Yogyakarta, zekriansyah.com – Yogyakarta, kota budaya yang kaya akan pesona, tak hanya jadi magnet bagi wisatawan, tapi juga incaran para investor, baik lokal maupun asing. Investasi dari luar negeri ini penting banget lho, karena bisa menggerakkan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja, dan membawa teknologi baru. Nah, bagaimana sih peran Amerika Serikat (AS) dalam kancah investasi asing di Yogyakarta? Yuk, kita bedah bersama!
Ilustrasi: Jalanan ramai Yogyakarta menjadi saksi bisu mengalirnya investasi asing, dengan Amerika Serikat memegang peran kunci dalam dinamika ekonomi kota budaya.
Membaca artikel ini, Anda akan memahami bagaimana peta investasi asing di Yogyakarta berubah dari waktu ke waktu, siapa saja pemain utamanya selain AS, dan sektor-sektor apa yang paling diminati. Siap-siap untuk dapat wawasan baru!
Amerika Serikat Pernah Jadi Jawara Investasi di Yogyakarta
Pada tahun 2012, Amerika Serikat sempat menjadi negara dengan investasi asing terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) DIY kala itu menunjukkan, investasi dari Negeri Paman Sam mencapai sekitar US$ 71 juta, atau setara Rp 351 miliar (kurs kala itu).
Uang sebanyak itu digelontorkan untuk mendanai pabrik lampu GE (General Electric) Lighting, yang dikenal sebagai Sibalek. Dominikus Supratikno, Kepala BKPM DIY saat itu, menyatakan bahwa tahun 2012 adalah “tahun investasi” karena banyak investor asing gencar menanamkan modal di Yogyakarta.
Selain AS, beberapa negara lain juga ikut menanamkan modalnya di DIY pada periode tersebut, dengan fokus pada sektor-sektor yang berbeda:
- Singapura: US$ 38 juta (Rp 256 miliar), di sektor tekstil (sarung tangan), industri rambut palsu, dan kerajinan/mebel.
- Malaysia: Rp 586 miliar, di sektor tekstil, industri rambut palsu, dan kerajinan/mebel.
- Korea Selatan: US$ 6 juta (Rp 57 miliar), di sektor tekstil dan mulai tertarik pengadaan air bersih.
- Belgia: US$ 63 juta (Rp 250 miliar), di sektor tekstil, industri rambut palsu, dan kerajinan/mebel.
- Australia: US$ 3 juta (Rp 350 miliar), di sektor tekstil, industri rambut palsu, dan kerajinan/mebel.
Menariknya, kala itu ada juga perusahaan Jerman yang tertarik mengelola sampah di DIY, serta beberapa negara, termasuk Italia, yang ingin berinvestasi di pembangunan bandara baru.
Tren Investasi Bergeser: Siapa Investor Terbesar Yogyakarta Kini?
Waktu terus berjalan, dan peta investasi pun ikut berubah. Data terbaru dari Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) DIY untuk Semester I 2019 menunjukkan pergeseran signifikan. Amerika Serikat tidak lagi masuk dalam daftar 5 besar investor asing terbesar di Yogyakarta.
Berikut adalah daftar 5 negara dengan nilai investasi asing terbesar di DIY pada Semester I 2019:
Peringkat | Negara Asal Investor | Persentase Total PMA (%) | Nilai Investasi (Miliar Rupiah) | Sektor Utama |
---|---|---|---|---|
1 | Malaysia | 26.1 | Rp 34 | Transportasi, Gudang, Telekomunikasi |
2 | Cayman Islands | 23.1 | Rp 30 | Perumahan, Kawasan Industri, Perkantoran, Jasa |
3 | Korea Selatan | 20.8 | (Tidak disebutkan) | Industri Tekstil |
4 | Jepang | 11.1 | (Tidak disebutkan) | Perumahan, Industri, Perkantoran, Jasa |
5 | Italia | 8.6 | (Tidak disebutkan) | Pertambangan |
Kepala DPPM DIY, Arief Hidayat, menjelaskan bahwa masuknya Cayman Islands, yang dikenal sebagai “surga pajak”, dalam daftar ini tidak berarti modalnya berasal dari sana. Kemungkinan besar, modal tersebut adalah milik warga negara asing lain yang memanfaatkan kemudahan berinvestasi di Cayman Islands.
Meski investasi asing (PMA) terus masuk, nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di DIY jauh lebih besar. Pada Semester I 2019, PMDN mencapai Rp 1,97 triliun, yang sebagian besar disumbang oleh pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo senilai Rp 1,6 triliun.
