Halo pembaca setia! Anda pasti ingin tahu kabar terbaru seputar kesehatan di sekitar kita, terutama yang menyangkut penyakit yang sering muncul saat musim hujan. Nah, ada kabar penting dari Tanjungpinang. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota ini sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Artikel ini akan membahas secara tuntas mengapa kasus DBD bisa melonjak, apa saja langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, serta yang tak kalah penting: bagaimana peran Anda sebagai warga dalam mencegah penyakit ini. Dengan membaca artikel ini sampai tuntas, Anda akan punya bekal informasi lengkap untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman DBD. Yuk, kita simak!
Kasus DBD di Tanjungpinang Melonjak: Berapa Angkanya?
Dalam sebulan terakhir, Kota Tanjungpinang menghadapi lonjakan kasus DBD yang cukup mengkhawatirkan. Menurut data dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes Dalduk dan KB) Kota Tanjungpinang, hingga 25 Juni 2025, tercatat ada 40 kasus baru DBD. Angka ini naik dari bulan sebelumnya, Mei 2025, yang mencatat 32 kasus.
Peningkatan ini bukan tanpa alasan. Kepala Dinkes Dalduk dan KB Tanjungpinang, Rustam, mengungkapkan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan menunjukkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di beberapa lokasi hanya sekitar 50 persen.
“Dari hasil penyelidikan epidemiologi, kami temukan Angka Bebas Jentik (ABJ) di lokasi kasus hanya sekitar 50 persen. Padahal, standar minimalnya 95 persen. Ini artinya lingkungan masih banyak tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk,” jelas Rustam pada Kamis (26/6/2025).
Artinya, masih banyak sekali tempat-tempat di lingkungan kita yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, si pembawa virus DBD. Kondisi cuaca, terutama musim penghujan yang menciptakan banyak genangan air, menjadi faktor utama penyebab nyamuk mudah berkembang biak.
Sebagai contoh, di awal tahun 2025 saja, kasus DBD di Tanjungpinang sudah menunjukkan tren peningkatan. Pada Januari 2025 tercatat 20 kasus, naik 60 persen dibandingkan Januari 2024 yang hanya 12 kasus. Bahkan, total kasus dari Januari hingga Februari 2025 sudah mencapai 23 kasus, dengan Kelurahan Pinang Kencana menjadi wilayah dengan kasus terbanyak.
Strategi Cepat Dinkes: Fogging dan Abatisasi Digencarkan
Melihat kondisi ini, Dinkes Tanjungpinang tidak tinggal diam. Berbagai langkah cepat dan terkoordinasi langsung diambil untuk memutus rantai penularan.
-
Fogging (Pengasapan):
Ini adalah langkah yang paling sering kita dengar. Dinkes bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Balai Karantina Kesehatan (BKK) melakukan penyemprotan atau fogging di wilayah-wilayah yang paling terdampak. Salah satu prioritas utama adalah Kelurahan Kampung Bugis, di mana lima kasus DBD ditemukan dalam waktu berdekatan.
Fogging ini bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang sudah terinfeksi dan berkeliaran, sehingga penularan virus dapat dihentikan. Namun, perlu diingat, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya. -
Abatisasi Selektif:
Selain fogging, Dinkes juga melakukan abatisasi selektif. Apa itu? Abatisasi adalah penaburan larvasida (bubuk abate) di tempat-tempat penampungan air, terutama yang sulit dibersihkan secara rutin. Langkah ini sangat penting untuk menghambat siklus hidup nyamuk sejak fase jentik, sebelum mereka sempat menjadi nyamuk dewasa.
Kegiatan-kegiatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menanggulangi DBD. Namun, keberhasilan ini tidak akan maksimal tanpa peran aktif masyarakat.
Peran Penting Masyarakat: Gerakan 3M Plus untuk Cegah DBD
Rustam menegaskan bahwa pengendalian DBD tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kesadaran dan kebersihan lingkungan di tingkat rumah tangga sangat menentukan.
“Pengendalian DBD tak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kesadaran dan kebersihan lingkungan di tingkat rumah tangga sangat menentukan,” tegas Rustam.
Masyarakat diajak untuk aktif melaksanakan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menerapkan 3M Plus:
- Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, atau tempat minum hewan peliharaan secara rutin (minimal seminggu sekali).
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
- Mendaur Ulang atau memanfaatkan kembali barang-barang bekas yang bisa menampung air (seperti ban bekas, kaleng, botol) agar tidak menjadi sarang nyamuk.
- Plus, beberapa tindakan tambahan seperti:
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam.
- Memakai kelambu saat tidur.
- Memakai obat anti nyamuk.
- Mengatur cahaya dan ventilasi rumah.
Prinsipnya sederhana: “Tidak ada jentik maka tidak ada nyamuk, tidak ada nyamuk maka tidak ada DBD.” Jadi, mari kita jadikan kebersihan lingkungan sebagai gaya hidup.
Waspada Gejala DBD: Kapan Harus ke Dokter?
Penting sekali bagi kita untuk mengenali gejala DBD agar bisa ditangani sejak dini. Jangan sampai terlambat! Berikut beberapa gejala yang perlu Anda waspadai:
- Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 38-40 derajat Celcius) yang berlangsung 2-7 hari.
- Nyeri kepala yang hebat.
- Nyeri di belakang bola mata.
- Nyeri sendi dan otot (sering disebut breakbone fever).
- Mual dan muntah.
- Nafsu makan menurun.
- Muncul bintik-bintik merah di kulit (ruam).
- Pada kasus parah, bisa terjadi perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, muntah darah, atau BAB berdarah.
- Tanda syok: kaki dan tangan dingin, kulit lembap, dan penderita gelisah.
“Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika gejala tersebut muncul agar bisa ditangani sejak dini,” tutup Rustam.
Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala di atas, jangan tunda! Segera periksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Penanganan yang cepat dan tepat bisa sangat membantu proses penyembuhan dan mencegah kondisi memburuk.
Kesimpulan
Peningkatan kasus DBD di Tanjungpinang adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Dinkes Tanjungpinang telah melakukan langkah-langkah responsif seperti fogging dan abatisasi. Namun, kunci utama pencegahan tetap ada di tangan kita, masyarakat.
Mari bersama-sama aktif menerapkan Gerakan 3M Plus di rumah dan lingkungan sekitar. Dengan kebersihan yang terjaga, kita tidak hanya mencegah DBD, tetapi juga menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan nyaman bagi kita semua. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati!
FAQ
Tentu, ini dia bagian FAQ yang relevan dan optimal untuk Google Snippet berdasarkan artikel tersebut:
Tanya: Berapa jumlah kasus DBD di Tanjungpinang saat ini?
Jawab: Hingga 25 Juni 2025, tercatat ada 40 kasus baru DBD di Tanjungpinang. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 32 kasus.
Tanya: Mengapa kasus DBD di Tanjungpinang meningkat?
Jawab: Peningkatan kasus DBD disebabkan oleh rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) di beberapa lokasi, yang hanya mencapai sekitar 50 persen. Hal ini mengindikasikan masih banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Tanya: Apa yang dilakukan Dinkes Tanjungpinang terkait lonjakan kasus DBD?
Jawab: Dinas Kesehatan Tanjungpinang sigap menggelar fogging (pengasapan) di lokasi-lokasi yang teridentifikasi memiliki kasus DBD. Mereka juga terus melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memantau perkembangan penyakit.
Tanya: Bagaimana cara mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue?
Jawab: Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk dengan gerakan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, mendaur ulang, serta menghindari gigitan nyamuk. Warga diminta aktif menjaga kebersihan lingkungan sekitar.