Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim baru BRI Liga 1 2025/2026 sudah di depan mata, siap menyajikan drama dan sengitnya persaingan di lapangan hijau. Namun, di balik antusiasme tersebut, ada kabar kurang sedap yang mencuat dari balik layar. Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) baru-baru ini mengungkapkan bahwa masih ada empat klub Liga 1 yang belum menunaikan kewajiban mereka, yaitu tunggakan gaji pemain senilai miliaran rupiah!
Kabar ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana nasib para pemain, dan sejauh mana komitmen klub untuk profesionalisme? Mari kita selami lebih dalam masalah klasik yang kerap menghantui sepak bola Indonesia ini.
Menguak Masalah Tunggakan Gaji di BRI Liga 1
Wakil Presiden APPI, Achmad Jufriyanto, yang juga aktif sebagai pemain Persib Bandung, membeberkan fakta mengejutkan ini di Jakarta pada Rabu, 6 Agustus 2025. Menurutnya, empat klub Liga 1 belum melunasi hak 15 pemain dengan total tunggakan gaji pemain senilai Rp 4,3 miliar. Angka ini tentu bukan jumlah yang kecil dan sangat signifikan bagi para atlet yang menggantungkan hidupnya dari profesi ini.
Achmad Jufriyanto menjelaskan bahwa dari empat klub Liga 1 yang tersandung masalah ini:
- Tiga klub masih dalam proses korespondensi atau negosiasi dengan APPI.
- Satu klub sudah masuk tahap proses di National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia.
Ini berarti, meskipun musim baru akan segera dimulai pada Jumat, 8 Agustus 2025, masalah finansial ini masih menjadi pekerjaan rumah yang belum tuntas bagi beberapa tim kasta tertinggi sepak bola tanah air.
Gelombang Tunggakan Gaji Meluas Hingga Liga 2 dan Liga 3
Sayangnya, masalah tunggakan gaji pemain ini tidak hanya terjadi di kasta tertinggi, Liga 1. Achmad Jufriyanto juga melaporkan adanya kasus serupa di level kompetisi di bawahnya.
-
Liga 2 (Championship):
- Ada sembilan klub Liga 2 yang masih menunggak gaji pemain.
- Total tunggakan mencapai Rp 3,6 miliar untuk sembilan pemain.
- Dua tim masih dalam korespondensi, sementara tujuh tim sudah dalam proses di NDRC Indonesia.
-
Liga 3:
- Total tunggakan gaji di Liga 3 diperkirakan mencapai Rp 2,5 miliar.
- Dua tim masih dalam korespondensi dengan APPI.
- Empat tim sedang dalam proses mediasi di NDRC.
- Bahkan, ada dua tim yang belum menjalankan putusan NDRC, dan satu tim lagi belum menjalankan putusan Dispute Resolution Chamber (DRC) FIFA.
Data ini menunjukkan bahwa masalah finansial yang mengabaikan hak pemain adalah isu sistemik yang perlu penanganan serius di seluruh jenjang kompetisi sepak bola Indonesia.
Peran Krusial APPI dan NDRC dalam Melindungi Hak Pemain
Dalam menghadapi masalah tunggakan gaji pemain ini, peran Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) dan National Dispute Resolution Chamber (NDRC) menjadi sangat vital.
APPI bertindak sebagai perwakilan dan pelindung para pemain. Mereka melakukan korespondensi dan negosiasi awal dengan klub yang bermasalah. Jika tidak ada titik temu, kasus akan diteruskan ke NDRC.
NDRC sendiri adalah lembaga arbitrase yang dibentuk untuk menengahi sengketa antara pemain, pelatih, dan klub sepak bola, khususnya terkait masalah kontrak dan hak-hak profesional. Lembaga ini didirikan pada tahun 2019 dan baru mendapatkan sertifikasi resmi dari FIFA pada Januari 2025, menandakan pengakuan internasional atas perannya.
Ketua NDRC Indonesia, Togi Pangaribuan, menegaskan bahwa sebagian besar dari 200 putusan sengketa yang dikeluarkan NDRC sejak 2019 hingga 2025 berkaitan dengan tunggakan gaji pemain. “Hampir seratus persen yang sudah diputuskan mengenai tunggakan gaji pemain,” ujarnya. Ia juga menekankan prinsip penting: “Karena prinsipnya apa yang sudah dijanjikan itu harus ditepati.”
Menuju Sepak Bola Indonesia yang Lebih Profesional
Terkuaknya fakta empat klub Liga 1 tunggak gaji pemain senilai miliaran rupiah ini, ditambah dengan kasus serupa di Liga 2 dan Liga 3, adalah alarm bagi ekosistem sepak bola Indonesia. Kesejahteraan pemain adalah fondasi penting bagi kemajuan liga dan tim nasional.
Masalah tunggakan gaji bukan hanya soal angka, tetapi juga menyangkut kepercayaan, motivasi, dan masa depan para pemain. Klub yang melalaikan kewajibannya bisa menghadapi sanksi berat, termasuk larangan transfer pemain, yang pada akhirnya akan merugikan performa tim itu sendiri.
Dengan akan bergulirnya musim baru BRI Liga 1, kita semua berharap agar masalah tunggakan gaji pemain ini dapat segera diselesaikan. Komitmen finansial yang kuat dari setiap klub adalah cerminan profesionalisme dan kunci untuk membangun liga yang lebih sehat, kompetitif, dan bermartabat. Mari bersama-sama mendukung terciptanya sepak bola Indonesia yang jauh lebih baik!