Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar duka kembali menyelimuti Kulon Progo. Penyakit leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri dari urine tikus, kembali memakan korban jiwa di wilayah ini. Hingga pertengahan tahun 2025, tercatat sudah ada 5 warga Kulon Progo meninggal dunia akibat penyakit yang sering kali terlambat terdeteksi ini. Total 26 kasus leptospirosis terjadi di Kulon Progo sepanjang tahun ini.
Meningkatnya kasus Leptospirosis di Kulon Progo hingga menelan lima korban jiwa menjadi peringatan serius akan bahaya penularan dari urine tikus, terutama saat musim hujan.
Penting bagi kita semua untuk memahami apa itu leptospirosis, bagaimana penularannya, gejala yang harus diwaspadai, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa kita lakukan. Yuk, simak informasi lengkapnya agar kita bisa lebih waspada dan melindungi diri serta keluarga.
Lonjakan Kasus Leptospirosis di Kulon Progo Tahun Ini
Angka kasus leptospirosis di Kulon Progo menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Data terbaru per pertengahan tahun 2025 menunjukkan adanya 26 kasus positif leptospirosis, dengan 5 di antaranya berakhir dengan kematian. Ini adalah peningkatan signifikan dibandingkan data awal Maret 2025 yang mencatat 8 kasus dengan 2 kematian.
Penyebaran kasus leptospirosis di Kulon Progo ini cukup merata di beberapa kapanewon (kecamatan), termasuk Wates, Nanggulan, Girimulyo, Kalibawang, dan Kokap. Kapanewon Nanggulan dan Wates menjadi lokasi yang melaporkan kasus kematian. Dinas Kesehatan Kulon Progo terus memantau situasi dan berupaya menekan angka penyebaran.
Mengenal Leptospirosis: Si Penyakit dari Tikus
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, artinya bisa menular dari hewan ke manusia. Penyebabnya adalah bakteri bernama Leptospira sp. yang biasanya hidup di ginjal hewan terinfeksi, terutama tikus. Bakteri ini kemudian keluar bersama urine hewan dan mencemari lingkungan.
Bagaimana penularannya ke manusia?
Penularan umumnya terjadi ketika kulit manusia yang memiliki luka terbuka, bahkan luka kecil sekalipun, bersentuhan langsung dengan air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine tikus. Musim hujan menjadi periode yang sangat rawan karena genangan air di mana-mana mempermudah penyebaran bakteri ini.
Siapa yang paling berisiko?
Masyarakat yang beraktivitas di lingkungan basah atau kotor sangat rentan. Kelompok paling berisiko antara lain:
- Petani: Karena sering berinteraksi langsung dengan sawah yang basah dan mungkin terkontaminasi urine tikus.
- Pekerja kebersihan: Yang sering bersentuhan dengan sampah dan area kotor.
- Warga yang tinggal di area banjir atau lingkungan kurang bersih: Di mana tikus dan genangan air mudah ditemukan.
Gejala yang Perlu Diwaspadai dan Pentingnya Penanganan Cepat
Mengenali gejala awal leptospirosis adalah kunci utama untuk penanganan yang cepat dan efektif. Sayangnya, gejala penyakit ini sering kali mirip dengan penyakit lain seperti demam biasa atau flu, sehingga seringkali terlambat terdiagnosis.
Gejala umum leptospirosis meliputi:
- Demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celcius)
- Sakit kepala hebat
- Nyeri otot, terutama di betis
- Tubuh terasa lesu atau lemas
- Mata merah
- Kuning pada kulit atau mata (pada kasus yang lebih parah)
Jika tidak segera ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal akut, gangguan hati, hingga perdarahan paru yang bisa berujung pada kematian. Para ahli kesehatan menegaskan bahwa kasus kematian pada penderita leptospirosis seringkali terjadi karena penanganan yang terlambat. Oleh karena itu, jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala di atas, terutama setelah beraktivitas di area yang berisiko, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat (puskesmas atau rumah sakit).
