Yogyakarta, zekriansyah.com – Impian memiliki rumah sendiri adalah dambaan banyak keluarga di Indonesia. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari bank menjadi salah satu jalan utama untuk mewujudkan impian tersebut. Namun, bagaimana sebenarnya kondisi penyaluran KPR oleh bank-bank di Indonesia hingga Juni 2025 ini? Apakah ada perubahan signifikan? Mari kita telusuri bersama tren, tantangan, dan optimisme yang mewarnai pasar properti dan pembiayaan perumahan nasional.
Penyaluran KPR diproyeksikan tumbuh melambat di semester I 2025, di tengah upaya stimulus suku bunga acuan dan peran krusial SMF dalam pasar perumahan subsidi.
Gambaran Umum Tren KPR di Indonesia: Antara Perlambatan dan Optimisme
Data terbaru menunjukkan bahwa tren penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia mengalami sedikit perlambatan. Hingga April 2025, penyaluran KPR mencapai Rp 742,47 triliun, dengan pertumbuhan 8,67% secara tahunan. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 13,96%.
Beberapa faktor disinyalir menjadi penyebabnya, antara lain kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, daya beli masyarakat yang masih menjadi perhatian, serta prioritas pengeluaran masyarakat yang bergeser ke kebutuhan pokok dan pendidikan. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) bahkan memperkirakan pertumbuhan KPR pada tahun 2025 ini akan berada di kisaran single digit, sekitar 7-9%.
Meski demikian, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% pada akhir Mei 2025 lalu diharapkan dapat menjadi angin segar. Penurunan suku bunga ini berpotensi membuat cicilan KPR lebih ringan, sehingga dapat mendorong minat masyarakat untuk mengajukan pinjaman. Namun, kuncinya tetap pada peningkatan daya beli masyarakat dan pembukaan lapangan kerja baru. Perbankan juga dituntut untuk semakin selektif dalam memilih calon debitur dan menawarkan skema yang menarik.
Peran Vital SMF dalam Mengakselerasi KPR Bersubsidi (FLPP)
Di tengah dinamika pasar, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, sebagai salah satu Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Hingga Juni 2025, SMF telah menyalurkan dana sebesar Rp 1,75 triliun, yang berhasil memfasilitasi sekitar 42.500 unit rumah subsidi.
Pemerintah sendiri telah meningkatkan target penyaluran FLPP tahun ini secara signifikan, dari 220 ribu unit menjadi 350 ribu unit rumah. Ini menunjukkan betapa besar harapan pemerintah terhadap program perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sejak tahun 2017 hingga 2024, SMF telah menerima PMN sebesar Rp 11,22 triliun, yang kemudian dikelola dengan skema blended finance dan berhasil menyalurkan total Rp 28,09 triliun untuk 752.526 unit rumah. Kontribusi SMF terhadap penerimaan negara pun tidak main-main, mencapai Rp 2,54 triliun dalam bentuk pajak dan dividen hingga Juni 2025.
Kinerja Bank-Bank Besar dalam Penyaluran Pembiayaan KPR
Beberapa bank besar menunjukkan performa yang beragam namun tetap optimistis dalam menyalurkan KPR mereka hingga Juni 2025:
Bank BTN: Raja KPR Subsidi
Bank Tabungan Negara (BTN) tetap menjadi pemain utama dalam pembiayaan perumahan, terutama untuk segmen subsidi. Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait bahkan menyebut BTN sebagai bank yang paling banyak menyalurkan KPR FLPP. Hingga Maret 2025, penyaluran KPR subsidi BTN mencapai Rp 179,70 triliun, naik 7,6% secara tahunan. Sementara KPR nonsubsidi juga tumbuh positif, mencapai Rp 106,80 triliun.
BTN juga siap mendukung proyek hunian vertikal terjangkau dari investor Qatar, AlQilaa International Group, yang akan membangun 100.000 unit rumah, baik subsidi maupun non-subsidi. Ini menunjukkan komitmen BTN untuk terus memperluas jangkauan pembiayaan hunian.
Bank Mandiri: Akselerasi Pembiayaan Hunian
Bank Mandiri tidak kalah agresif. Hingga Mei 2025, bank berlogo pita emas ini telah menyalurkan 4.596 unit KPR FLPP, menunjukkan pertumbuhan signifikan 78,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian ini bahkan sudah memenuhi 100% kuota awal yang diberikan BP Tapera. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menargetkan penyaluran hingga 25.000 unit KPR FLPP sampai akhir tahun 2025, sebuah peningkatan yang ambisius sebesar 484% dari realisasi tahun 2024. Secara keseluruhan, realisasi penyaluran KPR Bank Mandiri mencapai Rp 66,97 triliun hingga Mei 2025, tumbuh 14,21% secara tahunan.
BRI dan BNI: Dukungan Menyeluruh untuk KPR
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) juga mencatat kinerja KPR yang solid. Hingga akhir Juni 2025, KPR BRI tumbuh signifikan mencapai 13,31% secara tahunan. BRI optimistis pertumbuhan KPR akan terus berlanjut dengan estimasi kenaikan double digit hingga akhir tahun, didukung oleh tingginya backlog perumahan dan program 3 juta rumah dari pemerintah.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) juga menunjukkan pertumbuhan KPR yang sehat. Hingga semester I 2025, KPR BNI meningkat 9,9% secara tahunan menjadi Rp 68,4 triliun. BNI juga aktif dalam pembiayaan hijau, dengan penyaluran mencapai Rp 74 triliun hingga Juni 2025, menunjukkan komitmennya terhadap praktik bisnis berkelanjutan.
Bank Muamalat: Inovasi KPR Berbasis Syariah
Bank Muamalat hadir dengan program-program KPR yang menarik dan sesuai prinsip syariah. Salah satunya adalah KPR Spesial Take Over (STO) yang berlaku hingga 30 September 2025, menawarkan angsuran ringan dan tenor panjang hingga 25 tahun dengan beragam relaksasi seperti tidak perlu melampirkan dokumen penghasilan atau appraisal jaminan.
Ada pula program KPR Hijrah Baitullah yang berlaku hingga 30 Juni 2026. Program ini tidak hanya menawarkan angsuran ringan dan tenor panjang, tetapi juga hadiah menarik berupa porsi haji atau umroh sekeluarga, wakaf untuk masjid, wisata halal, atau logam mulia tanpa diundi. Ini adalah upaya untuk memberikan nilai tambah yang unik bagi nasabah yang ingin memiliki rumah sekaligus beribadah.
Melihat ke Depan: Kolaborasi untuk Akses Hunian yang Lebih Luas
Meskipun ada tantangan berupa perlambatan pertumbuhan KPR secara umum dan kenaikan rasio kredit macet (NPL) KPR di beberapa segmen, industri perbankan tetap menunjukkan optimisme. Kolaborasi antara pemerintah melalui Kementerian PKP dan BP Tapera, serta lembaga seperti SMF, bersama bank-bank penyalur, menjadi kunci untuk mempercepat realisasi penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat.
Berbagai inisiatif, mulai dari peningkatan kuota KPR subsidi, penyesuaian suku bunga, hingga inovasi produk pembiayaan, terus dilakukan. Harapannya, upaya-upaya ini dapat menjaga momentum positif penyaluran pembiayaan KPR bank hingga Juni 2025 dan seterusnya, sehingga semakin banyak keluarga Indonesia bisa merasakan kehangatan rumah impian mereka.