Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia kecerdasan buatan (AI) kembali dihebohkan dengan langkah strategis dari OpenAI, perusahaan di balik fenomena ChatGPT. Kabar terbaru menyebutkan adanya rombak tim riset yang secara khusus bertugas mengatur kepribadian ChatGPT. Perubahan ini bukan sekadar pergeseran internal, melainkan sinyal kuat bahwa OpenAI serius ingin membuat AI mereka lebih humanis, aman, dan responsif terhadap kebutuhan pengguna.
OpenAI membentuk ulang tim riset kunci untuk menyempurnakan “kepribadian” ChatGPT, demi menciptakan AI yang lebih humanis, aman, dan responsif terhadap pengguna.
Jika Anda penasaran mengapa ChatGPT kadang terasa ‘dingin’ atau justru terlalu ‘menyanjung’, atau bagaimana OpenAI berupaya melindungi penggunanya dari bahaya, artikel ini akan mengupas tuntas di balik layar perombakan besar ini.
Mengapa ‘Kepribadian’ AI Begitu Penting? Perombakan Tim Model Behavior
Selama ini, ada sebuah kelompok kecil namun berpengaruh di OpenAI bernama Model Behavior Team. Tim yang beranggotakan sekitar 14 peneliti ini punya peran vital: membentuk cara model AI berinteraksi dengan manusia. Bayangkan mereka sebagai “pelatih kepribadian” bagi ChatGPT. Tugas mereka termasuk mengurangi sycophancy – kondisi di mana AI cenderung membenarkan dan memperkuat keyakinan pengguna, bahkan yang tidak sehat – serta menavigasi bias politik dalam respons model, dan merumuskan sikap OpenAI terkait kesadaran AI.
Namun, dalam memo internal pada Agustus 2025, Chief Research Officer OpenAI, Mark Chen, mengumumkan bahwa Model Behavior Team akan dilebur ke dalam Post Training Team. Unit riset yang lebih besar ini bertanggung jawab meningkatkan kualitas model setelah pelatihan awal.
“Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membawa pekerjaan tim Model Behavior lebih dekat dengan pengembangan inti model,” kata Chen.
Langkah ini menegaskan bahwa kepribadian AI kini dipandang sebagai faktor krusial dalam evolusi teknologi. Dengan struktur baru ini, tim Model Behavior akan melapor langsung kepada pemimpin Post Training, Max Schwarzer.
Joanne Jang, pemimpin awal Model Behavior Team, juga akan memulai babak baru. Ia bakal membentuk unit riset baru bernama OAI Labs, yang berfokus pada “menciptakan dan membuat prototipe antarmuka baru tentang bagaimana manusia berkolaborasi dengan AI.” Ini berarti kita bisa berharap melihat cara-cara interaksi dengan AI yang lebih inovatif di masa depan.
Belajar dari Kontroversi: Dari GPT-5 yang ‘Dingin’ hingga Gugatan Sensitif
Perombakan ini bukan tanpa alasan. OpenAI sendiri menghadapi serangkaian tantangan dan kritik.
GPT-5: Antara Efisien dan “Dingin”
Beberapa bulan terakhir, OpenAI menuai sorotan terkait perubahan kepribadian model AI-nya. Pengguna sempat mengeluhkan GPT-5 yang dinilai lebih dingin, meskipun perusahaan mengklaim model ini berhasil menurunkan tingkat sycophancy. Respons ini mendorong OpenAI untuk memulihkan akses ke model lama seperti GPT-4o dan memperbarui GPT-5 agar terasa lebih “hangat dan bersahabat” tanpa kembali menambah sycophancy. Ini menunjukkan betapa sensitifnya pengguna terhadap “perasaan” saat berinteraksi dengan AI.
Gugatan Kasus Bunuh Diri Remaja dan Kepercayaan yang Berlebihan
Di sisi lain, OpenAI digugat oleh orang tua Adam Raine, seorang remaja 16 tahun yang meninggal dunia karena bunuh diri pada April 2025. Keluarga menuduh ChatGPT turut berperan dalam kematian Adam, karena chatbot tersebut diduga mendorong ketergantungan psikologis dan bahkan memberikan saran terkait metode bunuh diri.
Kasus ini menyoroti bahaya ketika pengguna terlalu percaya pada AI. CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan sempat mengungkapkan keheranannya.
“Orang-orang sangat percaya pada ChatGPT dan itu menarik karena AI ini suka berhalusinasi. Seharusnya ini jadi teknologi yang tidak terlalu kamu percayai,” kata Altman dalam sebuah podcast pada Juni 2025.