Daya Tarik Yogyakarta di Mata Investor Asing
Meskipun daftar investor utama bergeser, Yogyakarta tetap memiliki daya tarik kuat bagi penanaman modal asing. Salah satu sektor yang makin dilirik adalah industri kreatif dan pariwisahan.
Tom Lembong, Juru Bicara 20-20 Investment Association (kelompok investor global), pada tahun 2014 pernah menyebutkan:
“Industri kreatif dan pariwisata tumbuh dengan grafik yang cemerlang di Yogyakarta. Perusahaan game developer top dunia semacam Gameloft saja berani membuka kantornya di Yogyakarta.”
Ini menunjukkan bahwa ketersediaan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Yogyakarta sangat mumpuni. Banyak programmer dan peretas sistem handal berasal dari kota ini. Selain itu, sistem perizinan yang relatif mudah serta faktor keamanan dan keselamatan yang kondusif juga menjadi nilai tambah bagi investor.
Gameloft Indonesia, misalnya, telah menanamkan modal senilai US$ 1 juta untuk membuka kantor cabangnya di Yogyakarta, membuktikan potensi besar di luar Bali dan Jakarta yang selama ini menjadi pusat perhatian investor.
Amerika Serikat di Peta Investasi Nasional: Tetap Jadi Kekuatan Penting
Meski tidak lagi menjadi investor asing terbesar di Yogyakarta pada data terkini, Amerika Serikat tetap menjadi pemain penting dalam kancah investasi nasional di Indonesia. Data Kementerian Investasi/BKPM secara konsisten menempatkan AS di jajaran 5 atau 6 besar negara investor terbesar di Indonesia.
Sebagai gambaran:
- Kuartal II 2022: AS berada di posisi kelima dengan realisasi PMA sebesar US$ 0,8 miliar.
- Semester I 2023: AS menjadi negara kelima terbesar dengan investasi senilai US$ 1,6 miliar.
- Semester I 2024: AS menempati peringkat keempat dengan nilai investasi US$ 2 miliar, atau setara sekitar Rp 32,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.250 per dollar AS).
Secara nasional, investasi AS banyak mengalir ke sektor-sektor seperti industri logam dasar, pertambangan, serta transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Keberadaan investasi AS ini juga terkait dengan proyek-proyek besar seperti peleburan Freeport dan proyek Air Product di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
Pemerintah Indonesia sendiri terus berupaya menarik investasi asing dengan berbagai reformasi. Presiden Joko Widodo pada 2016 pernah menjamin kemudahan perizinan dan iklim investasi yang lebih ramah bagi dunia usaha. Namun, tantangan seperti kepastian hukum dan konsistensi putusan peradilan masih perlu terus diperbaiki untuk menarik lebih banyak modal.
Kesimpulan
Dinamika investasi asing di Yogyakarta menunjukkan perubahan yang menarik. Dari dominasi Amerika Serikat di tahun 2012, kini muncul pemain-pemain baru seperti Malaysia dan bahkan Cayman Islands yang menjadi penyumbang modal terbesar. Namun, daya tarik Yogyakarta yang unik, terutama di sektor industri kreatif dan pariwisata dengan SDM berkualitas, tetap menjadi magnet kuat bagi investor global.
Secara nasional, Amerika Serikat tetap merupakan salah satu investor terbesar dan paling konsisten di Indonesia, menunjukkan kepercayaan global terhadap stabilitas ekonomi dan potensi pertumbuhan Tanah Air. Terus berinvestasinya negara-negara ini adalah sinyal positif bagi perekonomian kita, membuka pintu bagi lebih banyak lapangan kerja dan kemajuan.
FAQ
Tanya: Negara mana saja selain Amerika Serikat yang tercatat melakukan investasi di Yogyakarta pada tahun 2012?
Jawab: Selain Amerika Serikat, Singapura juga tercatat melakukan investasi di Yogyakarta pada tahun 2012 dengan nilai mencapai US$ 38 juta. Investasi Singapura tersebut difokuskan pada sektor tekstil.
Tanya: Berapa nilai investasi Amerika Serikat di Yogyakarta pada tahun 2012 dan untuk sektor apa?
Jawab: Pada tahun 2012, Amerika Serikat menginvestasikan sekitar US$ 71 juta di Yogyakarta, yang digunakan untuk mendanai pabrik lampu GE Lighting (Sibalek).
Tanya: Mengapa investasi asing dianggap penting bagi Yogyakarta?
Jawab: Investasi asing penting bagi Yogyakarta karena dapat menggerakkan ekonomi daerah, membuka lapangan kerja baru, dan membawa masuk teknologi baru.