Kisah Inspiratif Wanita Samarinda Lawan Kanker Saluran Empedu Stadium 4: Awalnya Dikira Maag!

Dipublikasikan 13 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Mendengar kata kanker tentu membuat kita bergidik. Apalagi jika kanker tersebut sudah mencapai stadium akhir. Namun, bagi seorang wanita asal Samarinda bernama Agatha Pradnya Paramita, atau akrab disapa Thea, diagnosis kanker saluran empedu stadium 4 di usia 38 tahun justru menjadi awal dari perjuangan luar biasa yang patut kita teladani.

Kisah Inspiratif Wanita Samarinda Lawan Kanker Saluran Empedu Stadium 4: Awalnya Dikira Maag!

**Agatha Pradnya Paramita, 38, berjuang melawan kanker saluran empedu stadium 4 yang awalnya dikira sakit maag, menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap gejala kesehatan yang tak terduga.**

Cerita Thea ini bukan hanya sekadar kisah pribadi, melainkan sebuah pengingat penting bagi kita semua. Seringkali, gejala ringan yang kita anggap biasa, seperti sakit maag, bisa jadi sinyal awal dari masalah kesehatan yang jauh lebih serius. Mari kita selami perjalanan Thea melawan penyakit langka ini dan apa saja pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisahnya.

Gejala Awal yang Mengecoh: Dikira Hanya Maag Biasa

Pada Maret 2024, Thea mulai merasakan gejala yang sangat umum: nyeri di ulu hati, persis seperti sakit maag. Siapa sangka, gejala sederhana ini adalah awal dari pertarungan hebat melawan kanker saluran empedu. Dalam sebulan, ia bahkan sampai tiga kali keluar masuk UGD di Samarinda.

“Tiga kali juga diinject dan didiagnosa hanya sakit maag,” ungkap Thea. Namun, obat maag tak kunjung mempan. Kondisinya malah memburuk, disertai demam, gatal-gatal hebat di telapak tangan dan kaki yang menyebar ke seluruh tubuh, hingga perubahan warna kulit menjadi kuning pekat. Matanya pun ikut menguning, urine berwarna seperti teh, dan tubuhnya cepat lelah. Nyeri tajam juga mulai terasa di perut bagian kanan atas, di bawah tulang rusuk.

Perjalanan Diagnosis yang Berliku: Mencari Jawaban di Balik Gejala

Merasa ada yang tidak beres, Thea tak puas dengan diagnosis awal. Ia kemudian mencari pendapat dokter spesialis penyakit dalam lain di Samarinda. Hasil USG abdomen menunjukkan adanya batu empedu, dan ia sempat diberi obat penghancur batu.

Namun, kondisi Thea tidak membaik. Tubuhnya semakin menguning, berat badannya turun drastis 3 kg dalam sebulan, dan ia sering sesak napas. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan dokter spesialis Gastroentero Hepatologi yang menyarankan pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP). Hasil MRCP menunjukkan ada batu yang menyumbat saluran empedu utama dan kelainan struktur hati.

Keputusan Krusial: Berobat ke Jakarta dan Diagnosis Sebenarnya

Karena merasa penanganan di daerahnya terlalu lambat dan kondisinya terus melemah hingga harus menggunakan kursi roda, Thea memutuskan untuk berobat ke Jakarta pada Agustus 2024. Di sana, semua pemeriksaan diulang.

Pada September 2024, ia menjalani operasi pertama. Sayangnya, ada hal penting yang terlewat: Thea dan keluarga tidak sempat menanyakan atau memeriksa hasil patologi anatomi (PA). Akibatnya, mereka tidak tahu bahwa saat itu, Thea sudah terdiagnosis tumor ganas di saluran empedu yang telah menyebar ke hati (metastasis).

Kondisi Thea sempat membaik setelah operasi, namun pada November 2024, gejala kuning kembali muncul. Pada Januari 2025, ia kembali ke Jakarta dalam kondisi yang sangat lemah. Di sinilah akhirnya dokter menjelaskan bahwa Thea telah terdiagnosis kanker saluran empedu stadium 4 yang telah menyebar ke hati sejak September 2024.

Perjuangan Tak Berhenti: Operasi Kedua dan Terapi Lanjutan

Meskipun diagnosisnya berat, Thea tak menyerah. Pada Februari 2025, ia menjalani operasi kedua berupa prosedur bypass lambung dan usus (Longmire Procedure). Dari jaringan yang diambil, sel kanker ditemukan juga telah menyebar ke duodenum (usus dua belas jari).

Pada akhir Mei 2025, Thea menjalani prosedur Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) dan dipasang tiga stent di saluran empedu untuk mencegah penyumbatan. Saat ini, Thea memilih menjalani imunoterapi, setelah mempertimbangkan peluang keberhasilan kemoterapi yang sangat kecil untuk kasusnya.

Apa Pemicu Kanker Saluran Empedu Thea?

Dokter menduga ada beberapa faktor yang menjadi pemicu kanker saluran empedu yang dialami Thea:

  • Faktor Genetik atau Bawaan Lahir:

    • Thea memiliki riwayat operasi kista hati dan bypass usus pada usia 3 tahun.
    • Ia juga sering menjalani operasi pengangkatan tumor jinak di payudara.
    • Menurut dokter, tubuhnya “seperti lahan subur untuk tumor” karena kecenderungan genetik ini.
    • Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, seorang dokter spesialis hematologi onkologi, membenarkan bahwa kasus kanker saluran empedu pada usia muda seringkali berhubungan dengan genetik atau penyakit bawaan lahir yang bisa berkembang menjadi kanker.
  • Gaya Hidup dan Pola Makan:

    • Thea mengakui jarang mengonsumsi sayur dan buah.
    • Sering mengonsumsi makanan tidak sehat seperti bakso, mi instan, dan kopi instan kemasan atau kopi kekinian (double shot, less sugar, namun kandungan susu/lemak membuat kurang minum air putih).
    • Meskipun tidak setiap hari, konsumsi bakso atau mi instan 3-4 kali seminggu bisa menjadi pemicu bagi tubuhnya yang memiliki kecenderungan genetik.

Pesan Inspiratif dari Thea

Kisah wanita Samarinda kena kanker saluran empedu ini adalah bukti nyata kekuatan semangat manusia. Meskipun perjalanan melawan kanker stadium 4 ini tidak mudah, Thea terus berjuang dan membagikan kisahnya untuk meningkatkan kesadaran.

“Satu hal yang penting, jangan pernah berhenti berjuang, sekalipun perjalanan ini terasa berat. Jangan menyerah di tengah jalan. Teruslah berdoa dan berharap, karena Tuhan akan memberi kekuatan untuk melewati badai yang besar ini,” pesan Thea.

Semoga cerita Thea ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan, tidak menyepelekan gejala-gejala kecil, dan selalu berjuang menghadapi setiap tantangan hidup.