Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda membayangkan seberapa jauh kita bisa melihat ke masa lalu alam semesta? Para astronom terus mendorong batas penglihatan kita, dan salah satu penemuan paling menarik adalah Earendel. Dijuluki sebagai bintang terjauh yang pernah dikenal, Earendel telah memukau dunia sains sejak pertama kali terdeteksi. Namun, kini ada twist menarik: penelitian terbaru menunjukkan bahwa Earendel mungkin bukan sekadar bintang tunggal, melainkan sebuah gugus bintang! Mari kita selami lebih dalam misteri kosmik yang satu ini.
Ilustrasi ini menggambarkan kemungkinan gugus bintang Earendel, bintang terjauh yang teramati, yang penemuan barunya membuka jendela ke masa awal alam semesta.
Earendel: Bintang Pagi dari Masa Lalu yang Jauh
Nama Earendel, yang berarti “bintang pagi” dalam bahasa Inggris Kuno, memang sangat cocok untuk objek kosmik ini. Ditemukan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble pada tahun 2022, cahaya Earendel telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, sekitar 12,9 miliar tahun cahaya, untuk mencapai Bumi. Ini berarti kita melihat Earendel seperti saat alam semesta baru berusia sekitar 900 juta tahun setelah Big Bang – atau sekitar 7% dari usianya saat ini. Bayangkan, kita sedang melihat ke masa lalu yang sangat, sangat jauh!
Awalnya, Earendel diperkirakan sebagai bintang tunggal yang sangat masif, bahkan dua kali lebih panas dan satu juta kali lebih bercahaya dari Matahari kita. Namun, alam semesta selalu punya kejutan.
Teleskop James Webb Mengungkap Petunjuk Baru
Untuk menguak lebih banyak rahasia Earendel, para astronom beralih ke Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Dengan kemampuannya yang luar biasa dalam menangkap cahaya inframerah, JWST dapat melihat lebih dalam dan lebih jelas ke alam semesta awal. Dan benar saja, pengamatan menggunakan JWST membawa hipotesis baru yang mengejutkan.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di The Astrophysical Journal menunjukkan bahwa spektrum cahaya dari Earendel memiliki kemiripan dengan spektrum gugus bintang yang padat, bukan bintang tunggal.
Massimo Pascale, seorang mahasiswa doktoral astronomi di Universitas California, Berkeley, dan penulis utama studi ini, mengungkapkan kegembiraannya. “Jika Earendel benar-benar merupakan gugus bintang, itu tidak mengejutkan! Penelitian ini menemukan bahwa Earendel tampaknya cukup konsisten dengan bagaimana kita memperkirakan gugus bola yang kita lihat di alam semesta lokal akan terlihat dalam satu miliar tahun pertama alam semesta,” ujarnya.
Bagaimana Kita Bisa Melihat Objek Sejauh Itu? Kekuatan Lensa Gravitasi!
Mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana bisa kita melihat objek yang begitu kecil dan sangat jauh? Jawabannya ada pada fenomena alam yang luar biasa: lensa gravitasi.
Earendel terletak di galaksi yang dijuluki “Sunrise Arc”, sekitar 12,9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Di antara Bumi dan Earendel, terdapat sekelompok galaksi yang begitu masif. Gravitasi raksasa dari gugus galaksi ini membengkokkan struktur ruang-waktu, bertindak seperti “kaca pembesar” kosmik. Efek pembesaran ini membuat cahaya Earendel, yang seharusnya terlalu redup untuk terdeteksi, menjadi terlihat ribuan kali lebih terang.
Fenomena ini adalah bukti nyata dari teori relativitas umum Einstein. Earendel tampaknya berada sangat dekat dengan salah satu “titik manis” dalam efek lensa ini, yang membuatnya bisa terlihat meskipun jaraknya hampir 12,9 miliar tahun cahaya. Penyelarasan yang hampir sempurna seperti ini sangat langka, itulah mengapa para astronom mulai mempertimbangkan penjelasan alternatif selain hanya satu bintang.
Bukti Spektroskopi dan Debat Ilmiah
Tim Pascale menggunakan instrumen NIRSpec JWST untuk mempelajari usia dan kandungan logam Earendel. Mereka menganalisis bagaimana kecerahan Earendel berubah pada berbagai panjang gelombang cahaya. Pola ini, yang dikenal sebagai kontinuitas spektroskopi, cocok dengan yang diharapkan dari gabungan cahaya beberapa bintang dalam sebuah gugus bintang.
Namun, tidak semua astronom setuju sepenuhnya. Brian Welch, peneliti yang memimpin tim penemu Earendel pada tahun 2022, menyatakan bahwa meskipun data baru ini menarik, ia belum cukup untuk sepenuhnya mengkonfirmasi bahwa Earendel adalah kumpulan bintang. “Pada resolusi spektral dari NIRSpec, spektrum dari bintang yang berlensa dan gugus bintang dapat sangat mirip,” kata Welch. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan semua data yang tersedia.
Apa Selanjutnya? Memantau Mikrolensing!
Baik Pascale maupun Welch sepakat bahwa kunci untuk memecahkan misteri Earendel adalah dengan memantau efek mikrolensing. Mikrolensing adalah subtipe dari lensa gravitasi di mana objek yang melintas sementara mendistorsi citra dari objek yang jauh. Perubahan kecerahan akibat mikrolensing akan lebih terlihat jika objek jauh tersebut kecil, seperti bintang tunggal atau sistem bintang, daripada gugus bintang yang jauh lebih besar.
“Akan sangat menarik untuk melihat apa yang dapat dilakukan program JWST di masa mendatang untuk lebih mengungkap sifat dari Earendel,” kata Pascale.
Kesimpulan
Penemuan dan studi lanjutan tentang Earendel, bintang terjauh yang dikenal yang kini diduga sebagai gugus bintang, adalah bukti nyata betapa dinamisnya ilmu pengetahuan. Setiap penemuan baru membuka pintu untuk pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam dan mendorong kita untuk terus menjelajahi alam semesta. Entah Earendel adalah bintang tunggal raksasa atau kumpulan gugus bintang kuno, satu hal yang pasti: ia adalah jendela berharga ke masa-masa awal alam semesta kita, membantu kita memahami bagaimana bintang dan galaksi pertama kali terbentuk. Mari kita nantikan bersama penemuan-penemuan berikutnya dari Teleskop James Webb yang luar biasa!