Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, di balik gemerlapnya pertandingan sepak bola internasional, ada cerita lucu sekaligus mendebarkan yang melibatkan dua bintang Argentina: sang legenda Lionel Messi dan talenta muda Franco Mastantuono. Baru-baru ini, Mastantuono mengaku mau dibunuh Messi gara-gara sebuah insiden kecil di lapangan hijau. Penasaran apa yang sebenarnya terjadi? Yuk, kita intip kisah unik ini!
Artikel ini akan membawa Anda menyelami momen langka saat junior “diomeli” senior, bagaimana mimpi seorang anak terwujud di hadapan idolanya, dan sedikit bumbu kontroversi di klub barunya, Real Madrid. Mari kita mulai!
Mengungkap Momen ‘Maut’ di Lapangan
Insiden yang dimaksud terjadi pada awal September 2025, saat Timnas Argentina berhadapan dengan Venezuela dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertandingan yang digelar di Estadio Monumental, Buenos Aires, itu berakhir dengan kemenangan meyakinkan Argentina 3-0, di mana Lionel Messi sendiri menyumbang dua gol.
Di laga tersebut, Franco Mastantuono, yang baru berusia 18 tahun, mendapat kesempatan langka untuk tampil sebagai starter bersama sang idola, Lionel Messi. Namun, di tengah panasnya pertandingan, sebuah momen tak terduga terjadi. Pada satu kesempatan, saat Argentina menyerang, Mastantuono dihadapkan pada pilihan: mengumpan bola ke Messi yang berada di posisi lebih menguntungkan, atau menembak langsung ke gawang lawan.
Pemain muda Real Madrid ini memilih opsi kedua, yaitu menembak langsung. Keputusan inilah yang kemudian memicu reaksi dari sang kapten. “Dia mau membunuh saya,” ungkap Franco Mastantuono sambil tertawa, merujuk pada reaksi Messi yang sedikit kesal. “Tapi dia mengerti, saya meminta maaf atas permainan saya itu.” Sebuah pengakuan yang jujur dan menunjukkan betapa canggungnya berhadapan dengan ikon sebesar Messi!
Mimpi yang Terwujud: Main Bareng Sang Idola
Meski sempat “diomeli” Messi, momen bermain bersama idola adalah pengalaman tak terlupakan bagi Mastantuono. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa berbagi lapangan dengan Lionel Messi, sosok yang ia idolakan sejak kecil. Apalagi, pertandingan itu berlangsung di Estadio Monumental, markas River Plate, klub yang membesarkan Mastantuono.
“Luar biasa bisa bermain dengannya. Ini mimpi saya sejak lama,” kata Mastantuono dengan mata berbinar. “Melakukannya di lapangan River Plate lebih luar biasa lagi. Saya selalu mengatakannya, dia idola saya sejak kecil. Saya menontonnya sepanjang karier saya, dan menonton caranya bermain.”
Mastantuono sendiri digadang-gadang sebagai salah satu talenta paling menjanjikan Argentina, bahkan sempat disebut sebagai “titisan Messi”. Ia juga baru saja memecahkan rekor sebagai debutan termuda di Timnas Argentina. Sungguh malam yang penuh emosi dan pencapaian bagi gelandang muda ini.
Kontroversi di Real Madrid: Messi Tetap Idola
Menariknya, sebelum kejadian di lapangan ini, Franco Mastantuono sempat membuat heboh publik sepak bola. Saat diperkenalkan sebagai pemain baru Real Madrid pada Agustus 2025, ia dengan berani menyatakan bahwa Messi adalah pemain terbaik di dunia. Pernyataan ini tentu saja memicu sedikit kontroversi, mengingat Messi adalah simbol klub rival abadi Real Madrid, Barcelona.
Namun, pelatih Real Madrid, Xabi Alonso, menanggapi hal tersebut dengan santai. Alonso memahami bahwa sebagai seorang Argentina, wajar jika Mastantuono mengidolakan Messi. Ini menunjukkan bahwa kecintaan pada idola melampaui rivalitas klub, setidaknya bagi Mastantuono.
Laga Emosional: Potensi Perpisahan Messi di Kandang
Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Venezuela ini juga menjadi sangat emosional bagi para penggemar Argentina. Pertandingan tersebut santer disebut-sebut sebagai potensi laga kandang terakhir Lionel Messi bersama Albiceleste di tanah kelahirannya. Sambutan meriah dari puluhan ribu penggemar di Estadio Monumental menjadi bukti betapa besarnya cinta mereka kepada La Pulga.
Momen ini menjadi perpaduan sempurna antara perpisahan yang mengharukan bagi seorang legenda, dan awal perjalanan impian bagi bintang muda seperti Franco Mastantuono, yang berkesempatan menjadi bagian dari sejarah tersebut.
Kesimpulan
Kisah Mastantuono mengaku mau dibunuh Messi gara-gara salah oper ini mungkin hanyalah anekdot lucu di antara seorang idola dan penggemarnya yang kini menjadi rekan setim. Namun, di baliknya tersimpan makna yang dalam: tentang impian yang terwujud, rasa hormat pada legenda, dan perjalanan seorang talenta muda yang baru saja dimulai. Ini adalah bukti bahwa sepak bola tak hanya soal kemenangan, tapi juga tentang cerita, emosi, dan koneksi antar generasi. Sungguh momen yang tak akan terlupakan bagi Franco Mastantuono, dan tentunya bagi para penggemar sepak bola di seluruh dunia!