Drama di ASEAN U23 Championship: Hokky Caraka Layangkan Somasi, Media Sosial Jadi Sorotan!

Dipublikasikan 22 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Di tengah panasnya persaingan ASEAN U23 Championship 2025, ada cerita lain yang tak kalah menyita perhatian. Bukan soal adu taktik di lapangan hijau, melainkan drama yang melibatkan striker Timnas U23 Indonesia, Hokky Caraka, dan jagat media sosial. Kejadian ini menjadi pengingat penting tentang batasan kritik dan dampaknya pada mental atlet. Yuk, kita bedah lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kasus Hokky Caraka layangkan somasi ini.

Drama di ASEAN U23 Championship: Hokky Caraka Layangkan Somasi, Media Sosial Jadi Sorotan!

Hokky Caraka layangkan somasi terhadap akun media sosial yang diduga melakukan perundungan daring terkait penampilannya di ASEAN U23 Championship 2025, menyoroti maraknya ujaran kebencian terhadap atlet.

Ketika Kritik Berubah Jadi Pelecehan: Awal Mula Somasi Hokky Caraka

Perjalanan Timnas U23 Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025 memang penuh tantangan. Sayangnya, bagi Hokky Caraka, tantangan itu tidak hanya datang dari lawan di lapangan. Setelah bermain dua kali di babak penyisihan Grup A dan belum berhasil mencetak gol atau assist, khususnya saat laga imbang 0-0 melawan Malaysia, gelombang kritik menerpa dirinya.

Awalnya, kritik terhadap performa adalah hal biasa dalam dunia sepak bola. Namun, yang terjadi pada Hokky Caraka berbeda. Beberapa komentar dari netizen di akun Instagram pribadinya justru berubah menjadi penghinaan dan pelecehan yang sangat menyakitkan. Bahkan, ada komentar yang bernada kasar dan seksual. Merasa dirugikan secara personal, Hokky Caraka bersama kekasihnya, Jessica Rosmaureena, memutuskan untuk mengambil langkah tegas.

Pada Selasa (22/7), melalui unggahan di akun Instagram pribadinya (@hokkycaraka_), Hokky mengumumkan bahwa ia telah **melayangkan somasi terbuka** kepada lima akun Instagram yang dinilai telah keterlaluan: @fhdiarya, @antoniusadji, @jokojoko1988, @xwidiyanto, dan @royprayoga_20.

Dalam surat somasi tersebut, Hokky tidak main-main. Ia memberikan tenggat waktu 1×24 jam bagi kelima akun tersebut untuk menyampaikan permintaan maaf secara langsung. Jika tidak ada respons positif, kasus ini akan dibawa ke jalur hukum yang lebih serius, yakni laporan pidana ke pihak kepolisian. Ini adalah sinyal jelas bahwa cyberbullying tidak bisa lagi dianggap remeh.

Sorotan Pengamat Sepak Bola: Pentingnya Fokus dan Peran Manajemen

Situasi yang dialami Hokky Caraka ini sontak menjadi perbincangan hangat. Pengamat sepak bola nasional, Kesit B Handoyo, turut angkat bicara. Ia menyoroti pentingnya menjaga mentalitas pemain, terutama saat mereka sedang mengemban tugas negara di ajang sekompetitif ASEAN U23 Championship.

“Ya menurut saya kalau pemain sudah masuk ke dalam pemusatan latihan atau pertandingan resmi ya sebaiknya menghindari bermain media sosial. Lebih baik fokus untuk menghadapi pertandingan yang sudah dan akan berlangsung,” ujar Kesit.

Menurut Kesit, tekanan dari media sosial bisa menjadi racun tak terlihat yang mengganggu performa pemain. Komentar negatif bisa merusak konsentrasi dan pikiran pemain di tengah persiapan serius menghadapi lawan-lawan tangguh.

Oleh karena itu, ia berharap manajemen Timnas U23 Indonesia bisa mengambil peran lebih besar untuk melindungi para pemain dari potensi gangguan semacam ini. “Kalau pada saat pemusatan latihan dan event biasanya manajemen timnas atau federasi bisa mengimbau dan bisa juga melarang pemain untuk aktif menggunakan media sosial,” tambahnya. Tujuannya jelas, menghindari ocehan yang justru melemahkan dan mengganggu fokus.

Hak Hokky Caraka untuk Membela Diri

Meskipun demikian, Kesit B Handoyo tidak serta-merta menyalahkan keputusan Hokky Caraka untuk menempuh jalur hukum. Sebagai warga negara, Hokky berhak membela diri jika merasa dirugikan secara personal.

“Kalau soal Hokky melakukan somasi ya itu boleh-boleh saja sebagai warga negara kalau dia merasa dirinya tidak terima di- bully dan dihina. Itu hak dia sebagai warga negara untuk melakukan somasi. Silakan, itu menjadi urusannya dia,” pungkas Kesit.

Langkah ini juga mendapat banyak dukungan dari publik, yang melihatnya sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya komentar destruktif di media sosial yang kerap tak terbendung. Kritik terhadap performa boleh saja, namun menyerang kehidupan pribadi atau menggunakan bahasa melecehkan jelas-jelas melanggar batas.

Pelajaran Penting dari Drama ini

Kasus Hokky Caraka layangkan somasi ini menjadi pengingat bagi kita semua, baik sebagai netizen maupun penggemar sepak bola. Kritik memang bagian dari olahraga, tapi ada batasan yang harus dijaga. Ujaran kebencian dan pelecehan di media sosial bukan hanya berdampak pada mental atlet, tapi juga mencoreng nilai-nilai sportivitas.

Mari kita dukung Timnas Indonesia dengan cara yang positif dan konstruktif. Ingat, di balik seragam kebanggaan, ada manusia dengan perasaan yang juga butuh dukungan, bukan cacian. Semoga drama ini membuka mata kita semua untuk lebih bijak dalam berselancar di dunia maya, demi lingkungan yang lebih sehat bagi semua, termasuk para pahlawan olahraga kita di ASEAN U23 Championship.