Siapa Saja Konglomerat Pemilik Tambang Nikel di Indonesia? Ini Daftarnya!

Dipublikasikan 30 Juni 2025 oleh admin
Finance

Yogyakarta, zekriansyah.com – Indonesia adalah negara yang kaya raya, apalagi soal nikel. Bayangkan saja, hampir separuh cadangan nikel dunia ada di perut bumi kita! Nggak heran kalau Indonesia jadi sorotan utama di industri pertambangan global. Dari dulu cuma ekspor bahan mentah, sekarang kita sudah “naik kelas” dengan hilirisasi, alias mengolah nikel jadi produk bernilai tinggi. Buktinya, nilai ekspor produk olahan nikel kita di tahun 2023 saja sudah tembus angka fantastis, US$34 miliar!

Siapa Saja Konglomerat Pemilik Tambang Nikel di Indonesia? Ini Daftarnya!

Ilustrasi: Kilau nikel Indonesia yang dikuasai para konglomerat, potensi hilirisasi dan ekspor yang menjanjikan.

Di balik gemerlapnya angka-angka dan potensi nikel yang luar biasa ini, tentu ada tokoh-tokoh besar yang mengendalikan bisnisnya. Mereka adalah para konglomerat yang jeli melihat peluang dan punya gurita bisnis di sektor pertambangan nikel. Penasaran siapa saja mereka? Yuk, kita bedah satu per satu agar Anda paham lebih jauh tentang “pemain” besar di balik harta karun hijau Indonesia ini.

Indonesia: Raja Nikel Dunia dan Potensi Hilirisasi yang Menggila

Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Mineral, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Data Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) bahkan menyebut, Indonesia menyumbang sekitar 43% hingga 45% dari total cadangan nikel global. Sisanya tersebar di negara tetangga seperti Australia, Filipina, dan sebagian kecil Kanada.

Potensi nikel ini makin kinclong karena perannya yang vital di masa depan, terutama untuk bahan baku baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Dengan hilirisasi, Indonesia tak lagi sekadar menjual “bijih mentah”, tapi sudah mampu menghasilkan produk turunan nikel yang nilainya jauh lebih tinggi. Ini tentu mendongkrak ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja.

Para Konglomerat di Balik Gurita Bisnis Tambang Nikel Indonesia

Ada beberapa nama besar di jajaran konglomerat Indonesia yang kini punya peran penting dalam bisnis tambang nikel. Beberapa di antaranya memang sudah lama malang melintang di dunia pertambangan, khususnya batu bara, sebelum akhirnya merambah ke nikel.

Berikut daftar konglomerat pemilik tambang nikel di Indonesia:

1. Kiki Barki: Dari Batu Bara ke Nikel

Nama Kiki Barki mungkin sudah tak asing bagi para pelaku pasar modal. Beliau adalah pendiri emiten pertambangan batu bara terkemuka, PT Harum Energy Tbk (HRUM). Keluarga Barki menguasai mayoritas saham HRUM, sekitar 79,79%, yang sudah berdiri sejak tahun 1995.

Untuk urusan nikel, Harum Energy beroperasi melalui anak perusahaannya, PT Position (POS). Tambang milik POS diperkirakan menyimpan cadangan bijih nikel yang sangat besar, mencapai 215 juta ton! Angka ini terdiri dari sekitar 92 juta ton bijih limonit dan 123 juta ton bijih saprolit. Tak heran, Kiki Barki masuk daftar orang terkaya di Tanah Air versi Forbes, dengan kekayaan bersih mencapai US$1,3 miliar atau sekitar Rp21,13 triliun. Lokasi tambang nikelnya banyak berada di Sulawesi Tenggara.

2. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: Harita Group, Raksasa Baterai EV

Lim Hariyanto Wijaya Sarwono adalah sosok di balik Harita Group, sebuah konglomerasi besar yang bergerak di berbagai sektor pertambangan, mulai dari nikel, batu bara, hingga bauksit. Di lini bisnis nikel, Harita Group memiliki jagoan bernama PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), atau dikenal juga dengan Harita Nickel.

Kinerja NCKL sangat impresif. Pada kuartal I-2025, mereka sukses menjual bijih nikel total sebesar 5,49 juta wet metric ton (wmt). Selain itu, Harita Group juga mengoperasikan pabrik pengolahan High Pressure Acid Leaching (HPAL) terbesar di dunia yang berlokasi di Pulau Obi, Maluku Utara. Pabrik ini mampu menghasilkan bahan baku baterai EV seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Nikel Sulfat (NiSO4). Dengan pencapaian ini, Lim Hariyanto Wijaya Sarwono tercatat sebagai orang terkaya ke-15 di Indonesia versi Forbes, dengan harta senilai US$4 miliar atau sekitar Rp65,02 triliun.

3. Garibaldi Thohir (Boy Thohir): Penguasa Material Baterai

Garibaldi Thohir, atau yang akrab disapa Boy Thohir, adalah CEO dan pemilik saham Alamtri Resources Indonesia (sebelumnya Adaro Energy Indonesia). Kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir ini juga memiliki saham di Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Kinerja MBMA sepanjang tahun 2024 sangat cemerlang, ditopang oleh tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dan kontribusi signifikan dari operasi nickel pig iron (NPI). Tambang SCM menghasilkan 10,1 juta wmt limonit (naik 150%) dan 4,9 juta wmt saprolit (naik 110%) di tahun 2024. Sementara itu, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) milik MBMA berhasil memproduksi 82.161 ton nikel dalam bentuk NPI. Ini menunjukkan strategi integrasi vertikal MBMA yang sangat matang. Aktivitas pertambangan yang dikelola Boy Thohir tersebar di wilayah strategis seperti Halmahera dan Sulawesi Tengah.

