Game Horor Seharusnya Memang Menakutkan, Bukan Malah Bikin Bingung!

Dipublikasikan 28 Juli 2025 oleh admin
Hiburan dan Lifestyle

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sih di sini yang suka banget main game horor? Pasti banyak dari kita yang mencari sensasi jantung berdebar, bulu kuduk berdiri, atau bahkan teriak kaget saat memainkan judul-judul menyeramkan. Tapi, pernah enggak sih kamu merasa zonk setelah menyelesaikan sebuah game yang katanya horor, tapi kok malah lebih mirip game aksi atau petualangan biasa? Nah, artikel ini akan membahas kenapa game horor harusnya mengusung genre horor kok dan apa saja yang membuat pengalaman bermain jadi benar-benar mencekam. Yuk, simak biar kamu tahu mana game yang bisa bikin kamu sport jantung sungguhan!

Game Horor Seharusnya Memang Menakutkan, Bukan Malah Bikin Bingung!

Ilustrasi di atas menggambarkan kekecewaan para gamer terhadap game horor modern yang dinilai lebih mengutamakan aksi dan narasi membingungkan daripada elemen menakutkan yang sesungguhnya, seperti yang terjadi pada beberapa judul populer.

Ketika “Horor” Berubah Jadi Genre Lain: Studi Kasus Game yang Salah Sasaran

Terkadang, sebuah game melabeli dirinya sebagai horor, tapi entah karena salah fokus atau ambisi yang berlebihan, esensi ketakutan justru hilang. Ini dia beberapa contoh game yang mungkin akan lebih baik jika tidak memaksakan diri menjadi game horor:

Aksi Berlebihan Mengalahkan Ketegangan

Beberapa game yang seharusnya memicu rasa takut justru terlalu asyik dengan tembak-menembak atau pertarungan jarak dekat, membuat pemain lebih merasa seperti pahlawan aksi daripada korban yang rentan.

  • Dead Space 3: Seri ini banyak dikritik karena terlalu condong ke genre aksi. Kehadiran mode co-op dan musuh yang mudah ditebak mengurangi ketegangan yang sudah dibangun apik di dua game sebelumnya. Padahal, gameplay Dead Space 1 dan 2 sangat memukau dalam menciptakan suasana mencekam.
  • The Callisto Protocol: Game ini memang punya fokus tempur jarak dekat yang unik. Namun, banyak yang merasa The Callisto Protocol akan lebih sukses sebagai game hack-and-slash horor ketimbang survival horor murni, apalagi saat itu banyak yang membandingkannya dengan remake Dead Space yang lebih fokus pada horor.

Cerita Bertele-tele atau Kurang Fokus

Ketegangan dalam game horor seringkali bergantung pada penceritaan yang efektif dan ancaman yang jelas. Sayangnya, beberapa game justru terjebak dalam alur cerita yang lambat atau terlalu banyak elemen yang mengaburkan inti horornya.

  • The Quarry: Meskipun visualnya memukau, game ini punya masalah pada pacing cerita. Banyak bagian yang terasa terlalu panjang tanpa momen menegangkan, dan upaya menghadirkan banyak antagonis malah membuat ceritanya kurang fokus pada satu ancaman menakutkan.
  • Amy: Premisnya mirip The Last of Us, dengan dinamika emosional antara anak dan penjaga. Namun, elemen horor yang kaku dan pertemuan dengan musuh yang aneh justru merusak potensi cerita emosionalnya. Seharusnya game ini bisa lebih fokus pada hubungan karakter tanpa harus dibumbui horor berlebihan.
  • OverBlood: Dirilis tahun 1996, game ini mencoba menggabungkan aksi petualangan dengan survival horror. Sayangnya, elemen horornya terasa kurang kuat karena fokus utama justru pada pemecahan puzzle dan eksplorasi yang panjang, membuat unsur horornya terasa tidak pas.

Horor yang Justru Jadi Lelucon

Ada juga game yang awalnya punya ide menjanjikan untuk menjadi horor, tapi eksekusi yang kurang matang atau repetitif membuatnya kehilangan daya tarik dan bahkan berubah menjadi lucu.

  • Hello Neighbor: Versi awal game ini sempat mendapat sambutan positif karena konsep menyelinap ke rumah orang asing. Namun, saat dirilis, gameplay-nya terasa repetitif dan jumpscare-nya jadi mudah ditebak, bahkan terkesan konyol. Seharusnya game ini bisa lebih fokus sebagai game stealth yang cerdas.
  • Alone in the Dark (Reboot 2024): Meskipun punya dua protagonis dengan alur cerita berbeda, game reboot ini terasa hambar dan mudah ditebak untuk ukuran game horor modern. Monster-monsternya pun kurang menyeramkan. Padahal, game ini punya potensi besar untuk menonjolkan elemen investigasi yang mencekam.

Resep Rahasia Game Horor Sejati: Kenapa Kita Suka Ditakut-takuti?

