Terbongkar! Asing Kompak ‘Serok’ Saham Tambang Kala IHSG Anjlok, Ada Apa?

Dipublikasikan 26 Juni 2025 oleh admin
Finance

Di tengah riuhnya sentimen negatif yang kerap membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhuyung-huyung, sebuah fenomena menarik dan kontradiktif justru terjadi. Ketika investor domestik dan pasar secara keseluruhan cenderung dilanda kecemasan, para “pemburu” dari mancanegara, alias investor asing, justru tampak kompak melakukan aksi beli bersih (net buy) pada saham-saham tertentu. Yang paling mencolok, dan mungkin mengejutkan banyak pihak, adalah fokus mereka pada sektor pertambangan dan energi.

Terbongkar! Asing Kompak 'Serok' Saham Tambang Kala IHSG Anjlok, Ada Apa?

Ini bukan sekadar kebetulan. Data transaksi pasar menunjukkan, pada berbagai momen ketika IHSG tertekan, bahkan ambruk hingga menembus level psikologis penting, asing justru “terciduk” diam-diam mengumpulkan saham-saham tambang dalam jumlah masif. Apa strategi di balik langkah berani ini? Dan sinyal apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh para raksasa investasi global ini kepada pasar domestik?

Ketika Pasar Berdarah, Asing Justru Berburu Mutiara?

Sejak beberapa waktu terakhir, terutama dalam periode Mei dan Juni 2025, pergerakan IHSG memang kerap diwarnai sentimen negatif. Mulai dari kekhawatiran deflasi, data ekonomi yang belum stabil, hingga genderang perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara mitranya yang kembali riuh, semuanya berkontribusi menciptakan tekanan jual. Contohnya, pada 25 Juni 2025, IHSG melemah 0,54% di tengah aksi jual asing Rp931,09 miliar. Begitu juga pada 23 Juni 2025, IHSG ambruk 1,74% dengan net sell asing mencapai Rp276,84 miliar. Bahkan pada 9 April 2025, IHSG anjlok tajam ke 5.976, mencerminkan koreksi lebih dari 16% sejak awal tahun.

Namun, di tengah gelombang merah ini, investor asing justru menunjukkan pola yang berbeda. Mereka secara konsisten melakukan pembelian pada saham-saham pilihan. Pertanyaannya, mengapa mereka berani melawan arus dan apa yang menjadi magnet bagi mereka di tengah badai? Jawabannya terletak pada keyakinan terhadap fundamental kuat dan prospek jangka panjang beberapa emiten, terutama di sektor komoditas.

Intip Daftar Saham Tambang Incaran Utama Asing

Analisis data transaksi menunjukkan bahwa beberapa nama di sektor tambang muncul berulang kali dalam daftar “net foreign buy” saat IHSG melemah. Ini menandakan adanya akumulasi strategis, bukan sekadar pergerakan sporadis. Saham-saham yang paling konsisten menjadi target “serokan” asing meliputi:

  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Muncul berkali-kali sebagai salah satu saham dengan net buy asing tertinggi, bahkan mencapai Rp281,09 miliar pada 6 Mei 2025, dan Rp115,94 miliar pada 25 Juni 2025.
  • PT Barito Pacific Tbk (BRPT): Juga sering masuk daftar beli asing, dengan nilai pembelian signifikan seperti Rp46,59 miliar pada 25 Juni 2025 dan Rp39,27 miliar pada 23 Juni 2025.
  • PT Vale Indonesia Tbk (INCO): Menjadi incaran pada 23 Juni 2025 dengan net buy Rp34,05 miliar.
  • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN): Diborong asing senilai Rp123,3 miliar pada 29 Februari 2024 dan Rp33,10 miliar pada 23 Juni 2025.
  • PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO) juga beberapa kali terlihat dalam daftar akumulasi asing.

