Menguak Armada Senyap Teheran: Daftar Rudal Ganas Iran yang Mengguncang Pertahanan AS dan Israel

Dipublikasikan 25 Juni 2025 oleh admin
Berita Dunia

Gejolak di Timur Tengah kembali memanas dengan eskalasi yang mengkhawatirkan, di mana Iran melancarkan serangkaian serangan balasan yang menargetkan pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar dan berbagai lokasi strategis di Israel. Tindakan ini merupakan respons tegas Teheran terhadap pembombardiran fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat. Insiden yang terjadi pada Senin, 23 Juni 2025, malam, menggambarkan sebuah babak baru dalam dinamika konflik regional yang melibatkan kekuatan militer dan teknologi persenjataan canggih.

Menguak Armada Senyap Teheran: Daftar Rudal Ganas Iran yang Mengguncang Pertahanan AS dan Israel

Serangan Iran, yang disinyalir menggunakan daftar rudal ganas yang dipakai Iran balas serang AS-Israel, telah memicu kepanikan dan menyoroti kapabilitas militer Iran yang sering diremehkan. Meski rincian spesifik jenis rudal yang digunakan masih menjadi teka-teki resmi dari Teheran, berbagai laporan dan analisis intelijen telah mengidentifikasi beberapa rudal balistik jarak menengah dan pendek buatan Iran yang diyakini menjadi ujung tombak serangan tersebut. Artikel ini akan mengupas tuntas deretan rudal paling mematikan dalam arsenal Iran, yang kini menjadi sorotan utama dalam kancah geopolitik global. Mari kita selami lebih dalam kekuatan di balik serangan balasan Iran yang mengguncang kawasan.

Eskalasi Konflik: Latar Belakang Serangan Balasan Iran

Konflik antara Iran dan Israel, dengan campur tangan Amerika Serikat, mencapai titik didih baru menyusul serangan udara AS terhadap tiga pusat nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Minggu, 22 Juni 2025. Tindakan AS ini, menurut Presiden Donald Trump, bertujuan mencegah pengembangan senjata nuklir oleh Iran. Citra satelit bahkan menunjukkan kerusakan signifikan pada fasilitas nuklir Iran, meskipun pejabat senior Teheran bersikeras bahwa stok uranium yang diperkaya tetap utuh dan pengetahuan teknologi nuklir mereka tak tergoyahkan.

Sebagai respons langsung, Iran tidak tinggal diam. Korps Angkatan Bersenjata Iran (IRGC) segera melancarkan serangan balasan. Pada Senin malam, 23 Juni 2025, pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, Al Udeid di Qatar, menjadi sasaran. Dalam insiden tersebut, enam rudal Iran dikonfirmasi berhasil menghantam pangkalan tersebut, memicu kepanikan luas di kalangan warga dan personel militer.

Tak lama setelah itu, Iran juga mengarahkan serangannya ke Israel, menandai dimulainya “Operasi Janji Setia III”. Sirene meraung-raung di seantero ibu kota Tel Aviv dan wilayah lain di Israel, termasuk Yerusalem dan Tepi Barat. Laporan awal menyebutkan roket dan pecahan peluru Iran jatuh di setidaknya 10 lokasi terpisah di Israel, mencakup Carmel, Haifa, wilayah Tel Aviv, dan dataran pantai utara. Kerusakan parah dilaporkan di Tel Aviv dan Haifa, dengan 16 orang terluka akibat serangan ini.

Jarak geografis yang harus ditempuh rudal Iran untuk mencapai targetnya sangat signifikan. Dari Iran ke Qatar, jaraknya sekitar 1.890 kilometer, sementara ke Israel, jaraknya lebih jauh lagi, mencapai sekitar 2.300 kilometer. Kemampuan Iran untuk melancarkan serangan presisi pada jarak sejauh ini menggarisbawahi kemajuan substansial dalam program rudal balistik mereka. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengklarifikasi bahwa serangan ini bukan merupakan konfrontasi langsung dengan negara tetangga yang bersahabat, melainkan respons terhadap keterlibatan langsung AS dalam agresi rezim Zionis terhadap wilayah Iran. Ia menegaskan bahwa Iran bukanlah Gaza, Lebanon, atau Suriah yang bisa diganggu dengan beberapa serangan, melainkan sebuah negara yang akan mempertahankan hak-haknya secara sah.

Kekuatan Strategis Iran: Mengapa Rudal Menjadi Andalan?

