Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda bertanya-tanya, bagaimana nasib akhir alam semesta kita? Akankah ia terus mengembang selamanya, atau justru akan mati suatu saat nanti? Pertanyaan-pertanyaan kosmologis ini selalu menarik untuk dibahas, dan kini, sebuah studi terbaru datang dengan prediksi yang cukup mengejutkan. Jika model ini benar, perjalanan kosmik kita mungkin akan berakhir lebih cepat dari yang selama ini kita bayangkan, dengan tanda-tanda “kematian” bisa dimulai hanya dalam 10 miliar tahun ke depan.
Penelitian terbaru memprediksi alam semesta mungkin mengalami ‘kematian’ lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, memicu perdebatan dalam komunitas ilmiah.
Prediksi ini tentu saja menantang banyak model kosmologi yang ada sebelumnya, yang kerap menyebutkan bahwa umur alam semesta bisa mencapai ratusan miliar, bahkan triliunan tahun. Namun, sebelum kita terlalu jauh berspekulasi, mari kita selami lebih dalam temuan menarik ini dan apa artinya bagi pemahaman kita tentang rumah kosmik ini.
Dua Skenario Besar Akhir Alam Semesta yang Dikenal
Selama ini, para ilmuwan telah banyak mendiskusikan beberapa skenario utama tentang bagaimana alam semesta akan berakhir. Dua yang paling sering disebut adalah:
- Big Freeze (Pembekuan Besar): Teori ini menyebutkan bahwa alam semesta akan terus mengembang tanpa batas. Akibatnya, galaksi-galaksi akan semakin menjauh satu sama lain, bintang-bintang perlahan kehabisan bahan bakar dan padam, dan suhu keseluruhan alam semesta akan terus mendingin hingga mencapai nol mutlak. Bayangkan seperti api yang perlahan padam, meninggalkan kegelapan dan kesunyian abadi. Inilah skenario yang sering disebut sebagai “Kematian Panas” (Heat Death).
- Big Crunch (Penciutan Besar): Kebalikan dari Big Freeze, teori ini mengemukakan bahwa ekspansi alam semesta hanya bersifat sementara. Jika materi di dalamnya cukup padat, gaya gravitasi pada akhirnya akan menghentikan ekspansi dan membalikkan arah pergerakan. Alam semesta akan mulai menyusut, galaksi-galaksi akan saling mendekat, suhu meningkat, hingga akhirnya runtuh kembali menjadi satu titik yang sangat padat, mirip kondisi sebelum Big Bang. Ada juga hipotesis Big Bounce, di mana Big Crunch ini bisa menjadi awal dari Ledakan Besar yang baru, memulai siklus tanpa akhir.
- Big Rip (Robekan Besar): Skenario ini muncul jika energi gelap, gaya misterius yang mempercepat ekspansi, terus bertambah kuat. Pada akhirnya, energi gelap ini akan begitu kuat hingga merobek semua struktur, mulai dari galaksi, bintang, planet, hingga ikatan molekul dan atom, menghancurkan segalanya menjadi partikel-partikel fundamental yang terpisah-pisah.
Namun, yang menjadi masalah adalah, para ilmuwan belum sepenuhnya sepakat skenario mana yang paling mungkin terjadi. Apalagi, belakangan ini muncul apa yang disebut sebagai “krisis kosmologis,” yaitu ketidakpastian dalam mengukur seberapa cepat alam semesta sebenarnya mengembang.
Energi Gelap: Kunci Misteri yang Mengubah Segalanya
Salah satu kunci untuk memecahkan “krisis kosmologis” ini adalah memahami energi gelap. Kekuatan misterius inilah yang diyakini mendorong percepatan ekspansi alam semesta sejak peristiwa Big Bang sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Dalam model kosmologi standar, energi gelap dianggap sebagai “konstanta kosmologis” yang nilainya tetap.
Axion dan Konstanta Kosmologis Negatif
Sebuah studi pra-cetak terbaru yang dipublikasikan di arXiv pada 30 Juni lalu, mencoba menawarkan perspektif baru. Para peneliti menganalisis data dari Dark Energy Survey (DES) dan Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI). Hasilnya menunjukkan kemungkinan bahwa energi gelap mungkin tidak konstan. Mereka berhipotesis bahwa energi gelap terdiri dari dua komponen:
- Axion: Sebuah partikel hipotetis ultraringan yang nyaris tidak berinteraksi dengan materi, tetapi mengisi seluruh alam semesta dan menjadi pendorong utama percepatan ekspansi saat ini.