Fokus asing pada saham-saham ini bukan tanpa alasan. Mereka melihat adanya potensi peningkatan pendapatan dan margin yang signifikan seiring dengan kenaikan harga komoditas global, terutama emas dan nikel, yang beberapa waktu terakhir mencetak rekor tertinggi.

Bukan Sekadar Tren Jangka Pendek: Ini Dalih Asing

Para analis pasar sepakat bahwa aksi “serok” saham tambang oleh investor asing ini adalah langkah strategis yang didasari oleh beberapa katalis fundamental dan makroekonomi global:

  1. Harga Komoditas Global Melonjak: Kenaikan harga emas dan nikel secara global menjadi motor utama. Logam mulia dan mineral ini seringkali menjadi aset “safe haven” di tengah ketidakpastian ekonomi, dan juga didorong oleh permintaan industri yang stabil. Bagi emiten tambang, ini berarti potensi keuntungan yang lebih besar.
  2. Prospek Pertumbuhan dan Valuasi Menarik: Meskipun sektor perbankan tetap menjadi tulang punggung portofolio asing karena fundamentalnya yang kuat, investor kini mulai mencari sektor-sektor yang menawarkan prospek pertumbuhan lebih tinggi secara valuasi dan kinerja jangka menengah. Sektor tambang, dengan volatilitas harga komoditasnya, dapat menawarkan upside yang lebih besar saat siklusnya menguntungkan.
  3. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS: Harapan akan penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve AS pada semester II-2025 menjadi faktor pendorong penting. Suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS dan membuat aset di emerging markets seperti Indonesia menjadi lebih menarik. Ini juga dapat mendukung harga komoditas.
  4. Meredanya Tensi Geopolitik: Meskipun perang dagang sempat riuh, ada sinyal-sinyal meredanya tensi geopolitik di beberapa area. Kondisi yang lebih stabil dapat meningkatkan sentimen investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk saham komoditas.
  5. Strategi Kontrarian: Saat pasar panik dan melakukan aksi jual, investor asing yang berpengalaman melihat ini sebagai kesempatan emas untuk mengakumulasi saham-saham berkualitas dengan harga diskon. Mereka berinvestasi berdasarkan nilai intrinsik dan prospek jangka panjang, bukan emosi pasar sesaat.

Baca juga: Kilauan Emas di Tengah Ketidakpastian: Memahami Kenaikan Harga Jelang Rilis Data Ekonomi AS

Di Balik Tambang, Ada Sektor Lain yang Juga Dilirik

Meskipun fokus utama kita adalah saham tambang, penting untuk dicatat bahwa daftar saham yang dibeli asing saat IHSG anjlok tidak melulu diisi oleh emiten komoditas. Beberapa saham unggulan dari sektor lain juga ikut menjadi penadah tekanan:

  • Sektor Perbankan: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) seringkali masuk dalam daftar beli bersih asing. Ini menunjukkan kepercayaan asing terhadap sektor perbankan Indonesia yang defensif dan memiliki fundamental yang sangat solid, serta merupakan porsi terbesar dalam kapitalisasi pasar IHSG.
  • Sektor Telekomunikasi: PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga menjadi sorotan. TLKM menarik perhatian asing karena kombinasi karakteristik defensif dan prospek ekspansi di lini bisnis digital melalui anak usahanya.
  • Sektor Lain: Bahkan saham seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga sempat masuk daftar beli asing, menunjukkan diversifikasi minat mereka di luar sektor inti.

Ini menegaskan bahwa strategi asing adalah multi-dimensi. Mereka tidak hanya melihat peluang momentum di sektor komoditas yang sedang naik daun, tetapi juga tetap mengamankan posisi di saham-saham blue-chip yang defensif dan memiliki prospek jangka panjang yang jelas.

