Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, para pembaca setia! Bagaimana kabar finansial Anda hari ini? Jika Anda mengikuti pergerakan pasar mata uang, khususnya nilai tukar rupiah dolar hari Selasa, 15 Juli 2025, mungkin Anda sedikit terkejut. Rupiah kembali menunjukkan pelemahan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan tren tekanan yang sudah terasa sejak awal pekan.
Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS pada Selasa, 15 Juli 2025, Dipicu Tekanan Berkelanjutan di Pasar Keuangan.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa rupiah terhadap dolar AS bergerak lesu pada hari Selasa ini. Kita akan melihat data terkini, menganalisis faktor-faktor global dan domestik yang memengaruhinya, serta sedikit mengintip proyeksi ke depan. Mari kita selami lebih dalam agar Anda bisa memahami kondisi pasar dengan lebih baik.
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah pada 15 Juli 2025
Pada pembukaan perdagangan Selasa, 15 Juli 2025, nilai tukar rupiah langsung melemah. Mengutip data dari Antara dan Liputan6.com, rupiah dibuka pada level Rp16.271 per dolar AS, terkoreksi sekitar 21 poin atau 0,13% dari penutupan hari sebelumnya di Rp16.250.
Pelemahan ini berlanjut sepanjang hari. Berdasarkan data Bloomberg dan Kontan.co.id, pada pukul 09.19 WIB, rupiah di pasar spot berada di level Rp16.274 per dolar AS. Bahkan hingga sore hari, pukul 16:40 WIB, kurs rupiah spot ditutup melemah Rp17 atau 0,10% ke level Rp16.267 per dolar AS.
Tak hanya itu, data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan. Kurs JISDOR pada hari ini melemah Rp34 atau 0,21% menjadi Rp16.281 per dolar AS. Pergerakan ini sejalan dengan tren pelemahan rupiah yang sudah terjadi dua hari berturut-turut.
Berikut rangkuman pergerakan rupiah pada 15 Juli 2025:
Indikator | Nilai (Rp/USD) | Perubahan (Poin/%) | Keterangan |
---|---|---|---|
Pembukaan | 16.271 | Turun 21 (0,13%) | Dari penutupan Senin 16.250 |
Spot (09.19 WIB) | 16.274 | Turun 24 (0,15%) | Sumber: Bloomberg, Cakaplah |
Spot (16.40 WIB) | 16.267 | Turun 17 (0,10%) | Sumber: Kontan |
JISDOR | 16.281 | Turun 34 (0,21%) | Sumber: Kontan |
Kurs Jual BI (15 Juli) | 16.328,24 | – | Sumber: Bank Indonesia |
Kurs Beli BI (15 Juli) | 16.165,76 | – | Sumber: Bank Indonesia |
Rupiah dalam Sorotan Pasar Asia
Di tengah pergerakan mata uang regional, rupiah tercatat sebagai mata uang yang melemah paling dalam di kawasan Asia pada hari Selasa ini. Mayoritas mata uang Asia lainnya menunjukkan pergerakan yang bervariasi, ada yang menguat tipis, ada pula yang melemah. Misalnya, peso Filipina juga tertekan, sementara won Korea, ringgit Malaysia, dan rupee India justru menguat terhadap dolar AS. Ini menunjukkan bahwa ada faktor spesifik yang lebih menekan rupiah.
Sentimen Global yang Mendorong Pelemahan Rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah pada hari Selasa ini tidak lepas dari pengaruh sentimen global yang cukup kuat. Ada dua faktor utama yang menjadi sorotan pasar.
Bayang-bayang Kebijakan Tarif Trump
Salah satu sentimen utama yang membebani pasar adalah pengumuman tarif dari Presiden AS Donald Trump. Tarif ini diperkirakan akan berlaku efektif mulai 1 Agustus 2025. Ancaman tarif ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global, karena memberikan waktu yang terbatas bagi negara-negara ekonomi utama untuk mencari kesepakatan dengan AS. Trump bahkan mengisyaratkan tidak akan memperpanjang batas waktu tersebut.
