Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim panas ini, sorotan kembali tertuju pada Manchester United. Bukan hanya soal siapa yang datang, tapi juga siapa yang akan pergi. Dua nama besar, Jadon Sancho dan Rasmus Hojlund, kini menjadi pusat perhatian karena beda sikap yang sangat kontras terkait masa depan mereka di Old Trafford.
Perbedaan sikap Jadon Sancho yang enggan hengkang meski terpinggirkan, berbanding terbalik dengan Rasmus Hojlund yang justru dikabarkan terbuka untuk pindah, menjadi sorotan utama bursa transfer Manchester United musim panas ini.
Jika Sancho terlihat enggan meninggalkan klub, Hojlund justru terkesan lebih membuka diri terhadap pintu keluar. Dinamika ini tentu menarik untuk dibahas, mengingat keduanya adalah pemain yang punya potensi besar namun menghadapi tantangan berbeda di bawah asuhan manajer baru, Ruben Amorim. Mari kita selami lebih jauh mengapa ada perbedaan sikap yang mencolok ini dan apa artinya bagi Manchester United serta karier kedua pemain.
Jadon Sancho: Si Sulit yang Menolak Pintu Keluar
Kisah Jadon Sancho di Manchester United seolah tak ada habisnya. Sejak didatangkan dengan harga mahal dari Borussia Dortmund, penampilannya jauh dari ekspektasi. Kini, ia bahkan tidak masuk dalam rencana manajer Ruben Amorim, terbukti namanya tak dibawa dalam tur pramusim.
Meskipun statusnya jelas terpinggirkan, Sancho justru menunjukkan sikap yang sangat selektif. Ia dilaporkan menolak beberapa tawaran serius dari klub-klub Eropa. Contohnya:
- AS Roma: Tawaran peminjaman dengan klausul kewajiban beli senilai £20 juta ditolak oleh pihak Sancho.
- Besiktas: Klub Turki ini bahkan siap membayar £20 juta, namun Sancho menunda keputusan, berharap ada tawaran dari lima liga top Eropa.
- Chelsea: Klub London ini serius ingin meminjamnya dengan opsi beli permanen, bahkan bersedia menanggung gaji fantastis Sancho sekitar £180 ribu hingga £200 ribu per pekan, namun ditolak mentah-mentah.
Kondisi ini membuat masa depan Jadon Sancho semakin tidak menentu. Ia masih berharap pada klub-klub seperti Juventus, Borussia Dortmund, atau Atletico Madrid. Namun, penolakannya terhadap tawaran yang sudah di depan mata membuat banyak pihak bertanya-tanya, apakah ia terlalu tinggi hati atau memang punya rencana lain yang belum terungkap. Ia memang dinilai sebagai investasi mahal yang belum memberikan hasil signifikan bagi Setan Merah.
Rasmus Hojlund: Realistis dan Terbuka pada Opsi Baru
Berbanding terbalik dengan Sancho, Rasmus Hojlund justru menunjukkan sikap yang lebih realistis dan fleksibel. Striker muda asal Denmark ini sejatinya masih ingin memperjuangkan tempatnya di skuad Ruben Amorim. Namun, minimnya jaminan bermain membuatnya mulai berpikir pragmatis tentang kariernya.
Situasi ini membuat sejumlah klub papan atas tertarik. AC Milan menjadi kandidat terdepan untuk mendapatkan jasanya. Klub Serie A itu dikabarkan sudah melakukan pembicaraan serius dengan Manchester United, termasuk opsi peminjaman dengan kewajiban membeli senilai €40 juta jika kriteria tertentu terpenuhi. Tak hanya Milan, Napoli juga dikabarkan menghidupkan kembali minat mereka, apalagi setelah cedera yang dialami Romelu Lukaku.
Bahkan, legenda Manchester United, Peter Schmeichel, secara terang-terangan menyarankan Hojlund untuk pergi demi menyelamatkan kariernya. “Jika saya boleh memberikan saran kepada Rasmus, agennya, atau ayahnya, maka saya akan menyarankan bahwa ia menerima tawaran peminjaman itu,” ujar Schmeichel. Ia percaya, dengan bermain reguler di klub lain dan mencetak banyak gol, Hojlund bisa kembali ke MU dengan nilai tawar yang lebih kuat.
Kembali ke Serie A bisa menjadi kesempatan emas bagi Hojlund. Kita tahu ia pernah melesat di sana bersama Atalanta pada awal 2023, bahkan dibandingkan dengan bomber Manchester City, Erling Haaland. Manajer Atalanta kala itu, Gian Piero Gasperini, memuji kecepatan dan karakteristiknya yang mirip Haaland. Kesempatan ini bisa menjadi jalan baginya untuk menemukan kembali performa terbaiknya dan membuktikan kualitasnya.
Mengapa Ada Perbedaan Sikap yang Mencolok?
Beda sikap Jadon Sancho dan Rasmus Hojlund justru menjadi cerminan kompleksitas dalam dunia sepak bola profesional. Beberapa faktor bisa menjadi penyebabnya:
- Ambisi & Prioritas Pribadi: Sancho mungkin punya ambisi untuk tetap bersaing di level tertinggi liga-liga top Eropa, atau mempertahankan standar gaji tertentu, sehingga menolak opsi yang dianggapnya kurang ideal. Sementara Hojlund, sebagai pemain muda, mungkin memprioritaskan menit bermain dan pengembangan karier.
- Jaminan Bermain: Jelas bahwa Sancho tidak masuk rencana Ruben Amorim. Kondisi Hojlund juga serupa, minimnya jaminan bermain membuatnya harus berpikir realistis. Namun, cara mereka menyikapi ketidakpastian ini berbeda.
- Dukungan Klub & Agen: Mungkin ada perbedaan dalam strategi negosiasi dan dukungan yang diberikan oleh klub atau agen masing-masing pemain. United sendiri kabarnya tak keberatan melepas Hojlund asal harganya cocok, sementara kasus Sancho lebih rumit karena penolakannya.
- Karakter Pemain: Ini juga bisa jadi soal karakter. Sancho mungkin lebih keras kepala dan ingin memaksakan kehendaknya, sementara Hojlund lebih pragmatis dan siap mengambil langkah mundur untuk kemudian melompat lebih tinggi.
Kesimpulan
Beda sikap Jadon Sancho dan Rasmus Hojlund justru menghadirkan drama tersendiri di bursa transfer Manchester United musim panas ini. Di satu sisi, Sancho memilih untuk bertahan dengan menolak berbagai tawaran, meski itu berarti minimnya kesempatan bermain. Di sisi lain, Hojlund, dengan sikap yang lebih terbuka, siap mencari tantangan baru demi mendapatkan menit bermain dan mengembalikan performa terbaiknya.
Situasi ini tentu akan terus menarik untuk diikuti. Apakah Jadon Sancho akhirnya menemukan klub impiannya atau tetap terdampar di Old Trafford? Dan apakah Rasmus Hojlund akan menemukan kembali sentuhannya di Serie A dan menjadi bintang yang digadang-gadang? Waktu yang akan menjawab, namun satu hal pasti: dinamika transfer ini menunjukkan betapa rumitnya manajemen pemain di klub sebesar Manchester United.