Langkah Pencegahan Leptospirosis: Lindungi Diri dan Keluarga
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa langkah sederhana namun efektif yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko terjangkit leptospirosis:
- Terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Jaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Buang sampah pada tempatnya dan pastikan tidak ada tumpukan barang yang bisa menjadi sarang tikus.
- Gunakan Alat Pelindung Diri (APD): Bagi Anda yang berprofesi sebagai petani atau sering beraktivitas di area persawahan, kebun, atau lingkungan basah, gunakan sepatu bot dan sarung tangan tahan air. Ini akan melindungi kulit dari kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
- Hindari Kontak dengan Air Kotor Saat Luka: Jika Anda memiliki luka terbuka, sekecil apa pun, hindari berinteraksi dengan genangan air atau tanah basah yang berpotensi tercemar urine tikus. Tutup luka dengan plester kedap air jika memang harus beraktivitas.
- Cuci Tangan dan Kaki dengan Sabun: Setelah beraktivitas di luar ruangan, terutama di area yang berisiko, segera cuci tangan dan kaki Anda dengan sabun dan air bersih. Mandi setelah bepergian juga sangat dianjurkan.
- Kendali Populasi Tikus: Lakukan upaya pengendalian tikus di sekitar rumah dan lingkungan Anda, misalnya dengan memasang perangkap tikus atau menjaga kebersihan agar tikus tidak bersarang.
Leptospirosis: Masalah Berulang di Kulon Progo
Leptospirosis bukanlah penyakit baru di Kulon Progo. Wilayah ini memang seringkali menjadi daerah endemik penyakit ini. Data dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa leptospirosis di Kulon Progo telah merenggut banyak nyawa. Bahkan, pada tahun 2011, kasus leptospirosis sempat ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan 133 kasus dan 11 kematian. Meskipun angka kasus bervariasi setiap tahunnya, rata-rata selalu ada korban jiwa akibat penyakit ini.
Tahun | Jumlah Kasus | Meninggal Dunia |
---|---|---|
2011 | 273 | 11 |
2012 | 13 | 2 |
2013 | 26 | 7 |
2014 | 69 | 6 |
2015 | 31 | 1 |
2016 | 30 | 3 |
2017 | 74 | 9 |
2018 | 23 | 5 |
2019 | 29 | 2 |
2020 | 34 | 7 |
2021 | 11 | 1 |
2022 | 16 | 3 |
2023 | 21 | 1 |
2024 | 19 | 2 |
2025 | 26 (hingga pertengahan tahun) | 5 (hingga pertengahan tahun) |
Data di atas merupakan kompilasi dari berbagai sumber dan dapat sedikit berbeda tergantung periode pendataan.
Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan peningkatan kesadaran masyarakat harus terus digencarkan.
Dengan memahami bahaya leptospirosis dan langkah pencegahannya, kita bisa melindungi diri dan orang-orang terkasih. Jangan anggap remeh gejala demam atau nyeri otot, apalagi jika Anda sering beraktivitas di luar ruangan atau lingkungan yang berisiko. Penanganan dini adalah kunci untuk menghindari dampak fatal. Mari bersama menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan kita!
FAQ
Tanya: Apa itu leptospirosis dan bagaimana cara penularannya?
Jawab: Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang umumnya ditularkan melalui urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus, yang masuk ke tubuh manusia melalui luka pada kulit atau selaput lendir.
Tanya: Apa saja gejala umum leptospirosis yang perlu diwaspadai?
Jawab: Gejala leptospirosis meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mata merah, dan terkadang disertai mual, muntah, atau diare.
Tanya: Bagaimana cara mencegah penularan leptospirosis?
Jawab: Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, menjaga kebersihan lingkungan, dan segera membersihkan luka jika terkena air yang dicurigai terkontaminasi.