Yogyakarta, zekriansyah.com – Tuberkulosis (TBC) masih jadi ‘PR’ besar bagi kesehatan di Indonesia. Tiap tahun, jutaan orang terinfeksi, dan ratusan ribu meninggal dunia. Mungkin Anda berpikir, “Kan sudah ada vaksin BCG yang diberikan sejak bayi?” Nah, ternyata perlindungan dari vaksin BCG itu belum cukup untuk membentengi orang dewasa dari infeksi TBC aktif. Kabar baiknya, ada vaksin TBC baru bernama M72 yang sedang disiapkan, bahkan Indonesia menjadi salah satu lokasi uji klinisnya. Yuk, kita bedah tuntas kenapa vaksin baru ini penting dan bagaimana masa depan penanganan TBC di negara kita.
Ilustrasi: Menjelang uji klinis di Indonesia, M72 hadir sebagai harapan baru perlindungan TBC bagi orang dewasa yang tak memadai oleh vaksin BCG.
Mengapa Vaksin BCG Saja Tidak Cukup Melawan TBC Dewasa?
BCG: Pelindung Awal yang Penting
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) sudah puluhan tahun jadi andalan untuk melindungi bayi dan anak-anak dari TBC. Vaksin ini bekerja dengan memasukkan bakteri TBC yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh, merangsang sistem kekebalan untuk membentuk antibodi.
Fokus utamanya adalah mencegah TBC berat pada bayi, seperti TBC meningitis (infeksi selaput otak) dan TBC milier (infeksi TBC yang menyebar ke seluruh tubuh). Ini sangat efektif untuk anak-anak, bahkan bisa mencapai 70-80% dalam mencegah bentuk TBC yang parah.
Keterbatasan Perlindungan Seiring Usia
Namun, perlindungan dari BCG ini ternyata menurun drastis seiring bertambahnya usia. Edukator Farmasi apt. Rahmat Hidayat dari Kementerian Kesehatan menjelaskan:
“BCG efektif pada bayi untuk mencegah komplikasi berat seperti TB meningitis. Tapi, dia tidak bisa mencegah fase laten TBC berkembang menjadi aktif pada orang dewasa.”
Artinya, meski sudah divaksin BCG saat bayi, orang dewasa masih rentan terhadap TBC aktif, terutama yang berasal dari infeksi laten yang tidak menimbulkan gejala bertahun-tahun.
Beban TBC di Indonesia yang Tinggi
Indonesia adalah negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia, setelah India. Data menunjukkan, ada lebih dari 1 juta kasus TBC baru per tahun di Indonesia, dengan sekitar 130 ribu kematian. Ironisnya, sekitar 400 ribu pengidap TBC di Indonesia belum terdeteksi, sehingga mereka berpotensi menularkan penyakit ini ke orang lain tanpa disadari.
Mengenal Vaksin M72: Harapan Baru untuk Orang Dewasa
Dirancang Khusus untuk Dewasa
Untuk menutup celah perlindungan ini, para peneliti mengembangkan vaksin baru bernama M72. Vaksin ini dirancang khusus untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi TBC laten pada remaja dan orang dewasa. Berbeda dari BCG yang menggunakan bakteri utuh yang dilemahkan, M72 hanya menggunakan bagian tertentu dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling bertanggung jawab memicu infeksi.
Progres Uji Klinis dan Keterlibatan Indonesia
Vaksin M72 dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK) dan didukung penuh oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Risetnya sudah berlangsung selama 26 tahun. Dalam uji klinis tahap dua di beberapa negara Afrika, M72 menunjukkan hasil menjanjikan dengan tingkat keberhasilan hingga 50% dalam mencegah infeksi laten menjadi aktif.
Kini, vaksin M72 sudah memasuki uji klinis tahap tiga, yang merupakan fase terakhir sebelum vaksin bisa mendapatkan izin edar. Indonesia, sebagai negara dengan beban TBC tinggi, terpilih menjadi salah satu lokasi uji klinis global ini, bersama Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi. Keterlibatan Indonesia ini menunjukkan kesiapan infrastruktur kesehatan dan tenaga ahli kita. Sebanyak 2.095 partisipan dari Indonesia terlibat dalam studi ini.
Siapa Target Penerima Vaksin M72?
Vaksin M72 ditujukan untuk remaja dan orang dewasa, terutama mereka yang berisiko tinggi terpapar TBC. Contohnya, tenaga kesehatan atau individu yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat TBC.
Keamanan Vaksin M72
Sejauh ini, efek samping vaksin M72 tergolong ringan dan serupa dengan vaksin lain, seperti demam ringan atau nyeri di area suntikan. Belum ditemukan efek samping berat selama pengujian.
Uji Klinis Vaksin di Indonesia: Bukan ‘Kelinci Percobaan’, tapi Kontribusi Penting
Polemik di Tengah Masyarakat
Kabar mengenai uji klinis vaksin TBC M72 di Indonesia sempat memicu perdebatan dan kekhawatiran di masyarakat, terutama di media sosial. Beberapa pihak menyebut Indonesia dijadikan ‘kelinci percobaan’.
Penjelasan Pemerintah dan Ahli
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa uji klinis ini sudah melewati tahapan ilmiah yang ketat dan “secara sains, terbukti aman.”
Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), Dokter Spesialis Paru dan Peneliti Nasional Vaksin TBC, menjelaskan bahwa uji klinis melalui tahapan panjang dan diawasi ketat oleh berbagai pihak, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, dan para ahli.
Berikut adalah tahapan umum dalam uji klinis vaksin:
Fase Uji Klinis | Jumlah Partisipan | Tujuan |
---|---|---|
Pra-klinis | Hewan | Menguji keamanan awal dan respons biologis |
Fase 1 | 20-50 orang | Menilai keamanan, dosis, dan respons imun awal pada manusia |
Fase 2 | 200-300 orang | Menilai efektivitas dan keamanan lebih lanjut |
Fase 3 | Puluhan ribu lintas negara | Memastikan keamanan dan efektivitas dalam skala besar, dasar izin edar |
Manfaat bagi Indonesia
Keterlibatan Indonesia dalam uji klinis ini membawa banyak manfaat. Pertama, kita bisa mengetahui lebih dulu kecocokan vaksin ini untuk genetik orang Indonesia. Kedua, Indonesia bisa ikut mempelajari teknologi vaksin. Hal ini penting untuk kemandirian produksi vaksin di masa depan melalui Bio Farma. Ketiga, ini adalah bentuk kontribusi aktif Indonesia dalam upaya global mengendalikan TBC, bukan hanya sebagai negara yang terdampak, tetapi juga bagian dari solusi.
Vaksin Saja Tidak Cukup: Peran Komprehensif dalam Pemberantasan TBC
Pendekatan Multisektor yang Penting
Meskipun vaksin baru seperti M72 sangat menjanjikan, penanggulangan TBC tidak bisa hanya mengandalkan vaksin. Ketua Lembaga Kesehatan Majelis Ulama Indonesia (MUI), dr. Muhammad Adib Khumaidi, Sp OT, menegaskan:
“Vaksin hanya salah satu bagian. Penanggulangan TBC membutuhkan pendekatan yang komprehensif.”
Pendekatan ini mencakup perbaikan gizi, sanitasi lingkungan, edukasi kesehatan, dan peningkatan deteksi dini (case finding). Pemerintah juga berupaya meningkatkan deteksi kasus TBC. Sebelum pandemi, sekitar 400 ribu penderita TBC di Indonesia tidak terdeteksi setiap tahunnya. Kini, upaya deteksi ditingkatkan agar lebih banyak kasus dapat ditemukan dan diobati.
Tantangan Lain dalam Pemberantasan TBC
Pemberantasan TBC juga menghadapi tantangan lain seperti stigma sosial terhadap penderita, yang membuat mereka enggan melapor atau menjalani pengobatan. Masalah resistensi obat TBC juga menjadi perhatian serius, di mana bakteri TBC tidak lagi merespons pengobatan standar. Ini memerlukan kepatuhan tinggi dari pasien dan pemantauan ketat. Selain itu, akses terbatas pada layanan kesehatan berkualitas, terutama di daerah terpencil, dan kurangnya tenaga kesehatan juga menjadi hambatan.
Target Eliminasi TBC 2030
Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030. Bahkan Menkes Budi Gunadi Sadikin optimis bisa lebih cepat, yaitu 2029. Target ini didukung anggaran Rp8 triliun pada APBN 2025 untuk pengentasan TBC melalui skrining, pengobatan, dan pengembangan vaksin.
Masa Depan Penanganan TBC di Indonesia: Harapan dan Kolaborasi
Jika uji klinis vaksin M72 berhasil, ini akan menjadi vaksin TBC pertama yang disetujui dalam 100 tahun terakhir, membuka lembaran baru dalam pencegahan TBC dewasa. Prof. Erlina Burhan berharap vaksin TBC baru ini bisa dijadikan program vaksinasi nasional dan diproduksi di dalam negeri untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga.
Penerimaan masyarakat terhadap vaksin baru ini sangat krusial. Edukasi publik yang masif, seperti saat pandemi COVID-19, diperlukan untuk membangun kepercayaan dan menangkal hoaks. Seperti kata apt. Rahmat Hidayat:
“Kalau kita divaksin, kita bukan cuma lindungi diri sendiri, tapi juga orang lain. Ini bukan soal ego, tapi soal kepedulian bersama.”
Dengan kolaborasi dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan dukungan teknologi serta riset, Indonesia berharap bisa melangkah lebih jauh dalam mengatasi TBC dan mewujudkan masa depan bebas TBC.
Singkatnya, meskipun vaksin BCG penting untuk melindungi bayi dari TBC parah, kita membutuhkan ‘benteng’ tambahan untuk orang dewasa. Vaksin M72 hadir sebagai harapan baru, dengan Indonesia mengambil peran penting dalam uji klinisnya. Namun, perlu diingat, perang melawan TBC tidak bisa dimenangkan hanya dengan vaksin. Dibutuhkan upaya bersama dari semua pihak, mulai dari perbaikan lingkungan, gizi, deteksi dini, hingga edukasi, agar target eliminasi TBC pada 2030 bisa benar-benar tercapai. Mari bersama-sama wujudkan Indonesia bebas TBC!