Gatal Area Kewanitaan Bikin Tak Nyaman? Dokter Boyke Ungkap Beragam Penyebabnya dan Solusi Ampuh!

Dipublikasikan 21 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sih yang tidak pernah merasa risih dengan rasa gatal di area kewanitaan? Kondisi ini memang seringkali dianggap sepele, padahal bisa sangat mengganggu aktivitas dan kenyamanan sehari-hari. Nah, untuk memahami lebih dalam, seksolog terkenal dr. Boyke Dian Nugraha membagikan insight berharga tentang berbagai penyebab gatal area kewanitaan dan bagaimana cara mengatasinya. Yuk, kita bedah tuntas agar area intim tetap sehat dan nyaman!

Gatal Area Kewanitaan Bikin Tak Nyaman? Dokter Boyke Ungkap Beragam Penyebabnya dan Solusi Ampuh!

Dokter Boyke membeberkan berbagai penyebab umum gatal pada area kewanitaan, mulai dari infeksi hingga pentingnya menjaga kebersihan dan praktik seks aman untuk kesehatan intim.

Mengapa Area Kewanitaan Bisa Gatal? Dokter Boyke Menjelaskan

Menurut dr. Boyke, rasa gatal di area kewanitaan bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari yang ringan hingga memerlukan perhatian medis. Penting untuk mengetahui akar masalahnya agar penanganan yang diberikan tepat sasaran.

Infeksi: Jamur, Bakteri, dan IMS

Salah satu biang keladi utama adalah infeksi. Infeksi ini bisa datang dalam beberapa bentuk:

  • Infeksi Jamur: Ini adalah penyebab umum yang sering dialami wanita. dr. Boyke menjelaskan, jamur sangat suka berkembang biak di area yang lembap dan kurang bersih. Misalnya, kebiasaan malas mengganti celana dalam atau pembalut saat menstruasi bisa membuat area intim menjadi sarang jamur. Akibatnya, jamur bisa masuk ke dalam vagina, menyebabkan keputihan dan rasa gatal yang hebat.
  • Infeksi Bakteri (Vaginosis Bakteri): Selain jamur, bakteri juga bisa jadi penyebab. Terkadang, bakteri ini muncul terutama setelah berhubungan intim yang tidak sehat. dr. Boyke menekankan pentingnya menghindari seks bebas karena risiko penularan penyakit seperti gonore, sifilis, atau trikomoniasis yang bisa menyebabkan infeksi bakteri dan gatal. Infeksi bakteri juga seringkali disertai cairan berbau tidak sedap.
  • Infeksi Menular Seksual (IMS): Beberapa penyakit menular seksual seperti herpes, klamidia, trikomoniasis, dan gonore juga seringkali ditandai dengan gatal area kewanitaan. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Alergi dan Iritasi dari Produk Sehari-hari

Tahukah Anda, produk yang kita gunakan sehari-hari pun bisa memicu gatal? Area kewanitaan itu sensitif sekali, lho. dr. Boyke (dan sejalan dengan dokter lain seperti dr. Grace Hananta) menyebutkan bahwa bahan-bahan kimia yang bersifat iritatif bisa ditemukan pada:

  • Sabun kewanitaan yang mengandung pewangi
  • Tisu basah beraroma
  • Pembersih vagina
  • Pembalut atau pantyliner berparfum
  • Kondom berbahan lateks (bagi yang alergi)

Selain itu, gesekan terus-menerus dari pakaian yang terlalu ketat atau celana dalam yang tidak menyerap keringat juga bisa menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa gatal.

Perubahan Hormonal dan Kondisi Tubuh Lainnya

Faktor internal tubuh juga berpengaruh besar terhadap kesehatan area kewanitaan:

  • Saat Menstruasi: Menurut dr. Boyke, wanita lebih rentan mengalami gatal saat menstruasi. Ini karena semua hormon, baik estrogen maupun progesteron, menurun. Akibatnya, daya tahan tubuh juga ikut menurun, membuat area intim lebih mudah teriritasi atau terinfeksi.
  • Menopause: Bagi wanita yang memasuki masa menopause (biasanya usia 45-55 tahun), kadar hormon estrogen dalam tubuh berkurang. Penurunan hormon ini menyebabkan kulit vulva menjadi lebih tipis dan kering, yang kemudian menimbulkan rasa gatal.
  • Keputihan: dr. Boyke membedakan keputihan menjadi dua jenis: fisiologis (alami) dan patologis (tidak normal). Keputihan fisiologis umumnya tidak gatal, sedikit, tidak berwarna, dan tidak berbau. Namun, keputihan patologis seringkali gatal, bisa berubah warna (kehijauan/putih), berbau tidak enak, perih, atau bahkan bercampur darah. Keputihan patologis inilah yang sering menjadi tanda infeksi atau masalah kesehatan lain seperti miom atau kista.
  • Stres: dr. Boyke menjelaskan bahwa stres dapat memengaruhi siklus haid dan juga bisa memicu gatal-gatal pada kulit, termasuk area kewanitaan.

