Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola Indonesia belakangan ini kerap diwarnai dengan sebuah paradoks menarik. Di satu sisi, kita melihat optimisme besar dengan kehadiran para pemain berkualitas, termasuk jebolan tim nasional maupun bintang-bintang naturalisasi. Namun, di sisi lain, ada juga catatan kekalahan beruntun yang cukup mengejutkan, baik di level klub maupun tim nasional. Mengapa hal ini bisa terjadi? Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena tersebut, mencari tahu akar masalahnya, dan apa dampaknya bagi perkembangan sepak bola tanah air.
Sejumlah pemain tim nasional Indonesia yang memperkuat klub-klub Liga 1 justru tak mampu membendung tren kekalahan beruntun, menimbulkan pertanyaan serius tentang performa sepak bola nasional.
Dewa United: Bintang Timnas Tak Jamin Kemenangan di Liga Domestik
Mari kita soroti kasus Dewa United. Klub berjuluk “Banten Warriors” ini memulai Super League 2025-2026 dengan hasil yang kurang memuaskan. Bayangkan, sebuah tim yang diperkuat banyak pemain Timnas Indonesia seperti Wahyu Prasetyo, Stefano Lilipaly, Rafael Struick, Egy Maulana Vikri, Ricky Kambuaya, Edo Febriansyah, dan Septian Bagaskara, justru menelan dua kekalahan beruntun di awal musim.
Pada laga pembuka (9/8/2025), Dewa United takluk 1-3 dari Malut United di kandang sendiri, Banten International Stadium. Seminggu kemudian (15/8/2025), mereka kembali gigit jari setelah kalah 0-2 dari Semen Padang saat bertandang ke Stadion H. Agus Salim. Pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink, bahkan mengaku terkejut. “Setelah dua kali kalah, ini jauh dari apa yang saya bayangkan,” ujarnya, menambahkan bahwa performa pramusim mereka sebenarnya menjanjikan. Ekspektasi tinggi yang disematkan pada tim bertubuh pemain bintang ini seolah tak berbanding lurus dengan hasil di lapangan.
Tantangan Timnas U-23 dan Senior: Kualitas dan Konsistensi Jadi Sorotan
Fenomena kekalahan beruntun ini tidak hanya dialami klub, tetapi juga Timnas Indonesia di berbagai level usia.
Timnas U-23: Kandas di Tengah Harapan Tinggi
Timnas Indonesia U-23 juga merasakan pahitnya kekalahan. Di final Piala AFF U-23 2025, skuad Garuda Muda harus mengakui keunggulan Vietnam U-23 dengan skor tipis 0-1. Padahal, mereka tampil agresif dan mendominasi. Analisis menunjukkan beberapa faktor menjadi biang kekalahan, antara lain:
- Lemahnya Penyelesaian Akhir: Banyak peluang tercipta, namun gagal dikonversi menjadi gol.
- Permainan Monoton: Ketergantungan pada skema tertentu, seperti lemparan dalam Robi Darwis, mudah dibaca lawan.
- Kesalahan Mendasar: Umpan yang mudah dipotong atau aksi individu yang berujung terbuang percuma.
- Minim Kreativitas: Perubahan strategi atau pergantian pemain kurang memberikan dampak instan.
Jauh sebelumnya, di Kualifikasi Piala Asia U-23 2019, Timnas U-23 bahkan gagal mencetak satu gol pun dan tersingkir setelah kekalahan beruntun dari Thailand (0-4) dan Vietnam (0-1), meskipun saat itu diperkuat Egy Maulana Vikri. Pelatih Indra Sjafri saat itu mengakui, “game plan kami sangat baik, 90 persen berjalan baik, pergantian pemain juga baik, tapi sayang, itulah sepak bola.”
Timnas Senior: Pelajaran Pahit dari Jepang dan Tantangan ke Depan
Timnas Indonesia senior pun tak luput dari evaluasi. Kekalahan 0-4 dari Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 15 November lalu, terasa menyakitkan. Ini menambah daftar panjang hasil kurang memuaskan melawan tim kuat Asia, termasuk kekalahan 1-3 di Piala Asia 2023.
Kehadiran pemain naturalisasi yang merumput di Eropa seperti Jay Idzes, Thom Haye, Mees Hilgers, dan Calvin Verdonk, memang meningkatkan kualitas individu. Namun, seperti yang diungkapkan, “kualitas pemain Indonesia masih belum mampu menghukum Jepang.” Kesalahan elementer, seperti kesalahan passing Maarten Paes yang berujung gol, atau kelengahan barisan pertahanan, langsung dihukum oleh tim sekelas Jepang.
Jepang, dengan sejarah panjang pemainnya di liga top Eropa, menunjukkan bahwa kualitas tim tidak hanya dibangun dalam semalam. Ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia. Thom Haye optimis, “jika intensitas permainan seperti 30 menit pertama melawan Jepang dipertahankan lebih lama melawan Arab Saudi, situasi baik akan berpihak pada skuad Garuda…” Ini menunjukkan bahwa konsistensi dan kemampuan memanfaatkan peluang menjadi kunci.
Mengapa Pemain Bintang Belum Cukup? Analisis Mendalam
Fenomena kekalahan beruntun ini, meskipun tim diperkuat banyak pemain Timnas Indonesia dan naturalisasi, menggarisbawahi beberapa poin penting:
- Sinergi dan Kimia Tim: Sepak bola adalah olahraga tim. Banyaknya individu berbakat tidak otomatis menciptakan tim yang solid jika sinergi dan kimia antar pemain belum terbangun optimal.
- Adaptasi dan Ekspektasi: Pemain naturalisasi atau yang baru bergabung memerlukan waktu adaptasi. Ekspektasi publik yang terlalu tinggi juga bisa menjadi beban psikologis.
- Kualitas Liga vs. Internasional: Kesenjangan kualitas antara liga domestik dan level kompetisi internasional tertinggi masih menjadi pekerjaan rumah. Pemain perlu terbiasa dengan intensitas dan kecepatan permainan yang lebih tinggi.
- Mentalitas Bertanding: Kemampuan menjaga konsistensi, fokus penuh selama 90 menit, dan mengatasi tekanan di momen krusial masih perlu diasah.
- Strategi dan Taktik: Pelatih memiliki peran krusial dalam meramu strategi yang tepat dan melakukan penyesuaian di lapangan.
Melihat ke Depan: Evaluasi Menyeluruh dan Harapan Baru
Kekalahan beruntun yang dialami tim-tim diperkuat banyak pemain Timnas Indonesia ini seharusnya menjadi cermin dan motivasi. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, senantiasa mengucapkan terima kasih kepada para suporter atas dukungan tak henti, dan menegaskan fokus pada persiapan tim.
Ini bukan hanya tentang mencari siapa yang salah, tetapi lebih kepada evaluasi menyeluruh. Pengembangan sepak bola nasional harus holistik, tidak hanya mengandalkan talenta individu atau naturalisasi semata. Pembinaan usia dini, kualitas liga, mentalitas pemain, hingga strategi pelatih, semuanya harus berjalan seiring. Dengan pembelajaran dari setiap kekalahan, dan dukungan tak putus dari seluruh elemen sepak bola, kita berharap fenomena ini akan berubah menjadi deretan kemenangan yang membanggakan. Mari terus dukung sepak bola Indonesia!