Dalam doktrin pertahanan Iran, pengembangan dan produksi rudal balistik telah menjadi tulang punggung kekuatan militer mereka. Berbeda dengan Israel yang mengandalkan jet tempur canggih buatan AS, Iran, dengan mayoritas jet tempur yang sudah tua dan terbatasnya akses terhadap teknologi pesawat tempur modern, memilih untuk berinvestasi besar-besaran pada rudal dan pesawat nirawak (drone) yang dikembangkan secara domestik. Pendekatan ini memungkinkan Teheran untuk mempertahankan kemampuan serangan dan pencegahan yang kuat di tengah isolasi internasional dan sanksi yang berkelanjutan.

Menurut perkiraan Amerika Serikat, Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal, sebuah angka yang sangat besar di kawasan yang rentan konflik. Kepala Komando Pusat AS, Kenneth McKenzie, bahkan pernah memperingatkan tentang peningkatan kecanggihan kekuatan rudal Iran. Kemampuan rudal-rudal ini untuk mencapai target dalam jangkauan ribuan kilometer menjadikan mereka ancaman serius bagi pangkalan militer AS di Timur Tengah maupun wilayah Israel.

Salah satu aspek yang paling disoroti dari rudal Iran adalah klaim kemampuannya untuk “menggocek” atau menembus sistem pertahanan anti-rudal canggih seperti Iron Dome milik Israel. Meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim berhasil mencegat 99% serangan dalam insiden sebelumnya, pihak Iran melalui Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan bahwa 90% rudal yang mereka luncurkan mengenai sasaran yang dituju. Disparitas klaim ini menunjukkan kompleksitas dan ketidakpastian dalam evaluasi efektivitas sistem pertahanan dalam menghadapi serangan rudal masif. Namun, kenyataan bahwa serangan Iran berhasil menyebabkan kerusakan parah dan korban di Israel, serta menghantam pangkalan AS di Qatar, menunjukkan bahwa beberapa rudal memang mampu menembus pertahanan tersebut. Kemampuan manuver yang tinggi, kecepatan luar biasa, dan hulu ledak yang dapat diatur menjadi faktor kunci yang membuat rudal-rudal Iran sulit diintersepsi.

Deretan Rudal Ganas Iran yang Menggempur Musuh

Meskipun Iran tidak secara spesifik mengonfirmasi jenis rudal yang digunakan dalam serangan balasan terbaru, analisis dari pejabat pertahanan AS dan laporan media mengindikasikan penggunaan beberapa rudal balistik andalan mereka. Berikut adalah deretan rudal ganas yang menjadi bagian integral dari arsenal Iran dan diyakini telah digunakan dalam serangan ke AS dan Israel:

Sejjil: Ancaman Hipersonik Berkecepatan Tinggi

Rudal Sejjil (atau Sejil) adalah salah satu rudal balistik paling canggih milik Iran dan sering disebut sebagai ancaman signifikan di kawasan Timur Tengah. Keunggulannya terletak pada kecepatan dan jangkauannya yang luar biasa.

  • Jangkauan: Sejjil memiliki daya jelajah sekitar 2.000 hingga 2.500 kilometer. Jangkauan ini memungkinkannya untuk mencapai Israel, Arab Saudi, dan sebagian besar pangkalan militer Amerika Serikat di Timur Tengah.
  • Kecepatan: Rudal ini mencapai kecepatan Mach 12-14 saat memasuki atmosfer Bumi dan Mach 5 saat mendekati target. Ini setara dengan lebih dari 17.000 kilometer per jam, menjadikannya sangat sulit untuk dicegat oleh sistem pertahanan rudal yang ada.
  • Fitur: Sebagai rudal balistik berbahan bakar padat dua tahap, Sejjil memiliki waktu persiapan peluncuran yang lebih singkat dan lebih mudah dipindahkan, meningkatkan kemampuan bertahan dari serangan awal musuh.

Emad: Presisi dengan Hulu Ledak Bermanuver

Emad adalah rudal balistik jarak menengah (MRBM) yang menonjol karena kemampuan manuver hulu ledaknya. Fitur ini memberikan keunggulan signifikan dalam hal presisi dan kemampuan menghindari sistem pertahanan.

  • Hulu Ledak Bermanuver: Emad dilengkapi dengan hulu ledak yang dapat bermanuver (MaRV – Maneuverable Reentry Vehicle). Ini berarti hulu ledaknya dapat melakukan perubahan arah dan lintasan secara signifikan selama fase terminal penerbangan, yang membuatnya sangat sulit diprediksi dan dicegat.
  • Presisi Tinggi: Kemampuan manuver ini menghasilkan tingkat akurasi yang lebih tinggi dalam mengenai target, menciptakan hasil yang presisi.
  • Penggunaan Sebelumnya: Rudal Emad dilaporkan telah digunakan Iran dalam serangan tahun lalu ke Israel, membuktikan kapabilitasnya dalam operasi nyata.

