Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar yang cukup mengkhawatirkan datang dari Karangasem, Bali. Belakangan ini, terjadi peningkatan signifikan pada kasus diabetes melitus (DM) dan gagal ginjal pada anak-anak. Fenomena ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan nyata dari ancaman kesehatan yang sedang mengintai generasi penerus kita. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa hal ini terjadi, apa saja pemicunya, dan langkah-langkah konkret yang bisa kita ambil bersama untuk melindungi anak-anak kita dari bahaya penyakit kronis ini.
Peningkatan kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak di Karangasem akibat konsumsi minuman manis dan camilan asin jadi peringatan dini bagi orang tua.
Fenomena yang Mengkhawatirkan: Anak-anak di Karangasem Terancam Penyakit Kronis
Bayangkan, anak-anak yang seharusnya bebas bermain dan tumbuh kembang dengan ceria, kini harus berjuang melawan penyakit serius seperti diabetes dan bahkan gagal ginjal. Di Karangasem, khususnya, situasinya cukup mencemaskan. Menurut informasi dari RSUD Karangasem, dari Januari hingga Juli 2025 saja, sudah tercatat sebanyak 5 orang anak yang memerlukan perawatan khusus akibat DM dan gagal ginjal. Bahkan, beberapa di antaranya sudah harus menjalani cuci darah atau hemodialisis, sebuah prosedur yang berat dan memakan waktu.
Dokter Spesialis Anak RSUD Karangasem, dr. Ni Ketut Mena Efiani, M.Biomed. Sp.A, mengungkapkan hasil komunikasinya dengan pasien anak-anak ini. Banyak dari mereka mengaku punya kebiasaan mengonsumsi minuman dalam kemasan berkadar gula tinggi dan makanan ringan dengan kadar garam tinggi.
“Kasus Diabetes Melitus atau DM mulai meningkat dikalangan anak-anak. Banyak penyebab salah satunya pola asuh dari anak tersebut serta dari makanan yang mereka konsumsi. Dari komunikasi kami dengan anak-anak yang terkena Diabetes itu, mereka mengaku sering mengonsumsi minuman dalam kemasan dengan kadar gula sangat tinggi,” ungkap dr. Ketut Mena Efiani.
Kondisi ini diperkuat dengan kasus dua bocah bersaudara asal Bebandem, Karangasem, yang didiagnosis diabetes tipe 1 di usia sangat muda. Salah satu anak bahkan sudah mengalami gangguan penglihatan. Ironisnya, orang tua mereka menyatakan tidak ada riwayat diabetes dalam keluarga, namun mengakui anak-anaknya sangat gemar minum minuman kemasan dan mi instan.
Mengapa Ini Terjadi? Pola Makan dan Gaya Hidup Jadi Biang Keladi
Penyebab utama dari peningkatan kasus diabetes gagal ginjal pada anak di Karangasem ini ternyata sangat dekat dengan keseharian kita. Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya pengawasan terhadap asupan anak menjadi faktor dominan:
- Minuman Manis Kemasan: Minuman teh kemasan dan soda dengan kadar gula sangat tinggi menjadi favorit anak-anak, padahal kandungan gulanya bisa sangat membahayakan jika dikonsumsi berlebihan dan terus-menerus.
- Makanan Ringan Tinggi Garam (Natrium): Snack atau makanan ringan yang gurih memang menggoda, namun kadar natriumnya yang tinggi dapat memicu masalah kesehatan serius, termasuk pada ginjal.
- Kurangnya Pengawasan Orang Tua: Kebebasan anak-anak untuk memilih makanan dan minuman tanpa kontrol orang tua berkontribusi besar pada kebiasaan jajan sembarangan.
- Gaya Hidup Buruk dan Obesitas: Selain asupan makanan, kurangnya aktivitas fisik juga berperan. Obesitas pada anak menjadi salah satu pemicu utama diabetes tipe 2. Seperti kisah M. Farhan (18), seorang siswa SMA yang harus cuci darah rutin karena kebiasaan minim air putih dan terus-menerus mengonsumsi minuman kemasan sejak kecil.
Data Nasional Ungkap Tren Serius: Bukan Hanya Karangasem!
Peningkatan kasus ini bukan hanya terjadi di Karangasem. Ini adalah alarm merah bagi seluruh Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, kasus diabetes anak meningkat hingga 70 persen dalam kurun waktu 2010 hingga 2023. Lebih mengejutkan lagi, survei IDAI menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak usia 12-18 tahun sudah memiliki gejala awal gagal ginjal.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati, turut prihatin dengan kondisi ini. Ia menyebut fenomena penyakit yang menyerang usia muda ini sebagai “bom waktu” yang harus segera ditangani pemerintah.
“Ayo kita sama-sama pasang alarm jangan sampai fenomena penyakit yang penderitanya semakin muda ini jadi bom waktu. Mencegah lebih baik daripada mengobati. InsyaAllah demi generasi mendatang kita bisa,” pungkas Kurniasih.
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, juga memperingatkan Kementerian Kesehatan untuk segera mengambil tindakan cepat. Ia menekankan pentingnya penanganan preventif dan edukasi kepada orang tua mengenai bahaya diabetes melitus pada anak.
Apa yang Bisa Dilakukan? Peran Orang Tua dan Kebijakan Pemerintah
Melihat tren yang mengkhawatirkan ini, diperlukan langkah kolektif dari semua pihak, terutama orang tua dan pemerintah.
Untuk Para Orang Tua:
- Awasi Asupan Makanan dan Minuman Anak: Batasi konsumsi minuman manis kemasan, makanan ringan tinggi garam, dan mi instan.
- Prioritaskan Air Putih: Ajarkan anak untuk mencukupi kebutuhan air putih harian mereka (2-3 liter per hari).
- Sajikan Makanan Sehat: Biasakan anak mengonsumsi makanan rumahan yang bergizi seimbang, kaya sayur dan buah.
- Dorong Aktivitas Fisik: Ajak anak bergerak aktif dan berolahraga secara rutin untuk menjaga berat badan ideal dan kesehatan organ tubuh.
- Edukasi Sejak Dini: Berikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya memilih makanan dan minuman yang sehat.
Untuk Pemerintah dan Lembaga Terkait:
- Pengawasan Kantin Sekolah: Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem telah menyatakan akan mengawasi makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah. Langkah ini patut dicontoh dan diperkuat.
- Edukasi Komprehensif: Pemerintah perlu memperkuat edukasi tentang bahaya konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) berlebih pada jajanan anak.
- Regulasi Industri Pangan: Dorong pencantuman level kadar gula, garam, dan lemak secara jelas pada kemasan makanan dan minuman. Komisi IX DPR RI bahkan sedang membahas Panja Pengawasan Makanan Mengandung GGL.
- Kebijakan Preventif dan Promotif: Pemerintah harus membuat kebijakan yang komprehensif mulai dari upaya promotif (peningkatan kesadaran), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), hingga rehabilitatif (pemulihan).
Kesimpulan
Peningkatan kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak di Karangasem adalah peringatan keras bagi kita semua. Ini bukan hanya masalah kesehatan lokal, melainkan cerminan dari tantangan gaya hidup modern yang mengancam kesehatan anak-anak secara nasional. Dengan kesadaran dan tindakan nyata dari setiap orang tua dalam mengawasi pola makan anak, serta dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah, kita bisa bersama-sama melindungi generasi mendatang dari ancaman penyakit kronis ini. Mari jadikan kesehatan anak-anak sebagai prioritas utama kita.