Lalu, apa sih yang membuat sebuah game horor berhasil? Kuncinya adalah kemampuan game itu untuk membangun suasana mencekam, memberikan rasa takut yang konsisten, dan membuat pemain merasa tidak berdaya atau terancam. Ada beberapa sub-genre yang sangat efektif dalam melakukan ini:

Survival Horror: Minim Sumber Daya, Maksimal Ketakutan

Sub-genre ini berfokus pada kelangsungan hidup karakter dalam latar yang mengerikan dengan sumber daya yang terbatas. Kamu harus pintar-pintar mengelola amunisi, kesehatan, dan mencari jalan keluar.

  • Resident Evil (seri awal) & Dead Space Remake: Keduanya dikenal sebagai pelopor survival horror yang sukses. Pemain harus berhadapan dengan monster sambil menghemat setiap peluru dan mencari item penting.
  • Alien: Isolation: Game ini menghadirkan Xenomorph yang terus memburu tanpa henti, menciptakan pengalaman survival horror yang sangat menegangkan di mana setiap pergerakan monster tidak sepenuhnya mengikuti alur, jadi setiap permainan terasa berbeda.
  • Amnesia: The Bunker: Berlatar Perang Dunia I, pemain menghadapi monster yang tak pernah puas memburu. Terbatasnya sumber daya dan suasana gelap gulita membuat setiap langkah terasa penuh bahaya.

Psychological Horror: Bermain dengan Pikiran, Bukan Sekadar Jumpscare

Ini adalah jenis horor yang menakuti pemain melalui keadaan emosional, mental, atau psikologis. Tidak selalu ada monster yang terlihat, tapi ketakutan dibangun dari suasana, suara, dan cerita yang mengganggu pikiran.

  • Silent Hill 2: Game ini adalah contoh sempurna psychological horror. Bukan hanya jumpscare, tapi plot twist, unsur emosional yang kuat, dan latar musik yang mengharukan membuat pemain terhanyut dalam kengerian mental James Sunderland.
  • Amnesia & Penumbra: Seri ini dikenal karena kemampuannya menciptakan ketakutan tanpa bergantung pada monster yang jelas. Fokusnya pada eksplorasi dan peristiwa mengerikan yang terjadi di kepala karakter.
  • Beberapa game PC horor gratis seperti After Hours, Doki Doki Literature Club, dan Dagon juga berhasil menghadirkan horor psikologis yang membuat pemain cemas dan paranoid dengan ceritanya yang tak terduga atau suasana yang mencekam. Bahkan Fears to Fathom: Home Alone menciptakan rasa takut melalui interaksi naratif dan ancaman psikopat.

Jumpscare yang Efektif dan Game Multiplayer Horor

Meski sering dikritik jika berlebihan, jumpscare yang ditempatkan dengan tepat bisa sangat efektif. Selain itu, ada juga game horor yang dirancang untuk dimainkan bersama teman, menambah dinamika ketakutan dan keseruan.

  • Outlast: Salah satu game yang populer dengan jumpscare yang efektif dan intens.
  • Pacify: Game ini menawarkan pengalaman multiplayer horor yang seru, di mana pemain harus menyelesaikan ritual sambil dikejar hantu. Harganya yang terjangkau membuatnya jadi rekomendasi game horor yang patut dicoba bersama teman.
  • Phasmophobia & Lethal Company: Keduanya adalah contoh game horor multiplayer yang sangat populer. Di Phasmophobia, kamu dan teman-teman akan menjadi pemburu hantu dengan berbagai alat. Sementara di Lethal Company, kalian harus bekerja sama mengumpulkan scrap sambil menghindari monster ganas.
  • Deceit, SCP: Secret Laboratory, No More Room in Hell, dan Granny juga merupakan game PC horor gratis dengan fokus pada jumpscare atau pengalaman multiplayer yang menegangkan, seringkali melibatkan elemen bertahan hidup atau mencari “impostor” di antara pemain.

Game Horor Buatan Anak Bangsa yang Patut Dicoba

Indonesia juga punya banyak pengembang game berbakat yang sukses menciptakan game horor dengan nuansa lokal yang kental, membawa rasa takut yang berbeda.

  • DreadOut: Pemain mengendalikan Linda yang menjelajahi kota berhantu, menggunakan kamera ponsel untuk melawan hantu dan mengungkap misteri.
  • Pamali: Indonesian Folklore Horror: Game episodik ini berfokus pada cerita rakyat dan kepercayaan lokal, di mana keputusan pemain memengaruhi alur cerita dan ending.
  • Pulang: Insanity: Mengisahkan seorang pria yang kembali ke desa setelah ritual pesugihan, menjelajahi rumah dan lingkungan untuk mengungkap cerita.
  • Escape from Naraka: Menawarkan gameplay cepat di dunia neraka yang penuh jebakan, terinspirasi dari mitologi Bali.

Kesimpulan

Pada akhirnya, esensi dari sebuah game horor seharusnya mengusung genre horor kok secara penuh, bukan malah tersesat ke genre lain. Baik itu melalui ketegangan survival horror yang membatasi sumber daya, intrik psychological horror yang bermain dengan pikiran, atau bahkan jumpscare yang efektif, tujuan utama adalah menghadirkan pengalaman bermain yang menakutkan dan tak terlupakan.

Semoga artikel ini bisa membantumu memilih game horor yang benar-benar bisa bikin kamu merinding dan menikmati setiap detak jantung yang berpacu. Selamat bermain dan jangan lupa siapkan mentalmu!