Jangan Sampai Cacat! Menkes Budi Minta Masyarakat Segera Berobat Jika Ada Gejala Kusta

Dipublikasikan 17 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda mendengar tentang kusta? Mungkin sebagian dari kita masih menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang menakutkan atau bahkan kutukan. Padahal, pemahaman yang benar dan tindakan cepat bisa mencegah disabilitas akibat kusta. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin secara tegas meminta masyarakat untuk tidak menunda pengobatan jika menemukan gejala penyakit ini. Artikel ini akan membahas mengapa deteksi dini kusta sangat penting, gejala apa yang harus diwaspadai, dan bagaimana pemerintah bersama berbagai pihak berkomitmen untuk mengeliminasi kusta di Indonesia. Mari kita pahami lebih dalam demi kesehatan kita bersama!

Jangan Sampai Cacat! Menkes Budi Minta Masyarakat Segera Berobat Jika Ada Gejala Kusta

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin imbau masyarakat segera berobat jika alami gejala kusta seperti bercak kulit tak terasa sakit demi cegah kecacatan.

Kusta Bukan Kutukan, Bisa Disembuhkan!

Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan kusta adalah stigma negatif yang melekat di masyarakat. Banyak orang merasa malu atau takut untuk memeriksakan diri, padahal Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa kusta bukanlah penyakit turunan atau hukuman dari Tuhan. “Kusta ini bukan penyakit keturunan, bukan penyakit hukuman dari Tuhan. Ini penyakit yang bisa disembuhkan,” ungkap Menkes Budi.

Kusta sendiri adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini utamanya menyerang kulit dan saraf tepi. Kabar baiknya, jika ditangani dengan cepat dan tepat, kusta bisa sembuh total. Penularannya pun tidak secepat penyakit lain seperti COVID-19 atau TBC; prosesnya lambat dan membutuhkan kontak erat dalam jangka waktu yang panjang.

Kenali Gejalanya, Jangan Sampai Terlambat!

Kunci utama untuk mencegah disabilitas akibat kusta adalah deteksi dini. Gejala awal kusta seringkali mirip dengan masalah kulit biasa, seperti panu. Namun, ada ciri khas yang membedakannya: bercak putih atau kemerahan pada kulit yang tidak terasa (mati rasa) ketika disentuh. Ini adalah tanda penting yang tidak boleh diabaikan.

Menkes Budi mengimbau, “Pesan saya kalau ada gejala-gejala seperti panu putih, tidak terasa, segera bawa ke puskesmas. Segera obati, karena dalam kurun waktu 6 bulan, itu pasti bisa sembuh.” Jika pengobatan dimulai sebelum enam bulan sejak terjangkit, risiko kecacatan dapat dihindari sepenuhnya. Sayangnya, data Kementerian Kesehatan menunjukkan sekitar 5,75 persen pasien baru kusta di Indonesia masih mengalami kecacatan tingkat dua akibat kerusakan saraf, menandakan keterlambatan penanganan.

Pengobatan Kusta: Gratis dan Efektif Mencegah Disabilitas

Jika sudah terdiagnosis kusta, jangan khawatir berlebihan. Penyakit ini dapat diobati dengan metode Multidrug Therapy (MDT) yang disediakan secara gratis oleh pemerintah di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Kombinasi obat ini efektif membunuh bakteri penyebab kusta dan menghentikan penularan. Bahkan, setelah sebulan menjalani pengobatan, pasien kusta sudah tidak menularkan penyakitnya lagi.

Dr. dr. Sri Linuwih Susetyo, Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen (Kusta) Indonesia, PERDOSKI, membenarkan bahwa obat kusta memang gratis dan diberikan dalam paket selama 6 hingga 18 bulan, tergantung kondisi pasien. “Obat yang diberikan bertujuan untuk mencegah komplikasi, menghentikan penularan, dan menghentikan perkembangan bakteri penyebab infeksi ini,” jelasnya. Dengan pengobatan yang disiplin, pasien dapat sembuh dan menjalani hidup normal tanpa kecacatan permanen.

Komitmen Pemerintah dan Lintas Sektor untuk Indonesia Bebas Kusta

Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Menkes Budi Gunadi Sadikin, menunjukkan komitmen kuat untuk mengeliminasi kusta. Pertemuan dengan WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa, pada World Health Assembly 2023 menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali semangat eliminasi kusta. Yohei Sasakawa sendiri menegaskan, “Kita harus bekerja bersama, sebelum saya wafat, Indonesia sudah bebas kusta.”

Kementerian Kesehatan telah merancang langkah-langkah strategis untuk mencapai target ambisius: 0 kusta, 0 disabilitas, dan 0 stigma. Beberapa langkah tersebut meliputi:

  • Perluasan wilayah akselerasi: Dari 42 menjadi 111 kabupaten/kota pada tahun 2030.
  • Skrining masif: Dimulai Juli 2025 di lima kabupaten prioritas (Kabupaten Tangerang, Bekasi, Brebes, Sampang, dan Kota Jayapura) melalui program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG).
  • Penguatan ketersediaan pengobatan MDT dan partisipasi aktif dalam riset serta uji klinis vaksin kusta internasional.

Menkes Budi bahkan akan memberikan penghargaan kepada puskesmas yang paling banyak menemukan kasus kusta, sebagai upaya menghilangkan ketakutan dan praktik menyembunyikan data. “Yang penting ketemu dulu. Angkanya naik itu bagus. Karena semakin cepat ditemukan, semakin cepat sembuh dan tidak menularkan,” tegas Budi.

Tak hanya itu, kolaborasi lintas sektor juga diperkuat. Kementerian Sosial, misalnya, menekankan pentingnya ketersediaan air bersih untuk memutus rantai penyebaran kusta. Kemenkes juga menggandeng Yayasan Netherlands Leprosy Relief (NLR) dan organisasi pemerhati kusta lainnya untuk membentuk “Desa Sahabat Kusta” demi mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK). Upaya ini bertujuan menciptakan masyarakat yang inklusif, di mana setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, dapat tumbuh kembang secara optimal.

Cegah disabilitas akibat kusta adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan mengenali gejala, segera berobat ke puskesmas, dan mendukung upaya pemerintah dalam mengeliminasi stigma, kita bisa mewujudkan Indonesia yang bebas kusta dan bebas disabilitas. Ingat, kusta bisa disembuhkan! Mari sebarkan informasi ini dan menjadi bagian dari solusi.

FAQ

Tanya: Apa saja gejala awal kusta yang perlu diwaspadai?
Jawab: Gejala awal kusta biasanya berupa bercak kulit yang mati rasa, tidak terasa gatal atau nyeri, dan bisa berbeda warna dari kulit sekitarnya.

Tanya: Apakah kusta bisa menular dengan mudah?
Jawab: Penularan kusta membutuhkan kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita yang belum diobati, serta tidak mudah menular seperti penyakit pernapasan.

Tanya: Bagaimana cara mengobati kusta?
Jawab: Kusta dapat disembuhkan total dengan pengobatan Multi-Drug Therapy (MDT) yang disediakan oleh pemerintah.

Tanya: Mengapa penting untuk segera berobat jika ada gejala kusta?
Jawab: Pengobatan dini dapat mencegah terjadinya kecacatan permanen akibat kerusakan saraf yang disebabkan oleh bakteri kusta.