Bukan Sekadar Ganti Pelatih: Inilah **Alasan Patrick Kluivert Beranjak dari Skema Warisan STY** di Timnas Indonesia

Dipublikasikan 8 September 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pergantian pelatih selalu membawa angin segar sekaligus pertanyaan besar. Ketika Patrick Kluivert ditunjuk menukangi Timnas Indonesia menggantikan Shin Tae-yong (STY), banyak mata tertuju pada bagaimana legenda Belanda ini akan membawa perubahan. Seiring berjalannya waktu, terlihat jelas bahwa Kluivert mulai berani beranjak dari skema warisan STY dan mencoba menerapkan filosofi sepak bola yang lebih sesuai dengan visinya. Mari kita bedah lebih dalam apa saja alasan Patrick Kluivert melakukan pergeseran taktik ini.

Awal Mula Adaptasi: Ketika Warisan STY Masih Kuat

Di awal kepemimpinannya, tepatnya setelah ditunjuk pada Januari 2025, Patrick Kluivert memang dihadapkan pada tantangan besar. Waktu persiapan yang singkat menjelang laga-laga krusial Kualifikasi Piala Dunia 2026 membuat dirinya harus berpikir realistis. Ia tidak bisa langsung membalikkan telapak tangan dan mengubah sistem yang sudah familiar bagi para pemain.

Pada Juni 2025, misalnya, Kluivert sempat mengakui bahwa dirinya belum bisa meninggalkan sistem warisan Shin Tae-yong yang mengandalkan tiga bek. Formasi 3-5-2 atau 3-4-3 yang kerap dipakai STY masih menjadi pertimbangan, bahkan diprediksi akan terus digunakan untuk meladeni lawan-lawan tangguh seperti Australia. Pengamat sepak bola pun menyarankan Kluivert untuk tidak “naif” dan mempertahankan taktik yang sudah membuat Timnas Indonesia berada di posisi bagus. Adaptasi adalah kuncinya, dan Kluivert menunjukkan fleksibilitas di fase awal ini.

Filosofi Kluivert: Serangan Agresif dengan Empat Bek

Namun, jauh di lubuk hati, Patrick Kluivert memiliki gaya bermain impiannya sendiri. Legenda sepak bola Belanda ini dikenal menyukai formasi empat bek, seperti 4-3-3 atau 4-2-3-1, yang cenderung ofensif dan agresif. Filosofi ini sangat identik dengan sepak bola total ala Belanda, yang memang ia kuasai dan ingin ia tanamkan pada skuad Garuda.

Kluivert mengungkapkan bahwa ini adalah “gaya main yang memang saya inginkan. Saya ingin bermain seperti ini sejak lama.” Keinginannya untuk menerapkan skema yang lebih menyerang ini menjadi salah satu alasan Patrick Kluivert untuk perlahan tapi pasti beranjak dari pendekatan STY yang cenderung lebih bertahan dan mengandalkan serangan balik.

Titik Balik: Kemenangan Telak Melawan Taiwan

Momen krusial datang pada FIFA Matchday, 5 September 2025, saat Timnas Indonesia berhadapan dengan Taiwan. Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan telak 6-0 itu, skuad Garuda tampil dengan “wajah baru”. Kluivert secara terang-terangan menerapkan formasi 4-2-3-1, meninggalkan skema tiga bek yang sebelumnya menjadi pakem.

“Sekarang saya tahu para pemain bisa melakukannya. Ini sudah lama menjadi keinginan saya untuk menggunakan sistem ini,” ujar Kluivert setelah pertandingan. Ia merasa para pemain “tampil sangat bagus dalam laga. Mereka terhubung lebih baik daripada dengan sistem sebelumnya.” Kemenangan ini menjadi bukti bahwa para pemain mulai nyaman dan mampu mengimplementasikan strategi baru Kluivert. Ini adalah sinyal kuat bahwa Patrick Kluivert beranjak skema warisan STY bukan hanya sekadar wacana, melainkan sebuah realitas di lapangan.

Mengapa Pergeseran Ini Penting?

Pergeseran taktik ini bukan tanpa alasan kuat. Ada beberapa faktor yang melandasi keputusan Patrick Kluivert untuk mengubah haluan:

  • Target Piala Dunia 2026: PSSI menaruh harapan besar di pundak Kluivert untuk membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Untuk mencapai target ambisius ini, diperlukan filosofi dan strategi yang berani dan progresif.
  • Kesamaan Budaya dan Komunikasi: Dengan banyaknya pemain diaspora berdarah Belanda di skuad Garuda, Kluivert yang juga berasal dari Belanda memiliki keuntungan dalam hal komunikasi dan pemahaman budaya sepak bola. Gaya bermain ofensif dengan empat bek mungkin lebih familiar bagi para pemain ini.
  • Membangun Filosofi Jangka Panjang: Kluivert tidak hanya ingin meraih hasil instan, tetapi juga membangun fondasi filosofi sepak bola yang kuat untuk Timnas Indonesia. Ia berharap gaya bermain baru ini “bisa diterapkan juga di tim-tim Indonesia lainnya,” menunjukkan visi jangka panjang untuk perkembangan sepak bola Tanah Air.
  • Fleksibilitas dan Kepercayaan Diri Pemain: Memberikan kepercayaan kepada pemain untuk beradaptasi dengan sistem baru, yang juga merupakan keinginan pelatih, dapat meningkatkan kepercayaan diri dan konektivitas tim di lapangan, seperti yang terlihat saat melawan Taiwan.

Kesimpulan

Perjalanan Patrick Kluivert bersama Timnas Indonesia adalah kisah tentang evolusi taktik. Dari awalnya beradaptasi dengan skema warisan Shin Tae-yong karena keterbatasan waktu, hingga akhirnya berani beranjak dan menerapkan filosofi sepak bolanya sendiri. Kemenangan telak melawan Taiwan menjadi penanda keberanian dan keyakinan Kluivert bahwa skuad Garuda siap menyongsong era baru dengan gaya bermain yang lebih ofensif.

Tentu saja, masih banyak hal yang perlu ditingkatkan. Namun, satu hal yang pasti, Patrick Kluivert sedang membangun identitas baru untuk Timnas Indonesia. Dengan dukungan penuh dan adaptasi yang berkelanjutan, bukan tidak mungkin kita akan melihat skuad Garuda tampil semakin garang di kancah internasional, mewujudkan impian besar menuju Piala Dunia 2026.