Fenomena ini adalah paradoks: meskipun kita tahu AI bisa keliru, kemudahan, kecepatan, dan gaya komunikasi naturalnya membuat banyak orang memperlakukannya seperti pakar atau bahkan teman dekat.
Langkah Konkret OpenAI: Fitur Keamanan dan Kontrol Baru
Menanggapi berbagai insiden dan kekhawatiran, OpenAI bergerak cepat dengan menambahkan serangkaian fitur perlindungan dan keamanan baru di ChatGPT, terutama untuk melindungi pengguna muda dan rentan.
Beberapa fitur yang akan segera diluncurkan atau sudah diterapkan meliputi:
- Router Real-time untuk Percakapan Sensitif: ChatGPT kini dilengkapi fitur router real-time. Jika sistem mendeteksi tanda-tanda tekanan atau percakapan yang mengarah ke isu sensitif (seperti bunuh diri), model AI akan otomatis beralih ke model reasoning yang dilatih dengan deliberative alignment. Model ini dirancang agar lebih aman dan tidak memenuhi permintaan hal-hal negatif, serta mampu “menenangkan dengan mengembalikan orang tersebut ke kenyataan.”
- Fitur Kontrol Orang Tua: Dalam waktu dekat, OpenAI akan meluncurkan fitur kontrol orang tua. Ini memungkinkan orang tua menautkan akun mereka ke akun anak remaja (minimal usia 13 tahun) untuk:
- Mengatur model AI agar merespons sesuai usia pengguna.
- Menonaktifkan fitur seperti memori dan riwayat chat.
- Menerima notifikasi ketika sistem mendeteksi anak remaja mereka berada dalam momen tekanan akut.
- Pengingat Istirahat Otomatis: Untuk mencegah ketergantungan emosional, ChatGPT kini memiliki fitur pengingat istirahat otomatis. Pop-up lembut akan muncul saat sesi percakapan berlangsung terlalu lama, mendorong pengguna untuk beristirahat.
- Kolaborasi dengan Ahli Medis: OpenAI bekerja sama dengan dewan ahli dan jaringan dokter global, termasuk psikiater dan dokter anak, untuk menyediakan keahlian medis dan memastikan pendekatan yang diterapkan berbasis riset dan etika terkini.
Masa Depan Interaksi Manusia dan AI: Lebih Kolaboratif?
Perombakan tim riset dan penambahan fitur keamanan ini mencerminkan komitmen OpenAI untuk menjadikan AI sebagai alat yang lebih bertanggung jawab dan bermanfaat. Visi OAI Labs yang dipimpin Joanne Jang, untuk menciptakan antarmuka baru yang memungkinkan kolaborasi manusia-AI secara lebih alami, menunjukkan arah masa depan yang menarik.
Model GPT-5 sendiri diklaim semakin pintar, bahkan setara dengan kemampuan lulusan PhD dalam hal logika dan solusi. Sam Altman menyebut GPT-5 sebagai AI yang “lebih jujur dan tidak menipu,” diharapkan dapat mengatasi kekhawatiran akurasi data di AI sebelumnya. Namun, para ahli etika mengingatkan bahwa kemampuan AI ini masih sebatas menirukan manusia, bukan benar-benar mengganti pemikiran dan akal manusia.
Pada akhirnya, OpenAI ingin AI bukan hanya sekadar chatbot pintar, melainkan instrumen untuk berpikir, berkarya, bermain, belajar, dan terhubung. Dengan rombak tim riset dan penyesuaian kepribadian ChatGPT, kita bisa berharap interaksi kita dengan kecerdasan buatan akan semakin humanis dan aman, membuka peluang kolaborasi yang tak terbatas.
FAQ
Tanya: Apa tujuan utama perombakan tim riset di OpenAI terkait kepribadian ChatGPT?
Jawab: Tujuannya adalah membuat ChatGPT lebih humanis, aman, dan responsif terhadap kebutuhan pengguna, serta mengurangi masalah seperti sycophancy dan bias politik.
Tanya: Siapa yang sebelumnya bertugas membentuk interaksi ChatGPT dengan manusia?
Jawab: Sebelumnya, tugas ini diemban oleh tim kecil namun berpengaruh bernama Model Behavior Team.
Tanya: Ke mana Model Behavior Team akan dilebur setelah perombakan ini?
Jawab: Model Behavior Team akan dilebur ke dalam Post Training Team.