Ghadr: Varian Shahab-3 dengan Jangkauan Luas

Rudal Ghadr (atau Ghadr-1) merupakan varian yang disempurnakan dari rudal balistik jarak menengah Shahab-3, yang telah menjadi bagian dari arsenal militer Iran sejak 2003. Ghadr diperkenalkan pada tahun 2005 dan telah mengalami beberapa pengembangan.

  • Jangkauan: Ghadr memiliki jangkauan antara 1.800 hingga 2.000 kilometer, yang cukup untuk menjangkau pangkalan AS di Qatar dan seluruh wilayah Israel. Varian-varian spesifiknya meliputi Ghadr-S (1.350 km), Ghadr-H (1.650 km), dan Ghadr-F (1.950 km).
  • Desain: Ini adalah roket dua tahap, dengan tahap pertama berbahan bakar cair dan tahap kedua berbahan bakar padat. Desain ini memberikan kombinasi fleksibilitas dan kekuatan.
  • Spesifikasi Fisik: Rudal ini memiliki panjang antara 15,86 hingga 16,58 meter dan diameter rangka pesawat 1,25 meter, dengan berat keseluruhan 15 hingga 17,5 ton.
  • Peningkatan Jangkauan dan Akurasi: Hulu ledak yang didesain ulang menyerupai “botol bayi” meningkatkan aerodinamika dan presisi. Dikombinasikan dengan sistem pemandu yang lebih canggih, kemungkinan kesalahan melingkar (CEP) berkurang drastis dari 2.500 meter menjadi 100-300 meter, sekaligus meningkatkan jangkauan dari 1.200 menjadi hampir 2.000 kilometer.
  • Potensi Hulu Ledak: Ghadr disebut-sebut juga bisa membawa hulu ledak nuklir, kimia, dan submunisi, meskipun Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai. Rudal Ghadr adalah salah satu jenis rudal yang diklaim Iran berhasil mengenai 90% sasaran dalam serangan balasan baru-baru ini.

Fattah-1: Pelopor Rudal Hipersonik Domestik

Fattah-1 adalah pencapaian signifikan bagi Iran, karena merupakan rudal hipersonik pertama yang dikembangkan secara domestik. Rudal hipersonik sangat sulit dicegat karena kombinasi kecepatan ekstrem dan kemampuan manuvernya yang tak terduga.

  • Kecepatan: Fattah-1 dapat melaju dengan kecepatan 15 kali lipat dari kecepatan suara (Mach 15). Kecepatan ini jauh melampaui kemampuan sistem pertahanan rudal konvensional.
  • Jangkauan: Rudal ini memiliki jangkauan hingga 1.400 kilometer.
  • Kemampuan Manuver: Seperti Emad, Fattah-1 memiliki kemampuan mengubah lintasan penerbangan secara dinamis, membuatnya sangat sulit untuk dilacak dan dicegat oleh sistem anti-rudal musuh.
  • Penggunaan: Fattah-1 dilaporkan juga digunakan dalam serangan Iran sebelumnya terhadap Israel, menunjukkan bahwa rudal ini telah terintegrasi dalam strategi militer Iran.

Khaibar Shekan: Manuver Cerdas dengan Navigasi Satelit

Khaibar Shekan (atau Kheibar Shekan) adalah rudal balistik lain yang telah digunakan Iran dalam konflik dengan Israel, termasuk pada serangan April dan Oktober 2024. Rudal ini pertama kali diumumkan penggunaannya secara multi-hulu ledak dalam serangan ke-20 terhadap Israel pada Minggu, 22 Juni 2025.

  • Presisi dan Manuver: Rudal ini dilengkapi dengan sirip kontrol dan navigasi satelit. Fitur ini memberikannya kemampuan presisi yang tinggi dan fleksibilitas untuk bermanuver di dalam atmosfer, meningkatkan peluang keberhasilan dalam menembus pertahanan musuh.
  • Status Multi-Hulu Ledak: Pengumuman penggunaan sebagai rudal balistik multi-hulu ledak menandakan peningkatan daya rusak dan kemampuan untuk menyerang beberapa target sekaligus atau meningkatkan probabilitas penetrasi pertahanan.

Khorramshahr dan Qassem: Daya Rusak Jarak Menengah

Meskipun tidak secara spesifik disebutkan dalam konteks serangan terbaru ke AS dan Israel, Khorramshahr dan Qassem adalah dua rudal balistik jarak menengah lain yang menjadi bagian penting dari arsenal Iran. Keduanya menunjukkan kemampuan Iran untuk mengembangkan rudal dengan daya jangkau dan daya rusak yang signifikan.