Sebelumnya, AS telah mengenakan bea masuk 25% untuk Jepang dan Korea Selatan, serta 50% untuk Brasil. Meski Indonesia sempat mendapat penundaan terkait tarif resiprokal dari AS, situasi ini tetap menciptakan kekhawatiran global yang pada akhirnya memengaruhi pergerakan mata uang, termasuk rupiah.
Antisipasi Data Inflasi AS dan Kebijakan The Fed
Faktor lain yang tak kalah penting adalah antisipasi pasar terhadap rilis data inflasi Amerika Serikat (Indeks Harga Konsumen/IHK) yang dijadwalkan malam ini. Analis memperkirakan inflasi AS akan sedikit meningkat pada Juni, dipicu oleh kebijakan tarif yang membuat perusahaan AS mulai membebankan biaya lebih tinggi pada barang impor.
Kenaikan inflasi AS ini bisa berdampak pada prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Jika inflasi tinggi, kemungkinan The Fed menunda pemangkasan suku bunga akan semakin besar. Ini akan membuat dolar AS tetap menarik di mata investor, sehingga menekan mata uang lain seperti rupiah. Indeks dolar AS sendiri sebelumnya sempat menguat selama enam hari berturut-turut, sebelum sedikit tertekan pada hari ini.
Faktor Domestik dan Proyeksi Rupiah ke Depan
Di samping sentimen global, kondisi domestik juga turut memengaruhi pergerakan rupiah.
Kondisi Utang Luar Negeri Indonesia
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 naik menjadi sekitar US$4,05 miliar atau setara Rp66 triliun. Menariknya, meskipun secara dolar AS naik, jumlahnya justru menurun jika dikonversi ke rupiah, yaitu sekitar Rp7.100,28 triliun (dengan asumsi kurs JISDOR BI Rp16.300 per dolar AS).
Pertumbuhan ULN juga melambat menjadi 6,8% year on year (YoY) di Mei, lebih rendah dari 8,2% pada April. Perlambatan ini disebabkan oleh melambatnya utang luar negeri sektor publik dan kontraksi pertumbuhan utang luar negeri swasta. Secara umum, struktur ULN Indonesia dinilai tetap sehat berkat pengelolaan yang hati-hati.
Upaya Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Rupiah
Bank Indonesia terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI akan terus melakukan stabilisasi melalui intervensi di pasar valuta asing, baik melalui transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri maupun transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik. Strategi ini juga disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
Melihat ke depan, ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David Sumual, memproyeksikan rupiah akan cenderung stabil di angka rata-rata sekitar Rp16.500 per dolar AS pada tahun 2026. Proyeksi ini didasarkan pada harapan membaiknya harga komoditas dan meredanya ketidakpastian akibat perang tarif. Sementara itu, Bank Indonesia memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp16.000–16.500 per dolar AS tahun depan, dan Kementerian Keuangan di rentang Rp16.500–Rp16.900 per dolar AS.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, nilai tukar rupiah dolar hari Selasa, 15 Juli 2025, menunjukkan pelemahan yang dipicu oleh kombinasi sentimen global dan dinamika domestik. Ancaman tarif AS dan antisipasi data inflasi AS menjadi tekanan utama dari luar, sementara dari dalam negeri, kondisi utang luar negeri yang terkelola dengan baik serta intervensi aktif Bank Indonesia menjadi penopang yang menahan pelemahan lebih dalam.
Meskipun rupiah saat ini tertekan, penting bagi kita untuk tetap memantau perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter baik dari AS maupun Bank Indonesia. Fluktuasi nilai tukar adalah hal yang wajar dalam pasar keuangan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda dalam memahami pergerakan rupiah terhadap dolar AS dan mengambil keputusan finansial yang bijak!