Pelajaran bagi Investor Domestik: Membaca Sinyal Asing

Fenomena aksi “serok” asing ini memberikan pelajaran berharga bagi investor domestik. Saat pasar dilanda ketidakpastian dan harga-harga saham terkoreksi, itu bisa menjadi momen tepat untuk melakukan akumulasi aset berkualitas, bukan justru panik menjual. Investor asing menunjukkan bagaimana analisis fundamental, pemahaman makroekonomi, dan pandangan jangka panjang dapat mengubah “ketakutan” menjadi “peluang”.

Membaca sinyal dari pergerakan investor asing bukan berarti harus meniru mentah-mentah. Namun, ini bisa menjadi indikator awal untuk melakukan riset mendalam pada saham-saham yang mereka incar. Penting bagi investor untuk memahami alasan di balik pembelian tersebut, apakah relevan dengan tujuan investasi mereka, dan apakah emiten tersebut memiliki fundamental yang kuat untuk bertahan di tengah volatilitas pasar.

Pandangan ke Depan: Tetap Waspada di Tengah Peluang

Aksi beli bersih asing pada saham tambang dan beberapa blue-chip lainnya di tengah tekanan IHSG mencerminkan keyakinan mereka terhadap ekonomi Indonesia dan prospek emiten tertentu. Ini adalah langkah strategis yang memanfaatkan momentum harga komoditas dan ekspektasi perbaikan kondisi makro global.

Meskipun demikian, volatilitas pasar akan selalu ada. Investor cerdas akan tetap waspada terhadap faktor eksternal yang dapat memicu gangguan ekonomi, sambil terus mencari peluang di tengah gejolak. Pasar saham memang arena para pemburu nilai, dan mereka yang jeli membaca sinyal akan menjadi yang terdepan dalam menemukan “mutiara” di tengah badai.


Alternatif Judul

  • Gaya Pertanyaan: Mengapa Asing Kompak “Serok” Saham Tambang Saat IHSG Merana? Ini Jawaban Analis!
  • Gaya Angka/Listicle: Terungkap! 10 Saham Tambang Ini Jadi Incaran Asing Kala IHSG Ambles
  • Gaya Solusi/Manfaat: Strategi Jitu Asing: Cara Mereka Berburu Cuan di Saham Tambang Saat Pasar Berdarah
  • Gaya Pemicu (Trigger): Waspada! Asing Diam-diam Borong Saham Tambang Kala IHSG Anjlok, Siap-siap Ada Kejutan!

FAQ

Tanya: Mengapa investor asing justru membeli saham tambang saat IHSG anjlok?
Jawab: Investor asing melihat peluang investasi yang menarik di sektor pertambangan saat IHSG anjlok. Mereka mungkin menilai harga saham tambang sudah undervalue dan memiliki potensi kenaikan di masa depan, terlepas dari sentimen negatif di pasar secara keseluruhan. Aksi beli ini bisa jadi merupakan strategi jangka panjang mereka.

Tanya: Apa saja sentimen negatif yang menyebabkan IHSG anjlok di periode Mei dan Juni 2025?
Jawab: Beberapa sentimen negatif yang menekan IHSG di periode tersebut antara lain kekhawatiran deflasi, data ekonomi yang belum stabil, dan meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan beberapa negara mitra.

Tanya: Apakah aksi beli saham tambang oleh investor asing menandakan sinyal positif bagi pasar domestik?
Jawab: Aksi beli ini belum tentu menandakan sinyal positif secara langsung bagi pasar domestik secara keseluruhan. Meskipun menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap sektor pertambangan, kondisi IHSG masih dipengaruhi oleh sentimen negatif lainnya. Perlu dilihat perkembangan lebih lanjut untuk menilai dampaknya terhadap pasar domestik.

Tanya: Seberapa besar dampak aksi beli asing terhadap harga saham tambang?
Jawab: Besarnya dampak aksi beli asing terhadap harga saham tambang bergantung pada beberapa faktor, termasuk volume pembelian, jumlah saham yang diperdagangkan, dan sentimen pasar secara umum. Meskipun data menunjukkan pembelian masif, dampak sebenarnya terhadap harga perlu dianalisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga saham.