- Konstanta Kosmologis Negatif: Nah, ini yang menarik. Jika axion benar-benar ada, maka konstanta kosmologis yang menyertainya bisa bernilai negatif. Artinya, alih-alih terus mendorong ekspansi, komponen ini justru memiliki efek memperlambat, bahkan membalikkan ekspansi.
Big Crunch yang Lebih Cepat dari Perkiraan
Menurut model baru berbasis axion dan konstanta kosmologis negatif ini, alam semesta saat ini memang sedang dalam fase percepatan ekspansi akibat dominasi axion. Namun, seiring waktu, efek axion akan melemah dan konstanta kosmologis negatif akan mengambil alih. Jika ini terjadi, ekspansi alam semesta akan berhenti, lalu berbalik menjadi kontraksi.
Inilah yang akan mengarah pada skenario Big Crunch. Seluruh materi di alam semesta akan mulai saling tarik-menarik, galaksi bergabung, suhu meningkat drastis, hingga akhirnya runtuh kembali ke singularitas.
Berapa Lama Lagi Alam Semesta Akan Bertahan?
Berdasarkan perhitungan para peneliti dalam studi ini, jika model Big Crunch berbasis axion ini benar, total umur alam semesta diperkirakan hanya sekitar 33 miliar tahun. Mengingat umur alam semesta saat ini sudah mencapai sekitar 13,8 miliar tahun, maka lebih dari sepertiga perjalanan hidupnya sudah terlewati.
Yang lebih mengejutkan lagi, studi ini memprediksi bahwa alam semesta akan berhenti mengembang dalam 10 miliar tahun ke depan. Setelah itu, proses kontraksi menuju keruntuhan total akan berlangsung relatif cepat—jauh lebih cepat dibanding prediksi Big Crunch sebelumnya yang menyebutkan proses ini baru terjadi dalam ratusan miliar tahun.
Meskipun 10 miliar tahun terdengar sangat lama bagi kita manusia, dalam skala umur alam semesta, ini adalah rentang waktu yang relatif singkat.
Masih Banyak Teori dan Misteri yang Belum Terpecahkan
Penting untuk diingat, model baru ini masih bersifat teoritis dan belum melalui proses peer-review (tinjauan sejawat) oleh komunitas ilmiah. Dunia kosmologi adalah bidang yang dinamis, di mana ide-ide baru terus bermunculan dan ditantang.
Selain model ini, ada banyak teori lain yang mencoba menjelaskan nasib akhir alam semesta:
- Jika skenario Big Freeze yang benar, alam semesta bisa bertahan hingga 1 quinvigintillion tahun (angka dengan 78 nol di belakangnya) sebelum mencapai kematian panas total.
- Ada juga teori Big Bounce, di mana alam semesta mengalami siklus mengembang dan runtuh berulang kali tanpa akhir.
- Fisikawan legendaris Stephen Hawking pernah mengajukan gagasan bahwa semua materi dan informasi di alam semesta akan menguap sebelum skenario ekstrem lainnya sempat terjadi.
- Bahkan, beberapa pandangan ekstrem menyebutkan bahwa alam semesta kita ini mungkin adalah sebuah simulasi atau hologram!
Studi-studi seperti ini, meskipun spekulatif, sangat penting karena terus mendorong batas pemahaman kita tentang asal usul, evolusi, dan takdir akhir rumah kosmik kita. Para ilmuwan di seluruh dunia terus bekerja keras, mengumpulkan data, dan mengembangkan model untuk memecahkan misteri besar ini.
Alam semesta memang tidak abadi. Mungkin suatu hari nanti, miliaran tahun dari sekarang, ia akan mati dan memulai babak baru, atau mungkin berakhir dalam kegelapan abadi. Yang pasti, setiap penemuan baru membawa kita selangkah lebih dekat untuk memahami kisah luar biasa ini. Ini adalah perjalanan penemuan yang tak pernah berhenti, dan kita adalah bagian dari drama kosmik yang menakjubkan ini.
FAQ
Tanya: Apa prediksi model kosmologi baru mengenai akhir alam semesta?
Jawab: Model kosmologi baru memprediksi alam semesta bisa “mati” dalam 10 miliar tahun ke depan, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Tanya: Apa arti “mati” dalam konteks akhir alam semesta menurut artikel ini?
Jawab: “Mati” dalam konteks ini merujuk pada kondisi di mana alam semesta tidak lagi memiliki aktivitas kosmik yang signifikan, seperti bintang yang padam dan suhu yang sangat dingin.
Tanya: Apa saja skenario akhir alam semesta yang sudah dikenal sebelum studi baru ini?
Jawab: Skenario yang paling sering dibahas adalah Big Freeze, di mana alam semesta terus mengembang dan mendingin hingga mencapai nol mutlak.