Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola selalu dipenuhi talenta-talenta muda yang menjanjikan, dan di antara mereka, nama Gavi serta Lamine Yamal dari Barcelona sering kali disebut-sebut. Kedua wonderkid ini telah memukau banyak orang dengan penampilan mereka yang luar biasa di usia yang sangat muda. Namun, di tengah gemuruh pujian dan harapan besar, pertanyaan besar sering muncul: mengapa mereka belum berhasil meraih Ballon d’Or? Mari kita selami lebih dalam tantangan dan peluang mereka di kancah penghargaan paling bergengsi ini.
Bintang Muda Barcelona: Tantangan Meraih Ballon d’Or
Baik Gavi maupun Lamine Yamal adalah permata dari akademi La Masia Barcelona, yang terkenal melahirkan talenta-talenta istimewa. Keduanya telah menunjukkan performa yang jauh di atas rata-rata pemain seusia mereka, bahkan menjadi pilar penting bagi tim utama Barcelona. Namun, Ballon d’Or adalah puncak pengakuan individu, dan untuk meraihnya, dibutuhkan lebih dari sekadar bakat.
Lamine Yamal: Sensasi Remaja dengan Potensi Tak Terbatas
Lamine Yamal, di usianya yang baru 17 tahun, telah menjelma menjadi sorotan utama di Eropa. Ia memecahkan rekor demi rekor sebagai pemain termuda yang debut, mencetak gol di La Liga, Liga Champions, bahkan El Clasico. Musim 2024/2025 menjadi panggung gemilangnya, di mana ia berkontribusi besar dalam keberhasilan Barcelona meraih tiga trofi domestik: La Liga, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol. Catatan impresifnya dengan 18 gol dan 25 assist dari 55 laga di semua ajang menunjukkan betapa krusialnya perannya.
Meski demikian, untuk meraih Ballon d’Or, seorang pemain biasanya membutuhkan kombinasi performa individu yang fenomenal dan kesuksesan kolektif di kompetisi paling elite, seperti Liga Champions atau turnamen internasional besar (Piala Dunia/Euro). Barcelona, meskipun meraih sukses domestik, belum mencapai final Liga Champions dalam satu dekade terakhir (meskipun sempat mendekati di semifinal 2024/2025). Ini menjadi salah satu faktor mengapa Yamal, meski dijagokan, belum bisa melenggang mudah untuk Ballon d’Or 2025.
Gavi: Sang Gelandang Enerjik dan Dukungan Penuh
Gavi sendiri adalah gelandang energik yang telah membuktikan kualitasnya di lini tengah Barcelona. Ia dikenal dengan visi bermain, umpan akurat, dan kemampuan mengontrol tempo permainan. Gavi juga sangat yakin bahwa rekan setimnya, Lamine Yamal, pada akhirnya akan memenangkan penghargaan tersebut. “Saya yakin jika ia tidak memenangkan Ballon d’Or tahun ini, ia akan memenangkan banyak trofi di masa mendatang,” ujar Gavi, seperti dikutip dari Diario AS.
Pernyataan Gavi ini menunjukkan betapa besar harapan yang disematkan pada Yamal, sekaligus mengakui bahwa persaingan untuk Ballon d’Or 2025 sangat ketat. Gavi sendiri, meskipun pernah memenangkan Kopa Trophy (penghargaan untuk pemain muda terbaik), belum masuk dalam daftar teratas kandidat Ballon d’Or utama, terutama setelah cedera ACL yang membuatnya absen cukup lama. Ini menunjukkan bahwa konsistensi dan bebas cedera juga menjadi kunci penting.
Persaingan Ketat di Panggung Ballon d’Or 2025
Gavi dan Lamine Yamal gagal menang Ballon d’Or saat ini bukan karena kurangnya bakat, tetapi lebih karena ketatnya persaingan dan kriteria penilaian yang kompleks. Penghargaan ini sangat bergantung pada performa individu sepanjang musim, ditambah dengan pencapaian tim di ajang-ajang besar.
Berikut adalah beberapa kandidat kuat lainnya untuk Ballon d’Or 2025 yang menjadi pesaing berat bagi Yamal dan Gavi, berdasarkan berbagai power ranking:
- Ousmane Dembele (PSG): Setelah meraih gelar Ligue 1 dan performa cemerlang di Liga Champions, Dembele menjadi kandidat kuat, terutama jika PSG berhasil menjuarai Liga Champions.
- Raphinha (Barcelona): Rekan setim Yamal ini juga menunjukkan performa luar biasa, terutama setelah kedatangan Hansi Flick. Dengan 37 gol dan 25 assist serta dua gelar domestik, ia punya peluang besar.
- Mohamed Salah (Liverpool): Meskipun Liverpool tersingkir dari Liga Champions lebih awal, Salah tetap menjadi salah satu pencetak gol dan assist terbanyak di Eropa, dan membawa Liverpool juara Premier League.
- Gianluigi Donnarumma (PSG): Performa solidnya di bawah mistar gawang PSG menjadikannya kandidat langka dari posisi kiper.
- Harry Kane (Bayern Munchen): Mesin gol yang memimpin daftar top skor Bundesliga dan meraih trofi mayor pertamanya.
- Kylian Mbappe (Real Madrid): Meskipun musim pertamanya di Real Madrid belum berbuah trofi kolektif yang signifikan, performa individu Mbappe tetap mencengangkan dengan 36 gol di semua ajang.
- Robert Lewandowski (Barcelona): Di usia 36 tahun, Lewandowski tetap produktif dengan 42 gol dan 5 assist.
- Pedri (Barcelona): Pemenang Ballon d’Or 2024 (bukan Gavi), namun cedera ACL membuatnya sulit mempertahankan gelar.
Jalan Panjang Menuju Puncak: Apa yang Dibutuhkan?
Jadi, apakah Gavi dan Lamine Yamal gagal menang Ballon d’Or selamanya? Tentu saja tidak! Mereka masih sangat muda dan memiliki waktu bertahun-tahun untuk mencapai puncak karier mereka. Untuk akhirnya meraih trofi idaman ini, beberapa hal krusial yang perlu mereka perhatikan adalah:
- Konsistensi Tingkat Tinggi: Bukan hanya satu atau dua musim, tetapi performa yang stabil dan luar biasa di setiap pertandingan.
- Trofi Bergengsi: Memenangkan Liga Champions, Liga domestik, atau turnamen internasional bersama tim nasional akan sangat meningkatkan peluang mereka.
- Peran Krusial: Menjadi pemain yang benar-benar menjadi pembeda dan penentu dalam laga-laga besar.
- Menghindari Cedera: Kesehatan adalah aset paling penting bagi atlet.
Kesimpulan
Perjalanan Gavi dan Lamine Yamal di kancah sepak bola masih sangat panjang. Meskipun mereka belum berhasil meraih Ballon d’Or saat ini, potensi yang mereka miliki tak perlu diragukan lagi. Mereka adalah masa depan Barcelona dan sepak bola dunia. Dengan kerja keras, dedikasi, dan sedikit keberuntungan di kompetisi besar, impian untuk mengangkat trofi emas tersebut pasti akan menjadi kenyataan. Kita semua menantikan momen bersejarah itu!