  • Jangkauan: Rudal-rudal ini memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer, memberikan Iran opsi serangan yang luas di seluruh kawasan.
  • Kapasitas Hulu Ledak: Menurut laporan International Institute for Strategic Studies (IISS), rudal Iran mampu membawa hulu ledak hingga 1,2 ton. Varian terbaru yang diuji bahkan disebut bisa membawa hulu ledak hingga 2 ton, menunjukkan potensi daya ledak yang dahsyat.

Dinamika Pertahanan dan Tantangan ke Depan

Serangan rudal Iran ke pangkalan AS di Qatar dan wilayah Israel tidak hanya menunjukkan peningkatan kemampuan ofensif Teheran, tetapi juga menguji batas sistem pertahanan udara dan rudal paling canggih di dunia. Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, mengandalkan sistem pertahanan berlapis seperti Iron Dome untuk rudal jarak pendek, serta sistem Arrow 2 dan Arrow 3 yang dirancang untuk mencegat rudal balistik di atmosfer atas dan bahkan di luar angkasa. Selain itu, sistem pencegat Angkatan Laut AS (Navy) SM-3 dan sistem THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) juga terlibat dalam menghadapi ancaman rudal Iran. Yordania pun turut berperan dalam mencegat drone Iran yang melewati wilayah udaranya.

Meskipun IDF mengklaim tingkat keberhasilan pencegatan yang sangat tinggi, kenyataan adanya kerusakan parah dan korban di Israel, serta keberhasilan rudal Iran menghantam pangkalan Al Udeid, mengindikasikan bahwa tidak ada sistem pertahanan yang 100% sempurna. Rudal-rudal Iran dengan kemampuan manuver, kecepatan hipersonik, dan potensi multi-hulu ledak, telah menghadirkan tantangan baru bagi sistem pertahanan ini.

Eskalasi ini memperlihatkan bahwa Iran telah berinvestasi secara signifikan dalam kemandirian pengembangan teknologi militer, khususnya di bidang rudal balistik. Kemampuan ini tidak hanya menjadi alat pencegahan, tetapi juga instrumen tekanan geopolitik yang penting bagi Teheran. Konflik ini juga menyoroti peran sentral Amerika Serikat sebagai pendukung utama Israel, yang disoroti oleh Kementerian Luar Negeri Iran sebagai faktor pemicu agresi.

Ke depan, dinamika konflik di Timur Tengah akan semakin kompleks. Kemampuan rudal Iran yang semakin canggih akan terus menjadi faktor penentu dalam perhitungan strategis di kawasan tersebut. Pertanyaan tentang bagaimana kekuatan regional dan global akan merespons peningkatan kapabilitas rudal Iran, serta dampaknya terhadap stabilitas jangka panjang, akan terus menjadi pusat perhatian.

Kesimpulan

Serangan balasan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar dan target di Israel telah membuka mata dunia terhadap kekuatan arsenal rudal Teheran yang kian canggih dan mematikan. Rudal-rudal seperti Sejjil, Emad, Ghadr, Fattah-1, Khaibar Shekan, serta Khorramshahr dan Qassem, bukan sekadar nama dalam daftar inventaris militer, melainkan simbol dari kemandirian teknologi dan strategi pertahanan Iran yang adaptif. Dengan jangkauan ribuan kilometer, kecepatan hipersonik, dan kemampuan manuver yang cerdas, rudal-rudal ini telah membuktikan diri sebagai aset strategis yang mampu menembus sistem pertahanan canggih dan menimbulkan dampak signifikan.

Eskalasi konflik ini menggarisbawahi bahwa Iran, melalui pengembangan rudal domestik, telah membangun sebuah daya tawar yang tidak bisa diabaikan dalam kancah geopolitik. Klaim Iran bahwa mereka mempertahankan kedaulatan dan menanggapi agresi, diperkuat oleh kemampuan ofensif yang telah mereka tunjukkan. Masa depan stabilitas di Timur Tengah akan sangat bergantung pada bagaimana kekuatan-kekuatan utama menavigasi keseimbangan kekuatan militer yang terus berkembang ini. Memahami daftar rudal ganas yang dipakai Iran balas serang AS-Israel adalah kunci untuk menganalisis dinamika konflik yang kompleks ini, dan refleksi terhadap kemampuan teknologi militer Iran menjadi esensial bagi siapa pun yang ingin memahami lanskap keamanan global saat ini.