Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa yang tak kenal Justin Hubner? Bek tangguh Timnas Indonesia ini, selain piawai menjaga pertahanan, juga punya magnet luar biasa di media sosial. Bayangkan, jumlah pengikut Instagram-nya mencapai jutaan! Namun, ada satu pernyataan menarik dari Hubner yang mungkin bikin kita semua tertegun: baginya, jutaan pengikut itu tak ada gunanya di lapangan hijau. Lantas, mengapa ia berucap demikian? Mari kita selami lebih dalam pandangan sang bek muda ini.
Justin Hubner tegaskan popularitas jutaan pengikut medsos tak berkorelasi dengan performa di lapangan hijau, fokus buktikan diri di Fortuna Sittard.
Popularitas Melejit, Fokus Tetap ke Lapangan
Nama Justin Hubner semakin mencuat setelah kiprahnya bersama Timnas Indonesia. Dari yang tadinya hanya memiliki ribuan pengikut, kini akun Instagram-nya dipadati lebih dari 3,8 juta followers—angka yang jauh melampaui klub barunya, Fortuna Sittard, di mana ia baru saja bergabung. Popularitas ini tentu saja menyenangkan, bahkan rekan-rekan setimnya di Wolves dulu sampai bercanda ingin dinaturalisasi demi followers!
Namun, bagi Hubner, euforia dunia maya ini tak boleh membuatnya terlena. Ia punya pandangan yang realistis dan tegas. “Kita tidak bisa membeli apa pun dengan para pengikut itu,” ujar Justin Hubner dalam sebuah wawancara dengan media Belanda, ESPN.nl, sambil tertawa.
Ambisi di Fortuna Sittard: Bukan Sekadar Bintang Medsos
Kepindahan Justin Hubner ke Fortuna Sittard pada 29 Juli 2025 lalu menandai babak baru dalam kariernya di sepak bola Eropa. Setelah sempat membela Wolverhampton Wanderers di Inggris dan dipinjamkan ke Cerezo Osaka di Jepang, kini ia kembali ke Belanda, tempat ia tumbuh di akademi Willem II dan Brabant United.
Pemain berusia 21 tahun ini sudah melakoni debut pertamanya bersama Fortuna Sittard dalam pertandingan persahabatan melawan Bayer Leverkusen. Ini adalah langkah awal pembuktian dirinya di kasta tertinggi Liga Belanda, Eredivisie.
Justin Hubner sangat menyadari bahwa popularitas media sosial tidak sejalan dengan performa di lapangan. “Begitu kita di lapangan, para pengikut itu tidak berguna,” tegasnya. Baginya, angka di media sosial hanyalah pelengkap, bukan penentu kesuksesan seorang pesepak bola.
Ia ingin dikenal karena kualitas dan dedikasinya di atas rumput hijau, bukan karena viral atau jumlah likes. “Sekarang saya masih harus membuktikan diri di Belanda dan Eropa, bahwa saya akan menjadi pemain hebat di sini,” tandasnya. Ini adalah ambisi yang jelas: menjadi pemain sepak bola Eropa yang diakui, bukan sekadar selebritas Instagram.
Pelajaran dari Justin Hubner: Fokus pada Esensi
Pernyataan Justin Hubner ini menjadi pengingat penting bagi kita semua, terutama di era digital ini. Terkadang, kita terlalu terpaku pada angka-angka di media sosial—jumlah pengikut, likes, atau views—seolah-olah itu adalah tolok ukur kesuksesan. Padahal, esensi dari sebuah profesi atau passion jauh lebih penting.
Bagi Hubner, esensi seorang pesepak bola adalah kemampuannya bermain, kontribusinya di tim, dan bagaimana ia membuktikan diri di setiap pertandingan. Jutaan pengikut mungkin memberinya sorotan, tapi tidak akan mencetak gol, menghentikan lawan, atau memenangkan pertandingan. Hanya kerja keras, disiplin, dan kualitas di lapangan yang bisa melakukannya.
Ini adalah mentalitas seorang profesional sejati yang patut dicontoh. Di tengah gemerlap dunia maya, Justin Hubner tetap membumi dan fokus pada tujuan utamanya: menjadi pemain sepak bola yang hebat di level tertinggi.
Kesimpulan
Kisah Justin Hubner menunjukkan bahwa ketenaran di media sosial adalah bonus, bukan tujuan utama. Dengan jutaan pengikut di Instagram, ia bisa saja terlena, namun ia memilih untuk tetap rendah hati dan berambisi besar di lapangan hijau. Bek Timnas Indonesia ini membuktikan bahwa kualitas, kerja keras, dan pembuktian diri adalah mata uang paling berharga dalam sepak bola. Mari kita dukung terus perjalanan Justin Hubner di Fortuna Sittard dan Eredivisie, semoga ia bisa mewujudkan mimpinya menjadi pemain besar di Eropa!