adalah sinyal bahaya yang harus direspon serius oleh semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Jika tidak ditangani serius, penyakit ini berpotensi terus berulang dari tahun ke tahun.

Kenali Gejala dan Lindungi Diri dari Leptospirosis

Leptospirosis atau penyakit kencing tikus adalah infeksi zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini bisa menular melalui kontak dengan air, tanah, atau benda yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi, terutama tikus. Penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani tepat waktu.

Gejala yang perlu diwaspadai:

  • Demam mendadak tinggi
  • Nyeri otot yang parah
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Mata merah

Dalam kasus yang parah, Leptospirosis bisa menyebabkan penyakit kuning, gagal ginjal, dan pendarahan. Diagnosisnya memang sulit karena gejalanya yang tidak spesifik, sehingga memerlukan tes laboratorium seperti PCR atau serologi.

Untuk mencegah penularan, tim gabungan telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting:

  • Penyimpanan Aman: Simpan peralatan pertanian atau budidaya rumput laut di tempat yang aman dan tidak dapat dijangkau tikus.
  • Pengelolaan Limbah: Jauhkan limbah budidaya dari lingkungan permukiman warga.
  • Kebersihan Diri: Biasakan mencuci tangan setelah beraktivitas di luar rumah, terutama jika berinteraksi dengan tanah atau air yang berpotensi terkontaminasi.
  • Hindari Kontak Langsung: Jangan bersentuhan langsung dengan air, tanah, atau benda-benda yang dicurigai terkontaminasi, apalagi jika ada luka terbuka di kulit.
  • Gunakan Alat Pelindung Diri: Bagi mereka yang bekerja di area berisiko seperti sawah, tambak, atau wilayah dengan genangan air, penggunaan sarung tangan dan sepatu bot sangat dianjurkan.
  • Jaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan kebersihan di sekitar rumah dan tempat kerja untuk menekan populasi tikus.
  • Penyimpanan Makanan: Simpan makanan dan minuman dengan benar agar tidak menarik kehadiran hewan pengerat.
  • Segera Periksa ke Dokter: Jika mengalami gejala seperti demam mendadak, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, atau mata merah setelah terpapar lingkungan berisiko, segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Kesimpulan

Kasus meninggalnya warga Pangkep akibat kencing tikus dan hasil laboratorium yang mengonfirmasi keberadaan bakteri Leptospira pada tikus di sana adalah pengingat penting bagi kita semua. Penyakit kencing tikus bukanlah hal sepele; ia bisa berakibat fatal. Dengan ditetapkannya Pangkep sebagai KLB Leptospirosis, diharapkan semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, dapat bersinergi untuk meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang telah direkomendasikan. Mari jaga kebersihan lingkungan dan diri kita, agar terhindar dari ancaman penyakit mematikan ini. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama!