Kontroversi Chant Suporter Liverpool untuk Federico Chiesa: Mengapa Liriknya Picu Amarah?

Dipublikasikan 21 Agustus 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola memang tak pernah sepi dari cerita. Dari drama di lapangan hijau hingga riuhnya tribun suporter, selalu ada saja hal menarik yang jadi perbincangan. Nah, belakangan ini, ada satu topik yang cukup hangat dan menimbulkan perdebatan, yaitu chant suporter Liverpool untuk Federico Chiesa. Kedatangan winger asal Italia ini ke Anfield musim panas lalu memang disambut antusias, tapi lagu khusus yang didedikasikan untuknya justru memicu kontroversi. Mengapa demikian? Mari kita bedah bersama agar Anda bisa memahami akar masalahnya.

Kontroversi Chant Suporter Liverpool untuk Federico Chiesa: Mengapa Liriknya Picu Amarah?

Kontroversi chant suporter Liverpool untuk Federico Chiesa memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar, menyusul lirik provokatif yang menyinggung klub lamanya, Juventus.

Federico Chiesa: Idola Baru di Anfield yang Langsung Akrab dengan Kopites

Federico Chiesa tiba di Liverpool pada musim panas lalu dari Juventus, menjadi rekrutan pertama di era pelatih Arne Slot. Meski baru seumur jagung berseragam The Reds, Chiesa langsung menunjukkan kebahagiaannya di Merseyside. Terlihat jelas ia lebih ceria dibanding masa-masanya di Turin yang kerap diwarnai masalah internal dan cedera.

Tak butuh waktu lama, keakraban Chiesa dengan para penggemar Liverpool, yang akrab disapa Kopites, pun terjalin erat. Apalagi setelah ia mencetak gol kemenangan penting pada laga perdana Premier League musim ini melawan Bournemouth. Gol itu seolah jadi penegas statusnya sebagai idola baru, bahkan klub sampai menyatakan ia “tidak untuk dijual” di tengah rumor transfer.

Hubungan mesra ini kemudian diwujudkan dalam sebuah chant khusus yang didedikasikan oleh Kopites untuk Chiesa. Awalnya, lagu ini dianggap sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan dukungan. Namun, siapa sangka, liriknya justru menimbulkan perdebatan sengit dan memicu kontroversi yang meluas.

Lirik Chant yang Dianggap Menyentuh Luka Lama

Lantas, apa sih lirik chant yang jadi biang keroknya? Chant untuk Chiesa ini berisi kalimat yang cukup provokatif:

  • “You can hear them crying in Turin” (Anda bisa mendengar mereka menangis di Turin)
  • “One chat with Arne Slot, and he said ‘ciao, f** off Juve, I’m a Kopite now’.” (Satu obrolan dengan Arne Slot, dan dia berkata ‘ciao, persetan Juve, saya Kopite sekarang’).

Bagi sebagian besar suporter Liverpool, lirik ini mungkin hanya dianggap sebagai bentuk selebrasi kemenangan, sindiran ringan kepada mantan klub Chiesa, Juventus, dan gambaran betapa bahagia Chiesa di Anfield setelah melalui masa sulit di Turin. Namun, bagi pihak lain, terutama pendukung Juventus dan mereka yang memahami sejarah kelam sepak bola, lirik tersebut dinilai sangat problematis dan menyentuh luka lama yang belum sembuh.

Bayang-bayang Tragedi Heysel 1985 yang Tak Terlupakan

Inilah inti dari kontroversi chant Federico Chiesa. Banyak orang Italia, khususnya pendukung Juventus, belum bisa melupakan Tragedi Heysel 1985. Tragedi ini terjadi jelang final Piala Champions di Brussel, di mana 39 penggemar, sebagian besar Juventini, tewas dalam kerusuhan. Investigasi kemudian menyatakan stadion tidak layak, namun salah satu faktor penyebab bencana adalah serangan yang dilakukan oleh sekelompok suporter Liverpool.

Memori kelam Tragedi Heysel ini masih sangat membekas di hati banyak Juventini. Oleh karena itu, ungkapan “crying in Turin” (menangis di Turin) dalam chant Chiesa dianggap sangat melukai. Seolah-olah, suporter Liverpool merayakan kesedihan atau penderitaan yang terkait dengan tragedi tersebut.

Jurnalis Inggris, Tony Evans, adalah salah satu yang lantang mengkritik chant ini. Melalui akun X-nya, ia menulis:

“Saya sebenarnya ingin membuat rangkuman pekan pertama Premier League, tapi akhirnya tak tahan. Lagu Chiesa itu benar-benar ‘tone-deaf’ dan menyedihkan.”

Media ternama The Athletic juga mendukung pandangan Evans, menyoroti bagaimana Liverpool sendiri kerap dicemooh dengan sebutan “victims” oleh rival terkait tragedi Hillsborough, yang merenggut nyawa 97 pendukung mereka. Ini menunjukkan betapa sensitifnya isu-isu yang berkaitan dengan tragedi dalam sejarah sepak bola.

Pembelaan dari Para Kopites: Bukan Soal Heysel, Tapi Chiesa!

Meskipun kritik berdatangan, banyak Kopites menepis anggapan bahwa chant tersebut terkait dengan Tragedi Heysel. Bagi mereka, lirik itu murni menggambarkan bagaimana Chiesa meninggalkan Juventus dengan segala masalahnya dan menemukan kebahagiaan baru di Liverpool.

Seorang pengguna X menanggapi:

“Saya sudah baca banyak omong kosong di sini, tapi yang ini benar-benar paling konyol. Apakah dia tidak sadar bahwa bukan kami yang menyuruh Juve untuk ‘f* off’? Itu bagian dari kisah Chiesa, bagaimana ia menutup pintu dengan cara sendiri setelah diperlakukan buruk. Jangan lebay dan memelintir sesuatu hanya untuk mencari sensasi.”

Bahkan, sebuah jajak pendapat di X yang diikuti lebih dari 16 ribu akun menunjukkan bahwa 87 persen responden tidak mempermasalahkan chant tersebut. Ini menunjukkan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara generasi suporter yang mengalami langsung tragedi Heysel dengan generasi yang lebih muda, di mana detail sejarah mungkin mulai memudar.

Perdebatan yang Terus Berlanjut dan Implikasinya

Hingga saat ini, belum ada kejelasan apakah suporter Liverpool akan mengubah lirik chant Federico Chiesa demi meredam potensi gesekan dengan Juventus. Namun, melihat respons mayoritas fans di dunia maya, tampaknya lagu itu akan tetap dilantunkan.

Bagi banyak orang di Anfield, chant tersebut bukan sekadar nyanyian biasa. Ini adalah simbol kebangkitan Chiesa setelah perjalanan sulitnya, sekaligus bukti hubungan hangat yang mulai terjalin antara sang winger Italia dan para pendukung The Reds. Chiesa sendiri mengaku sangat berterima kasih atas lagu yang dinyanyikan untuknya, meski mungkin ia tidak sepenuhnya menyadari implikasi sensitifnya.

Kontroversi ini menjadi pengingat penting tentang bagaimana sejarah dan emosi dapat saling terkait dalam dunia sepak bola. Meski niat awal mungkin hanya sebatas dukungan atau sindiran, dampaknya bisa jauh lebih luas dan menyentuh luka lama. Semoga saja, diskusi ini bisa menjadi jembatan untuk saling memahami, bukan justru memperlebar jurang perpecahan di antara para penggemar sepak bola.