Pengaruh Makanan Tak Terduga

Mungkin terdengar aneh, tapi beberapa jenis makanan ternyata bisa memicu keputihan yang disertai gatal. dr. Boyke menyebutkan buah kesemek, daging kambing, dan seafood, terutama cumi-cumi, sebagai contoh makanan yang perlu diwaspadai jika Anda rentan mengalami keluhan ini.

Pencegahan dan Penanganan Ala Dokter Boyke

Setelah tahu berbagai penyebabnya, lantas bagaimana cara mencegah dan mengatasinya? dr. Boyke memberikan beberapa tips praktis yang bisa Anda terapkan untuk menjaga kesehatan organ intim:

  • Jaga Kebersihan Organ Intim:
    • Ceboklah dengan benar, yaitu dari arah vagina menuju anus, menggunakan air bersih yang mengalir. Hindari air yang menggenang.
    • dr. Boyke menyarankan penggunaan antiseptik herbal karena lebih aman dan jarang menimbulkan alergi. Ini membantu mengurangi risiko infeksi, terutama saat daya tahan tubuh menurun.
    • Jika sedang bepergian dan tidak ada air bersih, cukup gunakan tisu basah yang disemprot antiseptik.
  • Pakaian dan Pembalut:
    • Pilih celana dalam berbahan katun yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.
    • Ganti celana dalam setiap hari.
    • Saat menstruasi, jangan tunggu pembalut penuh darah baru diganti. Ganti secara rutin untuk menjaga kelembapan dan mencegah pertumbuhan jamur.
    • Hindari penggunaan tisu, pembalut, atau pantyliner yang mengandung pewangi.
  • Gaya Hidup Sehat:
    • Hindari perilaku seks bebas untuk mencegah infeksi menular seksual. Gunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah IMS.
    • Usahakan untuk tidak menggaruk vagina meskipun terasa gatal, karena bisa memperparah iritasi atau menyebabkan luka.
    • Kelola stres dengan baik, karena stres dapat memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan, termasuk organ intim dan siklus haid.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun seringkali ringan, gatal area kewanitaan tidak boleh disepelekan jika tidak kunjung membaik dalam seminggu, semakin parah, atau disertai gejala lain seperti:

  • Keluar cairan tidak normal dari vagina (berbau tidak sedap, berubah warna menjadi kehijauan, putih, atau tercampur darah)
  • Muncul bisul atau luka pada vulva
  • Sulit atau terasa perih saat buang air kecil
  • Perdarahan atau pembengkakan pada vagina
  • Rasa tidak nyaman atau nyeri saat berhubungan seksual

Jika Anda mengalami tanda-tanda ini, segera konsultasikan ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, urine, atau pemeriksaan cairan vagina untuk menentukan penyebab pasti dan memberikan penanganan yang tepat, bisa berupa antibiotik, antijamur, krim estrogen, atau antihistamin.

Kesimpulan

Memahami penyebab gatal area kewanitaan seperti yang diungkapkan dr. Boyke adalah langkah awal yang krusial untuk menjaga kesehatan organ intim. Dengan menerapkan tips kebersihan dan gaya hidup sehat yang disarankan, kita bisa meminimalkan risiko ketidaknyamanan ini. Jangan pernah ragu untuk mencari bantuan medis jika keluhan berlanjut atau disertai gejala yang mencurigakan, karena kesehatan area kewanitaan adalah bagian penting dari kesejahteraan kita secara keseluruhan. Jaga selalu agar tetap bersih dan nyaman!

FAQ

Tanya: Apa saja penyebab umum gatal pada area kewanitaan menurut dr. Boyke?
Jawab: Penyebab umum gatal pada area kewanitaan meliputi infeksi jamur, infeksi bakteri (vaginosis bakteri), dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Tanya: Bagaimana infeksi jamur bisa menyebabkan gatal di area kewanitaan?
Jawab: Infeksi jamur berkembang biak di area lembap dan kurang bersih, yang bisa masuk ke vagina dan menyebabkan keputihan serta gatal hebat.

Tanya: Apakah kebiasaan mengganti pembalut atau celana dalam yang jarang bisa memicu gatal?
Jawab: Ya, kebiasaan malas mengganti pembalut saat menstruasi atau celana dalam yang lembap dapat memicu perkembangan jamur dan menyebabkan gatal.