4. Christopher Sumasto Tjia: Penggerak PAM Mineral

Christopher Sumasto Tjia adalah putra dari konglomerat Adi Sumasto Tji. Beliau memiliki PT PAM Mineral Tbk (NICL), sebuah perusahaan yang merupakan bagian dari Pintu Air Mas Group (PAM Group).

PAM Mineral menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Pada kuartal I-2025, perusahaan ini mencatat peningkatan volume penjualan nikel yang sangat signifikan. Angkanya melonjak dari 222.791 wmt menjadi 995.834 wmt, yang berarti ada kenaikan fantastis sekitar 346,98% secara tahunan (yoy). Ini tentu saja membuat para investor tersenyum lebar.

Sekilas Tambang Nikel di Raja Ampat: Antara Potensi dan Polemik Lingkungan

Belakangan ini, operasi tambang nikel di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya, juga menjadi sorotan publik. Wilayah yang dikenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini memicu polemik antara potensi ekonomi dan kekhawatiran kerusakan lingkungan.

Beberapa perusahaan yang memiliki izin tambang di Raja Ampat, antara lain:

  • PT Gag Nikel: Ini adalah anak usaha dari BUMN PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM). Awalnya dimiliki bersama perusahaan asing, namun sejak 2008, PT Antam mengakuisisi seluruh sahamnya, sehingga kini sepenuhnya dikelola oleh BUMN Indonesia. PT Gag Nikel aktif memproduksi nikel di Pulau Gag, Raja Ampat.
  • PT Kawei Sejahtera Mining (KSM): Perusahaan ini diduga terafiliasi dengan nama-nama besar dari grup konglomerasi Keluarga Aguan (Sugianto Kusuma), melalui Susanto Kusumo, Richard Halim Kusumo, dan Alexander Halim Kusuma. PT KSM memiliki izin usaha pertambangan (IUP) seluas 5.922 hektare di Raja Ampat.
  • Selain itu, ada juga PT Anugerah Surya Pratama (Vansun Group) yang merupakan anak usaha grup tambang asal China, serta PT Mulia Raymond Perkasa (MRP) dan PT Nurham yang juga memiliki izin eksplorasi di sana.

Polemik di Raja Ampat ini menjadi pengingat bahwa di balik potensi ekonomi yang besar dari nikel, ada tanggung jawab lingkungan dan sosial yang harus dijaga.

Konglomerat Lain yang Juga Merambah Bisnis Nikel

Selain keempat nama di atas yang fokus utama atau merambah signifikan ke nikel, ada juga konglomerat lain yang mulai melirik atau berinvestasi di sektor ini, meski mungkin belum menjadi bisnis utamanya. Salah satunya adalah Low Tuck Kwong, yang dikenal sebagai “Raja Batu Bara” dan pemilik Bayan Resources. Meskipun fokus utamanya di batu bara, Low Tuck Kwong juga diketahui memiliki investasi di sektor nikel, melihat potensi besar dari permintaan global terhadap logam ini. Kekayaannya yang mencapai US$27,8 miliar menjadikannya salah satu orang terkaya di Indonesia.

Kesimpulan

Industri nikel di Indonesia memang tengah menjadi primadona, didukung oleh cadangan melimpah dan kebijakan hilirisasi pemerintah. Di balik pesatnya pertumbuhan ini, ada peran besar dari para konglomerat di Indonesia yang berhasil membangun dan mengembangkan bisnis tambang nikel mereka.

Mulai dari Kiki Barki yang berhasil mengakuisisi tambang nikel, Lim Hariyanto Wijaya Sarwono dengan Harita Group yang menjadi raksasa baterai EV, Garibaldi Thohir yang menguasai material baterai, hingga Christopher Sumasto Tjia yang menggerakkan PAM Mineral, mereka semua adalah bagian penting dari cerita sukses nikel Indonesia. Tentu, di samping peluang ekonomi, penting juga untuk terus memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar area pertambangan. Semoga pemahaman ini bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang para “raja” nikel di Tanah Air!

FAQ

Tanya: Siapa saja konglomerat pemilik tambang nikel terbesar di Indonesia?
Jawab: Artikel ini akan membahas para konglomerat pemilik tambang nikel di Indonesia, yang memiliki peran signifikan dalam industri pertambangan nikel nasional.

Tanya: Mengapa Indonesia menjadi sorotan utama di industri pertambangan nikel global?
Jawab: Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, menyumbang sekitar 43-45% dari total cadangan global. Selain itu, hilirisasi nikel menjadi produk bernilai tinggi, seperti bahan baku baterai kendaraan listrik, semakin memperkuat posisinya.

Tanya: Apa peran hilirisasi dalam industri nikel Indonesia?
Jawab: Hilirisasi memungkinkan Indonesia untuk tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengolah nikel menjadi produk bernilai tambah tinggi. Hal ini terbukti dari nilai ekspor produk olahan nikel yang mencapai US$34 miliar pada tahun 2023.